"Kalau gitu Abang duluan ya?"
Senja mengangguk.
"Jaga Senja baik-baik," ucap Fajar kepada Elang dengan sarat ancaman.
Elang terkekeh. "Iya, gue jaga dengan benar sekarang."
"Kalau gitu gue duluan." Setelah mengucapkan itu Fajar melangkah lebih dulu meninggalkan keduanya.
"Gimana hasilnya?" tanya Elang. Cowok itu merangkul Senja lalu melangkah bersama menyusuri koridor Rumah Sakit.
"Bagus, gak ada apa-apa." Bohong Senja.
Elang menatap Senja sebentar lalu tersenyum setelah itu mengacak rambut gadis itu.
"Laper gak? Kita makan dulu yuk?" ajak Elang.
"Hm... Boleh."
Elang membawa Senja menepi saat beberapa suster mendorong brankar yang mereka yakini di tiduri oleh orang yang sudah meninggal karena jelas sekali mereka yang sepertinya anggota keluarga orang tersebut melangkah sembari menangis.
"Ja?"
"Senja."
Senja berjengit kaget saat Elang menjentikkan jari di depan wajahnya.
"Kenapa? Aku panggilin malah bengong," ucap Elang. Ah iya, Senja terlalu fokus menatap jenazah barusan.
Senja tak menjawab. Gadis itu meraih tangan Elang untuk ia genggam.
"Elang, jangan kayak mereka ya?" ujar Senja yang kini masih memfokuskan diri menatap mereka yang menangisi kepergian seseorang yang mereka cintai. "Kamu harus baik-baik aja saat aku pergi nanti. Biarin aku pergi tanpa beban," lanjut Senja membuat Elang menatapnya curiga.
"Ja, kamu gak papa, kan?" tanya Elang khawatir.
Senja kini menatap Elang lalu menarik kedua sudut bibirnya. "Enggak."
"Terus maksud kamu ngomong gitu apa?" tanya Elang lagi sedikit kesal dengan ucapan Senja. Gadis itu seolah-olah memberitahunya jika Senja akan meninggalkannya untuk selama-lamanya .
Bukannya menjawab, gadis itu malah tertawa. "Mau makan dimana?" tanyanya mengalihkan topik sembari kembali melangkahkan kakinya.
"Ja, jawab dulu." Elang menghentikan langkahkan. Memposisikan dirinya di hadapan Senja. "Jujur sama aku. Ada apa?"
"Enggak ada apa-apa."
"Ja!" Elang mulai emosi.
Awalnya kaget saat Elang membentaknya namun kini kembali tersenyum. "Kenapa khawatir gitu?"
"Seolah-olah kamu bakal ninggalin aku."
"Maksud kamu meninggal?" tanya Senja.
Elang dengan ragu menganggukkan kepalanya. Menatap Senja serius.
"Kenapa harus khawatir? Setiap makhluk hidup pasti mati, Elang."
"Ja--"
"Selama aku masih terlihat baik-baik aja kamu gak usah khawatir." Setelah mengucapkan itu Senja lebih dulu melanjutkan langkahnya.
Elang meraup wajahnya. Menatap punggung Senja yang menjauh. Gadis itu terlihat tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Menghela napas sebelum akhirnya menyusul Senja.
"Motor kamu di simpen dimana?" tanya Senja setelah keluar dari gedung Rumah Sakit. Menatap satu persatu kendaraan yang terparkir rapi.
"Itu," ucap Elang sembari menunjuk motornya yang terparkir bersama banyaknya motor di sana namun masih bisa tangkap jelas dimana letaknya.
YOU ARE READING
Erlangga: Bad Fiance ✓
Teen Fiction(Part masih lengkap dan sudah terbit di @_gentebooks) Ada tiga hal yang Erlangga benci. Pertama, berisik. Kedua, hal-hal merepotkan. Ketiga, Senja. Namun, menurut Senja hal-hal yang Erlangga benci adalah hidupnya. Cerewet dan merepotkan? Mungkin. Se...
• Erlangga 41 •
Start from the beginning
