2. MULAI GOYAH

16 3 1
                                    

Sedang asyiknya merasakan kenikmatan Tuhan yang berlimpah, seketika mendengar kabar bahwa awal bulan ayahku di pecat dari perusahaan tempat ayahku bekerja akibat kesalahan yang tidak di lakukan oleh ayahku dan ternyata.. itu hanyalah fitnah dari teman-teman kerjanya. mama yang mendengar kabar ini sangat terpukul karena mama kepikiran dengan cicilan sana sini yang lumayan besar, belum biaya sekolah walaupun memang di katakan gratis tetapi tidak semua nya seperti seragam sekolah di haruskan membeli, peralatan sekolah setiap tahun harus ganti, selama ini aku memang membantu tetapi tidak seluruhnya walaupun wajar sesekali juga traktir keluarga yang sebenarnya gajiku terbilang hanya mencukupi saja bukan yang wow seperti orang-orang. Aku sangat bingung.. Harus bagaimana? Biar dapat uang tambahan tetapi malah kebingungan juga dengan jadwal kerja, untuk usaha kecil-kecilan pun selalu habis untuk makan, karena gaji ayah pun habis untuk membayar cicilan yang membengkak. Akhirnya ayah di rumah saja membantu mama di rumah sambil menjalankan pekerjaan ojek online itu pun meminjam akun teman ayah, menurut kami pekerjaan ini membahayakan untuk ayah sendiri tetapi tetap di lakukan contoh sedang hujan deras, angin kencang tetap mengantarkan customer atau hanya pesanan customer ke alamat tujuan demi mendapatkan penghasilan, membuat aku dan mama selalu khawatir.
Kami selalu berkomunikasi untuk menanyakan keadaan ayah di jalan bagaimana? Makan atau tidak? Kalau lelah istirahat atau tidak? Dan selalu di jawab seperti "baik-baik saja". Ayah juga rajin sekali anter jemput aku bekerja, sering juga aku tanya setelah seharian menyetir dengan wajah lesu tetapi mulut tetap berkata "baik-baik saja".. aku yakin ayah sangat lelah tetapi tidak menunjukannya karena pikiran ayah "tugas ayah harus mencari nafkah walau sesulit apapun".
sekian lama ayah bekerja sebagai ojek online ayah sering bercerita padaku kalau sudah beberapa kali mengalami kecelakaan ringan dan itu membuatku terkejut, sedih, khawatir sampai aku tanya "apa yang ayah pikirkan? Sampai seperti itu? Apa ayah makan dengan benar? " ayah hanya merespon dengan anggukan lalu menjawab "mengantuk" padahal aku yakin banyak sekali yang ayah pikirkan bahkan ayah pun memintaku untuk berjanji supaya tidak bercerita dengan mama tentang masalah kecelakaan ayah tetapi, hati ku tidak pernah bisa berbohong atau mengumpat akan sesuatu hal yang mencemaskan seperti ini dan akhirnya aku pun bercerita dengan mama yang kemudian di respon terkejut, marah, sedih. Saat itu sama.. aku pun hancur ingin melakukan sesuatu yang lebih tetapi tak sanggup.
Sampai seketika mama pun jatuh sakit mungkin akibat terlalu lelah fisik, pikiran, perasaan yang hancur. Selama ini pasti lelah mama tak di hiraukan, pikiran masih tidak ingin di ambil pusing, perasaan mama yang bisa tertahan ternyata.... semua menyatu seketika membuat mama jatuh sakit. Setiap sore sampai malam suhu badan mama panas, sulit makan sampai sekitar 1 bulan rasa sakit mama itu di tahan, makan hanya sanggup bubur saja.
Akhirnya ada tetanggaku atau bisa di bilang seperti saudara sendiri sebut saja mama chindy menyarankan supaya mama di rawat saja ke Rumah sakit agar cepat sembuh tetapi, ayah kebingungan masalah biaya karena kami belum punya BPJS kesehatan jadi sudah pasti pembayaran secara mandiri. Dengan rasa ragu-ragu ayah mencoba mendaftar ke Rumah sakit dan mengatakan bahwa pembayaran mandiri, bersyukurnya setelah menunggu beberapa jam akhirnya di approve oleh pihak rumah sakit tanpa harus membayar di muka jadi mama langsung bisa di bawa ke ruangan pasien untuk melakukan perawatan.
Mama menjalankan setiap aturan kesehatan rumah sakit dengan temani ayah, aku atau zahra yang sering menjenguk secara bergantian, bersyukurnya juga sudah bisa makan lagi itu yang terpenting.
Setelah mama di rawat 3 hari dengan kondisi belum sembuh seluruhnya mama minta di pulangkan karena memikirkan soal biaya begitupun ayah yang merasa ke bingungan saat menelponku "akan bagaimana membayarnya?" aku pun belum menerima gaji, jadi jalan satu-satu nya coba meminjam mama chindy yang kita sama sekali tidak tau apakah ada? Apakah di kasih? Ayah perlahan berbicara dengan mama chindy dengan rasa ragu sambil berdo'a dalam hati tetapi, bersyukurnya mama chindy sedang ada uang walau tidak banyak jadi bisa di pinjamkan dengan senang hati "ini pun memang masih kurang" batin ayah, segeralah ayah menelponku mengatakan pinjaman sudah dapat tetapi, masih belum cukup.. Detik itu pun aku kebingungan di pertengahan bulan siapa yang bisa meminjamkan uang cepat? Karena mama harus keluar hari itu juga. Aku coba bertanya dengan teman kerja ku ka Tya diamas solusi pinjaman uang cepat dan dia mengusulkan dari pada pinjam sana sini yang ada dapat hinaan tetapi uang tidak di pinjamkan lebih baik pinjam ke aplikasi terpercaya yaitu aku*a*u, benar saja setelah isi data pribadi keseluruhan lalu klik pinjaman hanya menunggu beberapa menit langsung di cairkan,  di sisi lain sedih karena aku berurusan dengan hutang piutang tetapi di sisi lain lebih sedih kalau tidak bisa membantu kesulitan orang tua, untuk masalah pembayaran aplikasi bisa di bayarkan dengan gajiku. Aku pun segera transfer ke rekening ayah dan menghubungi ayah kalau aku sudah transfer untuk sisa pelunasan rumah sakit agar mama segera keluar.





















TBC ~

S. E. R. U (!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang