•Feeling• #27

57 11 32
                                    

Jangan percaya dengan segala sesuatu kamu lihat, karena garam pun terlihat seperti gula.

⛄⛄⛄

.:Retaknya Kepercayaan:.

PEPATAH pernah berkata, jangan terlalu percaya dengan seorang manusia, kelak rasa percaya tersebut akan patah dalam hitungan waktu yang entah akan datang dengan cepat atau melambat.

Hanya karena Airish mengenal Kevin cukup lama, Airish merasa kalau Kevin adalah sosok yang sempurna, bagai salah satu malaikat yang tercipta tanpa adanya celah kesalahan. Namun sepertinya Airish salah mengira, Airish yang bodoh karena terlalu menganggap Kevin seperti sosok malaikat kasat mata yang turun ke bumi.

Tanpa Airish sadari, rasa percayanya terhadap Kevin itu mengalir setiap kali melihatnya, seolah cowok itu tidak menyembunyikan hal apapun terhadapnya. Tapi, Airish mengakui kalau ia terlalu percaya dan menerima akibatnya.

Lidah Airish kelu dan tidak bisa mengucapkan sepatah katapun, ia hanya bisa tersungkur di lantai dengan pikiran yang berkelana tanpa henti, degupan jantungnya pun sudah mengeras sejak ia mengetahui bahwa Kevin ‘pernah membunuh seseorang’.

Airish tahu kalau ia harus mendengarkan dari kedua belah pihak dan baru bisa menyimpulkan apa yang terjadi, namun ia sudah terlalu shock mendengar hal tersebut dan pikirannya tidak bisa berpikir dengan jernih saat ini.

Suara bising kendaraan yang berlalu lalang mendadak lenyap dan ditelan bumi, Airish tidak mendengar apapun kecuali...

“Alex itu udah mati! Dan sekarang lo itu pembunuh!”

Sebaris kata yang mampu membuat mengubah rasa itu dalam hitungan detik. Kata tersebut terngiang-ngiang di dalam pikiran Airish walau hanya sebaris kalimat.

Sosok Kevin yang sebagai manusia tanpa celah itu hanyalah palsu.

“GAWAT!”

Kevin yang menyadari bahwa sepertinya Airish telah mendengarkan pembicaraanya dengan Rigel, Kevin tidak begitu yakin dari mana Airish mulai mendengarkannya tapi melihat Airish yang langsung tersungkur di lantai seperti itu sudah pasti Airish mendengar dengan jelas perkataan yang Rigel katakan terakhir.

“Hei, bangsat. Ngeliat kemana lo?” Rigel menggeram.

Sial sekali, Rigel tidak memberikan kesempatan Kevin untuk menenangkan Airish yang sangat terkejut. Bahkan Kevin tidak bisa melangkahkan satu langkah kaki pun karena Rigel langsung mencekeram kerah bajunya, sangat keras dan penuh emosi kebencian.

Setelah Rigel mengatakan bahwa Alex itu meninggal, Kevin sangat terkejut, karena terakhir kali ia melihat Alex duduk di kursi roda dengan kaki yang lumpuh karenanya. Seandainya Alex memang sudah meninggal, Kevin tidak bisa berbuat apa-apa karena rasanya memberikan penjelasan seperti apapun kepada Rigel itu terasa sia-sia. 

Kevin tidak masalah dengan Rigel yang kini menganggapnya seorang pembunuh, tetapi hal itu sangat bermasalah untuk Airish—yang sudah pasti akan menganggap ia seperti Rigel menganggap Kevin. Kevin pun tidak masalah kalau tidak diizinkan menginjakkan kakinya di Ertex lagi, atau membiarkan pembalap Ertex menganggapnya pembunuh. Tapi, tolong tidak untuk Airish.

Airish pasti tidak mau mendengarkan penjelasan apapun darinya.

“Ngeliat kemana lo? Sini lo ikut gue!”

HSS [2] - FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang