1. Lepaskan!

55.5K 293 1
                                    

"Grize, lihat ini!" Anya memperlihatkan layar ponselnya pada seseorang yang duduk di hadapannya. "Ini dia! Aku pernah melihatnya bersama Tuan Theo. Cukup dekat dan ... yah, mungkin bisa dibilang romantis."

Grizelle yang awalnya sedang memainkan gadget pun mengalihkan perhatiannya. Dia melihat gambar seorang wanita yang mungkin berusia 27 tahun, terpampang di ponsel Anya. "Maksudmu, dia kekasihnya?"

"Siapa yang tahu?" Anya mengangkat bahunya tidak tahu. "Seseorang seperti Theo pasti punya segudang simpanan," lanjutnya.

Grize terkekeh. "Benar. Dan kalau bisa jadi salah satu simpanannya mungkin akan terasa luar biasa."

Anya menatap Grize tidak suka. "Grize, kau memang tidak waras. Kalau orang lain tahu, mereka mungkin akan melihatmu dengan jijik."

Dia menatap Grize dengan serius. "Sebagai teman yang baik, aku hanya bisa memberimu nasihat."

"Ssst. Anya, kau ini tidak tahu. Aku bukan bermaksud ingin menjadi simpanannya, tapi pria tua itu yang akhir-akhir ini sengaja mendekatiku. Bagaimana menurutmu?" tanya Grize.

"Menurutku?" Anya mencibir, "Kalau aku memberimu masukan juga pasti hanya akan masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri."

Grize meminum kopinya yang tinggal sedikit. Ada beberapa mata yang mengawasinya, tetapi dia tidak begitu peduli. Kemudian dia merenung sebentar. "Benar juga. Jujur saja, aku juga lelah."

"Bullshit! Kau sendiri terlihat sangat menyukainya." Anya mendengkus. "Tidak bisakah kau bersikap tidak peduli pada mereka? Terkadang aku malu memiliki teman sepertimu."

Grize menatap Anya serius. "Kau mau aku mencoba tidak peduli, dingin dan acuh tak acuh?"

"Yeah." Anya mengangguk. "Ayolah, setidaknya kau harus mencobanya, kan? Tidak perlu Tuan Theo, itu cukup dengan kau mengabaikan Ken. Aku hanya ingin melihat bagaimana reaksinya.”

Ting!

Bunyi pintu kafe berdenting berkali-kali. Di jam makan siang seperti ini, kafe memang selalu ramai. Banyak karyawan kantor yang keluar masuk.

"Oke. Aku akan menunjukkannya padamu," ucap Grize. Kemudian dia melirik jam tangannya. "Kau tidak ingin menambah pesanan?”

"Kenapa? Kau ingin mentraktirku? Tentu saja aku mau. Dengan senang hati." 

"Anya, kurasa dompetmu lebih tebal dariku. Ini terbalik jika aku yang memberimu traktiran." Grize memicingkan matanya pada Anya. Wanita itu kadang-kadang begitu menjengkelkan.

"Grize, kau tidak bisa berbicara seperti itu. Biar kutebak, pasti sudah ada banyak pria yang memberimu bonus, kan?”

"Terserah. Aku akan kembali ke kantor sekarang." Grize mengambil ponselnya dan melenggang pergi. Ketukan hak tingginya terdengar dan membuat banyak orang memerhatikannya lebih detail.

"Grizelle! Tagihannya!" Anya berteriak tetapi Grize sudah keluar dari kafe. Akhirnya dia menggerutu, "Jadi aku yang harus membayar? Benar-benar ...."

Grize berjalan menuju gedung bertingkat yang ada di seberang jalan. Dia menengok ke kanan dan kiri saat hendak menyeberang. Tangannya menutup dahinya karena sinar mentari yang membuatnya terlalu menyilaukan.

Setelah memastikan tidak ada kendaraan yang lewat, dia pun melangkah lagi. Selalu seperti itu. Jalanan besar sebenarnya membuatnya malas keluar. Jika bukan karena Anya, dia pasti hanya akan mendekam di depan monitor.

"Grize, tunggu!" Anya berteriak dari belakang. Grize menghentikan langkahnya dan menoleh. Kemudian menghela napas. Rupanya wanita itu cukup merepotkan juga.

Am I Sexy? (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang