Setelah malam dimana Nendra dan Nesya sepakat mulai membuka hati satu sama lain, hubungan keduanya semakin dekat. Banyak waktu mereka lalui bersama, saling berbagi cerita untuk saling mengenal satu sama lain.
"Hai, udah lama nunggunya?" Nendra duduk didepan Nesya.
"Baru aja sampai juga aku. Mau langsung jalan?" Nesya beranjak dari tempatnya duduk.
"Oke deh, jalan sekarang aja yuk!" Nendra menggenggam tangan Nesya, menuntunnya ke arah parkiran seberang taman tempat awal mereka janjian.
Membukakan pintu penumpang samping kemudi, Nendra mempersilahkan Nesya duduk. Memutari depan mobil, dia duduk dibelakang kemudi setelah sebelumnya memasang sabuk pengaman.
Hari ini tepat empat minggu yamg artinya sebulan sudah kesepakatan mereka jalani. Namun, Nesya belum tahu bagaimana perasaan Nendra padanya sekarang. Nesya sudah menyipkan diri dengan keputusan Nendra saat kesepakatan mereka berakhir.
"Ndra, kita mau kemana?" Nesya mengernyit melihat jalan yang dilalui bukan jalan menuju wahana permainan yang akan mereka kunjungi.
"Pantai. Kamu suka pantai kan? Kita ke sana ya, lihat sunset kayaknya enak. Ini bukan weekend, pasti nggak terlalu rame disana."Nendra masih fokus pada jalanan didepannya.
"Ke pantai? Dengan baju kayak gini, Ndra??" Nesya melihat penampilannya. Rok span dan blazer yang masih melekat karena dia tidak sempat pulang kerumah unuk berganti baju. Sedangkan Nendra juga mengenakan kemeja kerja yang telah digulung pada bagian lengan seta celana bahan yang masih melekat di badannya.
Mereka merencanakan ini secara mendadak, hal ini karena menjelang akhir bulan seperti ini pekerjaan mereka akan semakin membuat sibuk, sedang mereka ingin serius menjalani kesempatan satu bulan untuk lebih mengenal dekat.
"Nggak apa-apa, ada baju ganti di bagasi mobil. Nanti kamu pakai aja baju Mbak Siska yang sering di titipin kalau minta aku jemput, kelakuan dia katanya biar kalau mau jalan nggak perlu pulang dulu." Nendra terkekeh menceritakan kekonyolan Siska.
Nesya tak lagi bertanya, melainkan hanya menganggukkan kepala. Selama perjalanan hanya musik yang menemani, Nendra meminta Nesya istirahat saja selama satu setengah jam perjalalanan mereka menuju pantai.
***
Setelah sampai, Nendra tak langsung membangunkan Nesya. Beberapa saat dia mengamati wajah gadis didepannya ini yang terlihat tenang. Entah kenapa jantungnya berdebar, tidak Nendra pungkiri selama tiga minggu ini dia merasa nyaman berada didekat Nesya serta menceritakan apa saja padanya. Namun, dia ragu menyimpulkan perasaannya sendiri. Apakah cinta bisa hadir secepat ini? Ataukah perasaannya hanya sekedar rasa nyaman saja.
"Kita udah sampai?" suara serak Nesya menyadarkan Nendra dari pikirannya.
"Ha? Oh, Iya. Kita udah sampe Nes. Itu pantainya," ucap Nendra seraya mengendikkan dagunya kedepan untuk memberitahu Nesya.
"Kok kamu nggak bangunin aku sih Ndra?" Nesya menegakkan badannya. Entah berapa lama dia tertidur hingga tak sadar jika mobil sudah berhenti.
"Kamu pules banget tidurnya, aku nggak tega buat bangunin. Capek banget pasti kamu," Tanpa sadar tangan Nendra mengusap kepala Nesya.
Sadar akan apa yang dilakukannya, Nendra segera menarik tangannya. Sedang Nesya menunduk menyembunyikan rona memerah diwajahnya. Perlakuan Nendra ini mungkin biasa, namun bagi Nesya ini kemajuan dalam hubungan mereka saat ini yang entah disebut apa.
Nendra keluar dari mobil kemudian membuga bagasi untuk mengeluarkan dua buah tas kecil yang berisi pakaian ganti yang akan mereka kenakan.
"Kamu ganti baju duluan aja, Nes. Aku tunggu disini." Nendra menyerahkan tas kecil berwarna pink milik Siska.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tanpa Syarat (END)
RomanceCover by @henzsadewa Cinta pertama sulit dilupakan. Semakin aku berusaha, nyatanya hatiku akan tetap memilih namamu untuk berada disana. Nesya bertemu kembali dengan Nendra, masa lalu yang tak pernah dimilikinya. Nendra yang patah hati dan Nasya yan...