36. Kecelakaan

1.6K 120 26
                                    

Kejahatan tak harus dibalas dengan kejahatan. Serahkan semua kepada Tuhan, biar ia yang membalasnya.

*****

Zahra menatap pemandangan yang ada di luar melalui balkon kamarnya dengan tatapan kosong.

Zahra masih memikirkan ucapan Raga yang menyatakan bahwa Karin adalah kekasihnya. Zahra benar-benar tak habis pikir mengapa masalah yang ia hadapi datang bertubi-tubi.

Zahra sudah cukup senang karena sempat dekat dengan Raga lagi saat hujan turun kala itu, tetapi sekarang ia merasa tak dianggap kembali oleh cowok itu.

Tokk...tokkk...tokkk
Zahra menoleh ke arah pintu kamarnya yang masih tertutup.

"Siapa?" tanya Zahra yang masih diam di tempatnya.

"Gue, Ra,"

Zahra menghela napasnya panjang kemudian berjalan untuk membukakan pintu.

"Kenapa lo?" tanya Zahra saat melihat wajah Radit begitu kusut.

Radit berjalan masuk ke kamar Zahra dan merebahkan tubuhnya di kasur empuk milik Zahra.

"Pusing gue, Ra," ujar Radit.

"Kenapa sih? Kalo cerita jangan setengah-setengah,"

"Gue mau tunangan." ujar Radit to the point.

"Hah? Emang lo punya pacar?" tanya Zahra terkejut, karena ia tak pernah tau bahwa kakaknya memiliki kekasih.

Radit menghela napasnya panjang, "gue disuruh sama Papa buat tunangan sama tuh cewek. Gue gak suka sama dia, Ra,"

"Siapa, Kak?"

"Chintya,"

"Chintya? Yang mana tuh orangnya?" tanya Zahra.

"Yang nolongin lo waktu diculik,"

"Ooohhhh, iya-iya gue inget,"

"Kenapa lo gak mau sama dia? Dia kan baik, Kak?" tanya Zahra.

"Lo gak tau aja aslinya dia kaya gimana. Dia tuh perempuan terlicik yang pernah gue kenal, Ra,"

"Licik gimana maksud lo?"

"Papa sama Om Wira, papanya Chintya tuh udah berteman sejak SMP. Mereka emang janji akan selalu membantu dalam keadaan apapun. Waktu itu perusahaan Papa hampir bangkrut dan Papa minta tolong sama Om Wira," ujar Radit mulai menceritakan semuanya pada Zahra.

Zahra belum mengeluarkan suaranya lagi, ia menunggu cerita Radit selanjutnya.

"Om Wira dengan senang hati membantu Papa hingga akhirnya perusahaan Papa bisa bangkit. Awalnya nggak ada yang aneh sih, Om Wira gak minta imbalan apapun dari Papa,"

"Lo inget kan gue pernah diajak Papa untuk main ke perusahaannya hanya untuk sekedar melihat atau bahkan belajar. Ternyata disana ada Om Wira juga, dia dateng sama Chintya,"

"Nah, setelah pertemuan gue sama Chintya, tiba-tiba Om Wira telfon Papa dan bilang kalo Chintya suka sama gue. Om Wira minta gue pacaran sama Chintya, dan Om Wira bilang kalo itu ia anggap sebagai imbalan karena udah bantu Papa," ujar Radit.

Zahra menatap wajah kakaknya yang sangat kusut itu. Ia merasa kasian dengan beban yang kakaknya tanggung. Ternyata ada yang lebih parah daripada apa yang tengah ia rasakan sekarang.

"Tapi lo pernah coba nolak Chintya gak?" tanya Zahra menanggapi cerita Kakaknya.

"Udah berkali-kali gue nolak ke Papa, Ra. Tapi hasilnya nihil,"

ZAHRAGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang