36. ll Bumi

115 19 2
                                    

Tidak ada yang bisa menolak takdir.
-Love In Galaxy-

~happy reading~

SENJA di langit Jakarta menemani dua orang yang saat ini sedang berada dalam satu mobil. Angkasa sedari tadi sibuk memilih judul lagu untuk dia putar. Sedangkan Bulan hanya terdiam di sampingnya.

"Mbul! Cariin gue lagu dong. Yang bagus," katanya memecah lamunan Bulan.

"Biasanya juga nyari sendiri," ujar Bulan dengan nada datar.

"Gue pengin tau juga kali, selera lo yang kaya' gimana," balas Angkasa kesal.

Bulan menoleh sesaat. "Emangnya kalo udah tau mau ngapain?"

Angkasa mempertemukan kedua alisnya. Dia mengernyit memandangi Bulan. "Ya ... siapa tau lo pengen gue nyanyiin kaya' waktu itu," jawab Angkasa menaik-turunkan sebelah alisnya menggoda.

Bulan mendengus mendengar jawaban Angkasa. "Gak jelas banget."

Sedari tadi,  Bulan terdiam karena kepikiran suara yang terus mengiang sejak semalam. Dia ingin sekali bertanya pada Angkasa langsung. Tapi, dia sendiri ragu apakah semalaman dia memang hanya mimpi.

Menyadari gerak-gerik aneh gadis itu, Angkasa menatap Bulan dengan penuh selidik. "Ngapain lo? Kaya' orang pengen boker aja," ujarnya asal.

"Sa," panggil Bulan. Tentu gadis itu tidak ingin Angkasa menertawainya ketika semua yang dia dengar semalam memang hanya mimpi.

"Apa?" tanya Angkasa.

"Hm...."

"Ck. Mau ngomong aja susah banget," decak Angkasa.

Bulan menggigiti bibir dalamnya. "Semalem, lo ngomong apaan sama gue?"

Sontak, Angkasa menatap Bulan. Cowok itu menggaruk tengkuknya. "Eng-enggak ada kok. Gu-gue gak ngomong apa-apa semalam," jawab Angkasa gugup.

Bulan tersenyum lega. "Kalo itu emang mimpi, kenapa rasanya nyata banget ya? Gue sampe nangis. Pas bangun, layar HP gue udah gak nyala. Bener aja sih, kalo emang itu hanya mimpi."

Angkasa menganggukkan kepalanya. "Emangnya, semalem apa yang lo denger?" tanyanya penasaran.

"Gue agak lupa. Entahlah, gue gak pengen  keinget lagi. Hati gue nyesek banget dengernya," kata Bulan membuat Angkasa menatapnya dalam-dalam.

Ada rasa bersalah tiba-tiba menyelinap dalam ruang hati cowok itu. Angkasa mencari tangan Bulan dan menggenggamnya. "Jangan sedih lagi! Semua orang pasti pernah ngerasain mimpi buruk yang berasa nyata banget. Tapi, gue harap lo gak kepikiran lagi," katanya.

"Emangnya kenapa kalo gue tiba-tiba kepikiran lagi?" selidik Bulan.

Angkasa menggeleng antusias. "Gak papa, kok. Lagian, lo kan cewek bar-bar. Gak pantes buat galau kaya' gini," ucap Angkasa membuat Bulan ingin menjambaknya.

"Gue tau, gue bar-bar. Apalagi sama lo. Tapi, gue juga cewek yang punya hati selembut kapas. Dikit-dikit terbang, dikit-dikit tumbang." Bulan melepas tangannya dari genggaman Angkasa.

Love In Galaxy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang