"Nanti traktir gue di gaji pertama lo, ya."

"Dengan syarat lo udah kelar kuliah nanti."

"Iiiih!"

Tawa Heya semakin kencang melihat Lia dengan muka masamnya. Obrolan mereka terus berlanjut membahas banyak hal lainnya. Hingga tak berselang lama, sebuah dering ponsel berbunyi dari dalam tas kecil milik Heya. Benda pipih itu langsung diambil olehnya dengan cepat.

Sebuah panggilan masuk dari nomor yang tak asing muncul di layar ponselnya. Heya terdiam beberapa detik dan barulah ia mau menjawabnya.

"Halo?"

"..."

"Sekarang lagi main di kampus."

"...."

"Oke."

Panggilan telepon tersebut segera dimatikan oleh pihak seberang. Ada hal yang membuat urusannya harus selesai di tempat ini segera.

"Lo mau kemana?" tanya Lia yang mulai cemas melihat Heya pulang lebih cepat dari yang ia kira.

"Gue mau pulang. Ada yang mau gue samperin," jawab Heya.

"Jangan pulang dulu dong. Gue kangen nih, kita makan dulu lah di kantin." Lia menahannya.

"Hmm.. okelah. Gue kangen juga sama batagornya kantin."

"Nah gitu dong!"

"Tapi sebentar aja ya."

"Iya-iya. Ayo cabut."

Mendengar ucapan Lia, Heya justru dibuat tertawa. Jika mengingat tentang kantin, ada banyak kenangan yang pernah terjadi di sana. Pernah ketika ia bolos dari mata kuliah biokimia karena mata kuliah itu terlalu sulit untuknya, yang jadi tempat pelariannya pertama adalah kios kecil  batagor itu.

Ada banyak yang berlalu di tempat itu dan menjadikannya sebuah kenangan tersendiri yang ia simpan di dalam hatinya. Salah satu tempat sederhana yang begitu istimewa di kampus ini.

Lia menutup laptopnya setelah selesai mematikannya tadi, lalu membereskan barang-barangnya segera dan keduanya pun segera beranjak meninggalkan meja ini.

□□□□□

Pukul satu siang, sebuah sedan putih baru saja terparkir tepat di belakang wrangler hitam berbadan besar yang berhenti di depan rumahnya. Heya mengamatinya sejenak dan bertanya-tanya, apa ada tamu yang sedang berkunjung ke rumahnya saat ini?

Karena ia pikir sedang ada tamu, jadi ia memarkirkan dulu mobilnya di luar. Baru saja dia pulang dari kampus setelah sempat mengunjungi Lia di sana. Heya langsung melepaskan seatbeltnya lalu menutup pintu mobilnya segera.

"Kak Kira!" Suara adiknya langsung menyambut kedatangannya lebih dulu. Windy  melangkah cepat sambil menghampirinya yang masih berada di depan mobil.

Heya menoleh keheranan. Ada gerangan apa yang membuat adiknya tampak terburu-buru seperti ini, tapi ia melihat ada sesuatu dari rumahnya. "Di rumah ada siapa, Win?" tanyanya.

"Lo masuk dulu!"

"Temennya mama ya?"

"Masuk dulu! Cepet!"

Karena paksaan dari adiknya itu, mereka berdua melangkah cepat memasuki rumahnya. Dari depan pintu, Heya dapat melihat ada beberapa sepatu pantofel dengan dominasi warna hitam yang tergeletak di depan lantai masuk. Jangan lupakan sebuah stiletto merah juga berada di sana.

me after you [TERBIT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora