"Ayah ayah!" panggil Hera menarik kaos tipis yang dipakai oleh Jaemin hari ini.
Jaemin menghisap rokoknya terlebih dahulu sebelum dia menjawab panggilan dari anak pertamanya, "Kenapa?"
Hera masih saja menarik kaos ayahnya, sampai Jaemin kebingungan dengan tingkah anaknya ini.
Jaemin meletakan rokok yang baru dia hisap beberapa kali di atas asbak kayu, lalu menggendong anaknya itu.
"Hera mau apa?"
Hera menunjuk ke arah kolam ikan yang ada di depan teras dengan antusias.
"Itwuuu ayahhh," rengek Hera.
Jaemin mengerti, dia berjalan ke arah kolam ikan yang ada di rumahnya itu.
"Anak ayah mau kasih makan ikannya gak?" tanya Jaemin.
Hera mengangguk, "Kamu tunggu disini, ayah mau ambil makan buat ikan dulu." ucap Jaemin, menurunkan Hera dari gendongannya tepat di sebelah kolam.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pintu gerbang milik keluarga Na terbuka secara otomatis, dan ternyata ada Minju yang baru pulang belanja di tukang sayur depan komplek perumahan mewah ini.
Minju sudah pulang dari rumah sakit kemarin sore, kepalanya masih diperban begitu juga dengan Jaemin.
"Hera astagaa, itu bajunya basah sayanggg," keluh Minju, berlari menghampiri Hera yang sedang berusaha menangkap ikan.
Minju meletakan belanjaannya di lantai teras, kemudian mengeluarkan badan kecil Hera dari dalam kolam.
Jaemin keluar dari dalam rumah sambil membawa makanan untuk ikan, dia terkejut karena Hera yang menangis secara tiba tiba.
"Ini bajunya basah harus dilepas dulu, ayah kamu kemana?"
Hera masih saja menangis, "Udah biarin, dia lagi pengen main sama ikan," bela Jaemin dingin.
Jaemin tersenyum ke arah putri kecilnya, "Udah nangisnya donggg, ayo main tangkap ikan bareng ayah." bujuknya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Ini rokok punya siapa?" tanya Minju kepada dirinya sendiri karena melihat rokok yang masih menyala di atas asbak dekat meja.
Minju menoleh ke arah belakang, "JAEMINNNN," teriak Minju.
"Apa? tinggal bilang aja gak usah teriak," jawab Jaemin, masih berusaha menangkap ikan bersama Hera.
Minju mengambil puntung rokok itu, dan segera mematikannya, "Kamu ngerokok?"
Jaemin menoleh, kemudian menjawab pertanyaan Minju dengan deheman.
"Sejak kapan?" tanya Minju lagi.
Jaemin menghela nafasnya, "Gak tau sejak kapan,"
"Aku cuma ngerokok kalo lagi banyak pikiran, tenang aja," lanjut Jaemin.
Minju mengerutkan keningnya, "Kamu mikir apa lagi sih? besok kan mau berangkat ke Jogja bareng sama Minhee,"
Jaemin membuka bajunya yang basah, lalu melemparnya ke sembarang arah.
"Aku takut gak bisa nemenin kamu lahiran," ucap Jaemin lirih.
Minju tertawa pelan, "Itu masih lama nanaaaa,"
"Kamu gak usah nemenin juga gak apa apa, kan nanti aku lahiran dibantu sama bunda," sambung Minju.
Jaemin baru ingat kalo bundanya itu seorang dokter.
"Tapi kan sama aja nju-"
Minju tersenyum, "Gak masalah selagi kamu bisa jaga diri dan ingat aku sama anak anak disana, kamu kan bisa pulang setiap liburan semester,"
"Berdoa aja, semoga adek lahir sewaktu kamu libur." ucap Minju mengakhiri pembicaraannya.