04

230 134 47
                                    

Semilir angin sejuk berhembus di sore hari membelai helaian daun hijau pepohonan. Kala itu asap mengepul diatas mug bercorak We Bare Bears, kartun animasi favoritnya.
Seduhan latte hangat di penghujung hari jadi kebutuhannya saat ini. Selain ampuh melepas dahaga, minuman ini juga dapat menghilangkan penat akibat terlalu lama bekerja.

Hentakan suara benda yang ditekan terdengar nyaring di pendengaran, jejeran alfabet itu nampak apik ditekan cepat oleh jemari lentiknya, dengan sorot mata indah yang masih fokus pada benda persegi berteknologi.

Tumpukan kertas-kertas berserakan diatas meja masih apik berjejer. Hampir satu jam lebih Hyein asik berkutat dengan pekerjaannya itu, jemari kanan nya aktif memegang benda kecil untuk men'scrolling roda mouse dengan sorot mata masih menatap komputer untuk memeriksa kembali tugas yang diinstrusikan sang direktur, satu kesalahan sedikit pun bisa membuat fatal. Maka dengan itu dirinya harus lebih teliti lagi dalam bekerja.

Sebenarnya hari ini Minji sakit, Hyein sendiri baru tau semalam setelah Minji mengirim pesan teks bahwa dirinya demam.
Kantor mendadak sepi karna tidak ada satu nyawa itu, Hyein sendiri merasa kesepian walau pun banyak orang disekitarnya.
Dirinya tidak terlalu dekat dengan karyawan lain, maksudnya Hyein agak kesulitan bergaul. Banyak dari senior dan junior Hyein yang membicarakan tentang kepribadiannya itu.

Hyein sendiri cenderung tertutup, memilih menyendiri dari pada bersama banyak orang hingga membuatnya tidak nyaman, bahkan dirinya harus beradaptasi lebih lama dibanding dengan oranglain. Butuh waktu sekitar empat bulanan untuk menjadi akrab. Untung saja saat itu Minji cukup mengerti saat mereka bertemu dulu.

Tak terasa tumpukan kertas dokumen di meja nya itu sudah hampir setengahnya dari pertama yang terlihat, tinggal beberapa lagi tapi sedikit kok. Sejenak Hyein membuang napas lelah, kepalanya ia gerakan ke kanan kiri untuk menghilangkan pegal, sambil mengusap mata suntuknya sejemang menyenderkan punggung lelahnya di kursi untuk merilexkan badan,

Jam kecil yang terletak diujung komputer menjadi titik fokusnya sekarang. Pukul tujuh malam. Kembali membuang napas lelah Hyein menegakan punggung ringkihnya itu serasa memegang telingan mug berwarna cream itu.
Menegak habis setengah latte yang telah dingin.

Pikirannya berkecamuk. Dengan jemari memijat pelipisnya. Hari ini Hyein berniat menjenguk temannya, tapi ia sendiri malah terjebak dengan tumpukan kertas.
Kembali pada dunianya. Hyein harus buru-buru menyelesaikan tugasnya.

***

Langkah kecilnya terlihat tertatih dengan menenteng kantung belanjaan'nya disebelah kanan, sedangkan tas kerjanya ia sampirkan dibahu kiri. Jalanan menuju apartemen Minji sedikit jelek, banyak lubang lubang kecil. Sehingga Hyein harus berhati hati.

Gedung yang tingginya hampir menyentuh langit itu sudah didepan mata. Hyein membawa langkahnya menuju elevator dengan sedikit kesulitan untuk menekan tombol elevator sambil menenteng belanjaan yang cukup berat.

Ting!!

Pintu elevator terbuka, dengan langkah perlahan ia menuju pintu apartemen  sambil menekan beberapa digit angka sebelum membuka pintu dan masuk,

Dengkuran halus terdengar lirih menyapa'nya, tubuh kurus itu tertutupi gelutan selimut sampai bagian dada, wajah pucat pasi tertampang jelas, bahkan bulir-bulir keringat nampak disekitar wajah Minji,
'Menyedihkan sekali'. Begitu pikirnya, Hyein melangkah kedapur untuk memasak setelah sebelumnya mengambil baskom kompresan.

Tangan kecilnya meremat kain hinggan mengeluarkan air, dalam kain keaadan basah, ia letakkannya dikening Minji. Selesainya itu Hyein kembali berkutat dengan bahan-bahan belanjaan'nya untuk dimasak.

Suara didihan dari dalam panci menandakan bahwa masakan sudah hampir matang. Hyein mulai mengaduk bubur dengan telaten, seraya mengecilkan api kompor, sejenak mendiamkan buburnya mendidih kecil, lalu mengambil beberapa mangkuk diatas lemari,

Setelah mematikan kompor, Hyein memasukan bubur dan sup kaldu tauge ke dalam mangkuk yang sudah disiapkan bersama segelas air putih diatas nampan.

Segeranya dibawa mangkuk berisi bubur keatas nakas sebelah tempat tidur. Kemudian mengambil kain kompresan dan meletakannya di baskom tadi. "Jiyaa, bangunlah" Hyein menepuk pelan lengan Minji sampai yang terbaring itu menggerakan badan malas.
"Ayo bangun, dan makanlah." ujar Hyein hingga Minji benar benar terduduk dengan selimut yang masih bertengger apik dipangkuan.

"Eoh, Hyein" gadis yang dipanggil itu malah tersenyum tipis, kemudian membawa mangkuk bubur.Minji membuka mulutnya begitu Hyein menyodorkan sesendok bubur untuk ia kunyah. Hingga seterusnya dengan telaten,

Baru beberapa suapan kecil Minji mengeluh tidak ingin makan, Pertama-tama rasanya seperti bubur pada umumnya, namun lama-lama rasa pahit membuatnya tidak berselera. 'Rasanya pahit! Aku tidak mau!'.
Begitu keluhnya, Hyein sendiri tersenyum mendengar keluhan Minji. Dirinya begitu paham, saat sedang sakit memang seperti itu.

"Baiklah, setidaknya makan sup eoh?" Tawar Hyein, yang langsung dianggukan oleh Minji.

Bubur dan sup memang tidak cocok disandingkan, tapi Hyein tetap membuatnya karena ia tahu bagaimana nantinya Minji menolak memakan bubur yang hambar dan juga pahit. Setelah meletakan mangkuk bubur, Hyein kembali berniat menyuapi sebelum ditolak oleh gelengan kecil seperti anak kecil.

"Aku akan makan sendiri! Jangan memperlakukanku seperti bocah." tegas Minji kemudian mengambil alih mangkuk sup yang Hyein pegang.

Hyein tersenyum mendengarnya, 'Jangan memperlakukanku seperti bocah' oh ayolah bahkan tadi Minji menerima suapan bubur nya, berprilaku seperti bocah lima tahun saat mengeluh.

Sesaat yang terdengar hanya suara dentingan sendok dan mangkuk yang saling bergesek, seakan haus akan dahaga, Minji menyuruput sup kaldu hingga tandas. Hyein pikir Minji itu benar-benar kelaparan. Dan lihat kelakuannya itu! Lelehan sup kaldu terlihat dicelah bibir tipisnya sebelum menghapusnya dengan punggung tangan.

"Maaf merepotkanmu." lirih Minji, suara paraunya nyaris tak terdengar. Gadis itu duduk dengan kepala menunduk dipinggir ranjang dengan kaki menjuntai kebawah.

"Tentu saja tidak" balas Hyein tersenyum tipis sambil menyampirkan tas dibahu. "Aku juga memasak beberapa masakan, jadi hangatkan saja, aku pulang hmm" Hyein pamit.

"Hati-hati"

"Hmm, cepat sembuh! Minum obat yang teratur! Aku pergi." Minji menghela napas saat punggung ringkih Hyein kian menjauh dari pandangannya.

Sebelum pulang, Hyein sempat memberikan obat untuk Minji minum, mencuci piring kotor karena ulahnya didapur beberapa jam lalu, Minji sempat meminta Hyein untuk menginap tapi Hyein malah menolak, dirinya hanya khawatir pada temannya itu. Sekarang sudah sangat larut dan itu sangat berbahaya bagi perumpuan yang pulang sendiri menggunakan kendaraan umum.



Selagi membaca jangan lupa vote' syngku

EtherealWhere stories live. Discover now