TASYA || 16

8.9K 440 10
                                    

Taman belakang sekolah SMA Cahaya Bintang memang tidak pernah berubah. Selain keadaan yang selalu sepi, taman ini juga tidak ada yang di ubah dari segi tanaman dan juga beberapa lampu yang ada.

Taman ini merupakan tempat di mana Arka mengutarakan cintanya dan tempat di mana Ara mengetahui jika dirinya di hohongi oleh Rio dan Helmi.

Taman ini adalah taman bersejarah untuk orang tuanya terutama Kesya-Mamahnya.

Dan sekarang taman ini adalah tempat favorit Tasya selama ia bersekolah di sini. Selain tempatnya yang selalu sepi, taman ini juga memiliki udara yang segar, dan Tasya menyukainya.

Saat ini, Tasya sedang duduk di atas tanah yang beralaskan rumput dengan batang pohon mangga sebagai sandarannya.

Seusai melihat keadaan Calista yang ada di UKS, Tasya meminta Abib mengantar adiknya pulang. Tapi sebelum itu, ia meminta kunci mobil yang sudah berapa hari ini di tangan Calista.

Tasya memejamkan matanya menahan gejolak amarah yang ia pendam sejak tadi. Gadis bernama Novi itu berhasil membuat amarah Tasya memuncak setelah hampir satu tahun Tasya tidak pernah semurka ini.

Tasya mengambil ponselnya yang ada di saku seragamnya, mencari nama Kakek dan mendiel nomor itu.

Tasya menempelkan ponselnya pada daun telinga kirinya, sedangkan tangan kanannya sibuk memijat keningnya yang teramat sangat pening.

"Hallo?"

Tasya terkejut, tiba-tiba suara Kakeknya terdengar.

"Hallo Kek."

"Kenapa Sa?"

"Asa izin."

Tidak ada sautan dari sebrang sana.

"Terserah Kakek mau izinin atau enggak."

"Sa-

Tut..tut

Panggilan di putus oleh Tasya secara sepihak. Ia menaruh ponselnya di saku seragamnya kembali. Dan kini kedua tangannya benar-benar memengang keningnya yang sesekali ia berikan pijitan di sana.

Kepalanya teramat sakit.

Tasya diam masih dengan keadaan kedua tangan yang menumpuh kepalanya, ia seperti orang yang frustasi saat ini.

Tidak lama Tasya di kejutkan dengan kehadiran seseorang yang langsung memengang bahunya. Tasya tersentak dan menonggak melihat siapa yang melakukan hal itu.

Tasya diam saat melihat Gibran lah yang ada di depannya saat ini. Tasya langsung melepas kedua tangannya dan tersenyum tipis.

"Kenapa?" Tanyanya.

Tasya menggeleng menjawab pertanyaan Gibran.

"Pusing, hm?" Gibran kembali bertanya.

Tasya ingin mengeluarkan suaranya tadi tertahan dengan gerakan Gibran. Kedua tangan Gibran sekarang berada di kepalanya, memijat kepalanya dengan lembut dan Tasya suka.

Tasya membuka matanya setelah tadi sempat menutupnya lantaran keenakan menikmati pijitan di kepalanya. Ia mengambil kedua tangan Gibran dan menurunkannya.

"Makasih." Gibran mengangguk.

Lelaki itu duduk di hadapan Tasya dengan kedua kaki yang bersila dan pandangan lurus menatap Tasya. Tasya yang di perhatikan seperti itu salting sendiri, ia menunduk menatap rumput di bawah sana.

Tasya menonggak,"Hari ini kita ga bisa belajar bareng, gue ada urusan. Dan kayanya besok juga gue ga bisa."

Alis Gibran melengkung,"Sabtu mau ada apa?"

TASYA (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang