5. A Day with Jerome

Start from the beginning
                                    

"Males!" cetusku. Aku sih niatnya bercanda aja, soalnya gak mungkin lah baru pertama kali keluar udah kurang ajar.

Tiba-tiba Jerome mendekat ke arahku. Aku syok. Mukanya deket banget sama mukaku. Jantungku rasanya berhenti sejenak sampai tangan Jerome menarik seatbeltku, memasangkannya, lalu menjauh.

Jantungku akhirnya bisa berdetak lagi meskipun dengan kecepatan tidak normal.

"Baru kenal aja bandel, kalo ditilang aku tinggalin kamu sama polisinya ya," canda Jerome sambil melajukan mobilnya.

"Jahat!" balasku sambil pura-pura biasa aja, padahal hatiku udah deg-degan gak karuan.

Setelah beberapa menit diam dan menenangkan hati, aku membuka percakapan.

"Btw, kok koko mau sih keluar sama aku?" tanyaku sambil menatap Jerome yang mengemudi sambil mengikuti arahan GPS.

"Karena aku emang bakalan sempetin keluar sama orang kalau lagi di satu kota," jawab Jerome. Ia memperbesar volume sampai aku bisa mendengar lagu Sujud di AltarNya.

Aku berkata 'oh' tanpa suara, teringat Jerome emang pernah ngomong begitu di salah satu videonya.

"Selain itu, kamu... lucu," lanjutnya.

Mendengar jawabannya, aku sedikit tersipu.

Aku tidak merespon apapun. Hanya menyanyikan lagu yang sedang berputar karena kebetulan aku hapal liriknya. Jerome juga bernyanyi dan akhirnya kami bernyanyi bersama.

Rasanya senang banget, kalau punya pacar seiman, bisa doa bareng dan nyanyi lagu rohani bareng.

Andaikan Jerome beneran pacarku.

Aku menggelengkan kepala untuk menghilangkan pikiran itu. Rasanya aku gak tau malu banget, bisa jalan bareng gini aja harusnya udah bersyukur.

Tiba-tiba hapeku bergetar berkali-kali. Aku melihat siapa yang menelepon.

Incoming call : Papa

Aku langsung mereject telepon tersebut.

"Loh, siapa? Gak diangkat?" tanya Jerome.

"Gak," jawabku singkat.

Untungnya Jerome peka aku tidak ingin membahasnya dan ia pun mengalihkan topik. Kami ngobrol-ngobrol sepanjang jalan dan tak jarang kami tertawa.

"Udah nyampe nih," ujar Jerome sambil mematikan mesin mobil.

Dengan riang, aku turun diikuti Jerome. Ini tempat makan dimsum favoritku dan aku sudah berencana memesan yang banyak.

Kami duduk di tempat yang diarahkan pelayan. Tempat ini cukup ramai karena memang terkenal enak. Untungnya, tidak ada yang heboh minta foto sama Jerome.

Aku langsung memesan ini dan itu. Jerome melongo melihatku. "Kamu pesan sebanyak itu? Bisa habis emang?"

"Bisa lah, lagian untuk berdua."

"Tetap aja itu banyak banget woi untuk berdua," protes Jerome.

Aku tersenyum dan meninggalkan Jerome ke kasir. "Tenang, pasti habis kok."

Setelah membayar, aku balik ke tempat duduk. Satu persatu menu keluar. Aku melihatnya dengan mata berbinar.

Sebelum makan, kami berdoa dipimpin oleh Jerome. Setelah itu aku langsung makan dengan lahap.

Jerome menatapku sambil berdecak kagum. "Kamu kuat makan juga."

"Koko kan kuat makan juga, makan yang banyak ya, gak usah sok diet!"

Ketika aku mau mengambil siomay rumput laut kesukaanku, sumpit Jerome menghalangiku, aku berusaha merebutnya tapi gagal dan akhirnya masuk ke mulut Jerome.

"Ih!"

"HAHAHAHA" tawa Jerome meledak. "Kamu udah makan banyak, gak boleh lagi."

Aku ikut tertawa karena tawa Jerome. Entah kenapa, aku gampang banget ketawa sama tingkah-tingkahnya, plus, ketawanya nular.

Setelah selesai, Jerome melangkah ke kasir dan aku buru-buru menariknya keluar.

"Woi, belum bayar woi!" teriak Jerome sambil berusaha menahan langkah.

"Tadi aku udah bayar, sistem disini bayar dulu baru makan," jawabku lalu melepaskan tangannya.

"Lah, gak enak lah, masa kamu yang bayarin aku."

"Gapapa, anggap treat pertama keluar," balasku santai.

"Hm..., oke...," balas Jerome. Terdengar ragu, tapi akhirnya dia meng-iyakan.

"Ini langsung pulang apa gimana?" tanya Jerome setelah duduk di mobil sambil memasang seatbelt. Kali ini, aku memasang punyaku sendiri.

"Mumpung masih sore, main scooter aja yuk di PIK!"

"Wah, seru juga, oke, yuk!" jawab Jerome.

Tak lama, kami sudah sampai dan langsung menyewa scooter. Kami melewati jembatan PIK bersama.

Aku sengaja melambatkan laju scooterku agar sedikit tertinggal dari Jerome. Punggung Jerome ada di depanku, rasanya seperti mimpi. Sesekali ia menoleh sambil mengoceh dan tertawa.

Senyumku mengembang. Aku tak akan lupa senyumnya dibawah senja hari ini.

Danau buatan ada disisi kami. Jerome berhenti dan aku pun ikut berhenti. "Foto yuk!"

Aku tentu saja mengiyakan. Setelah selesai, kami berkeliling sampai malam sambil bercerita tentang banyak hal.

Setelah merasa cukup, kami mengembalikan scooter ke tempatnya. Kami menyempatkan untuk membeli boba sebelum Jerome mengantarku pulang.

"Nya," panggil Jerome ketika aku sedang asik menyeruput boba yang baru saja aku beli.

"Hm?"

"Aku senang banget hari ini, dan aku nyaman banget sama kamu walaupun kita baru kenal," ujar Jerome dengan cepat. "Setelah ini, kamu masih mau keluar sama aku kan?"

Aku terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk.

Akhirnya mereka ngedate! Hehehe

Gimana gaes?

Btw, mohon dukungannya dengan vote dan comment! Luvv! ❤

Mantappu Jiwa! ^^

Polin in LoveWhere stories live. Discover now