⚠️15+ Area! Bullying - mental disorders - harsh words - blood - some crimes are here - please be smart !
____________
Tentang Zivana dan Samahita-si pencinta teh dan si mantan mafia yang doyan nyimpen susu cokelat dalam botol amer-dua orang dengan p...
Ini semua salah mahmut. Dahlah selamat membaca guysss
Jangan lupa pollow ig aing biar tahy SPOILERRRR
Chap 31| Bahagia Yang Sementara
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Saya suka hujan. Aromanya menciptakan tenang. Tadi sebelum naik kereta. Saya sudah bilang ke langit, kalau hari ini hujan tolong jangan buat istri saya menangis lagi. Katanya iya ....” —Samahita
Senyum sumringah terpatri di wajah bulat Zivana kala mematut dua sikat gigi berwarna putih dan hitam yang tergantung sejajar. Lucu ya. Sikat gigi warna putih dengan motif bunga dandelion itu biasanya tergantung sendirian di kamar mandi. Sekarang sudah ada temannya—sikat gigi warna hitam dengan karakter koala di gagangnya.
Iya, sekarang Zivana dan Samahita satu kamar—hal yang diminta Zivana setelah berhasil mengalahkan Samahita beberapa waktu lalu. Bagaimana Samahita tidak kalah kalau Zivana main curang. Mencium pipi Samahita tanpa permisi atau setidaknya memberi aba-aba. Kontan saja tubuh berototnya limbung ke matras.
“Curang.” Samahita mendengus, berusaha mengatur napas dan debaran jantung yang meletup-letup.
“Nggak kok. Siapa yang curang, orang aku pengin cium Mas Ama emangnya nggak boleh, ya udah aku cium Willi aja,” gerutu Zivana. Berbalik badan—pura-pura hendak meninggalkan suaminya.
Samahita mencebik lantas menarik tangan Zivana dan ...
Cup ...
Zivana terdiam seolah mengeluarkan suara adalah dosa. Dia bagai seonggok daging tak bernyawa. Di dalam dadanya, puluhan kupu-kupu berterbangan. Samahita menciumnya. Mencium pipi kanannya. Bayangkan saja.
“Curang! Bilang dulu dong—”
“Apa kamu pernah bilang dulu sebelum mencium saya?” Samahita bertanya dengan alis naik sebelah.
“Hmm, eng-enggak sih.”
Samahita tersenyum kecil sambil mengacak rambut Zivana gemas. “Prinsip Samahita, mata dibalas mata, tangan dibalas tangan, ciuman dibalas ciuman.”
Zivana mengerucutkan bibirnya sebal. Bisa mati muda kalau begini. “Kemarin-kemarin aku sering cium Mas Ama tapi nggak pernah dibalas.”