"Alexsha, aku yakin bukan kau pelakunya. Aku akan menyelamatkanmu ...," gumam Erlina, menatap kepergian Alexsha.

🗽🗽🗽

Tiga hari kemudian.

"Erlina, mengapa porsi makanmu semakin hari semakin berkurang, Nak?" tanya Damietta. "Aku, aku hanya tidak nafsu makan," jawab Erlina lemah.

"Amarlic, istrimu itu Erlina, bukan Karina. Jangan mentang-mentang Karina sedang mengandung anakmu, kau hanya memperhatikannya saja, Nak," timpal Christian. "Aku akan menceraikan Erlina dan menikahi Karina secepatnya." Amarlic bangkit dari duduknya. Lalu, melenggang pergi setelah mengucapkan itu.

"Erlina, kami yakin Amarlic hanya bercanda saja," ucap Damietta. "Lanjutkanlah sarapanmu, Nak!" Suruh Christian ketika Erlina hanya menatap kosong makanannya. "Aku akan ke kamar," sahut Erlina. Ia pun pergi menuju kamarnya.

"Pih, apakah perceraian itu yang terbaik untuk mereka?" tanya Damietta sembari memakan salad sayurnya. "Hanya mereka yang tahu, Mih," jawab Christian.

Sedangkan, Erlina yang berada dikamar hanya bisa menangis ketika mengingat perkataan Amarlic yang akan menceraikannya. Apa mereka tahu, Erlina sudah tidak memiliki siapapun? Ameera, mamahnya sudah tidak menganggap ia anaknya lagi. Steven, ia sudah memiliki istri dan Fransisco, ia sudah mendapatkan kebahagiaannya. Tidak ada lagi yang membuat Erlina semangat, hanya janin di dalam kandungannya saja lah penguat Erlina dalam menjalankan hari-harinya. "Aku harus melakukan sesuatu," gumam Erlina. Ia pun menghubungi Albert.

"Erlina, apa ada masalah?"

"Iya, bisakah kau membantuku, Al?"

"Selalu bisa untukmu, Erlina."

" ... "

"Aku akan menyiapkan uangnya, jam berapah kita ke sana?"

" ... "

"Aku tidak ada pekerjaan sekarang."

"Baiklah sekarang saja."

"Aku akan menjemputmu."

Erlina mematikan panggilannya. "Hufft ..., semoga berhasil."

🗽🗽🗽

"Erlina, apa kau yakin dengan rencana ini?" tanya Albert. "Hanya ini yang dapat aku lakukan. Jika, rencana ini gagal, aku akan menyerah saja," jawab Erlina.

"Semoga berhasil, Erlina. Oh iya, apakah kau meminum obatmu dengan teratur?" tanya Albert seraya menyingkirkan anak rambut Erlina yang menghalangi wajah cantiknya.

"I---iya, tetapi aku merasa semakin hari tubuhku semakin lemah." Erlina membalas tatapan Albert.


“Itu karena kau sedang hamil, Erlina dan seharusnya kau dirawat di rumah sakit sekarang. Mengapa kau tidak memberitahu keluargamu saja, Erlina?” tanya Albert seraya mengusap pipi Erlina.

“Ayo kita turun, Al.” Erlina mengalihkan topik pembicaraannya. Ia turun meninggalkan Albert. “Huftt ... “ Albert menghembuskan nafasnya kasar, sebelum ia menyusul Erlina masuk ke dalam kantor polisi.

Sesampainya di dalam kantor polisi. Erlina dan Albert izin untuk membesuk Alexsha. Mereka pun diantar ke sel di mana Alexsha berada. “Kak Erlina, untuk apa kakak ke sini?” tanya Alexsha terkejut, melihat Erlina yang datang.

“Alexsha, bagaimana kabarmu?” Erlina tidak menggubris pertanyaan Alexsha yang sebelumnya. “Baik, Kak.” Kedua mata Alexsha beralih pada Albert, “laki-laki di sebelahmu siapa, Kak?” tanya Alexsha ketika melihat Albert di samping Erlina.

“Aku Albert, teman Erlina.” Alexsha tersenyum. “Alexsha, maukah kau membantuku untuk kali ini saja?” tanya Erlina. Alexsha menundukkan wajahnya, “keadaanku seperti ini, Kak. Tidak mungkin bisa membantumu.”

“Jawablah dengan jujur,  Alexsha. Mengapa kau meracuni nenek, kumohon jujurlah, Alexsha. Apa aku harus bersujud di kakimu sekarang,” desak Erlina. Alexsha pun menggelengkan kepalanya.

“Jangan, Kak, kau sudah sangat sering membantuku. Baiklah, aku akan menjelaskannya ... “

“Tidak perlu sekarang, Alexsha. Aku akan mengeluarkanmu dari penjara,” ucap Albert menyela ucapan Alexsha. Membuat Alexsha terkejut. “Benarkah?” tanya Alexsha tidak percaya. Dibalas anggukkan oleh Albert dan Erlina.

“Ah, sepertinya aku harus mengurus surat-surat penebusan Alexsha dahulu,” ucap Albert. “Baiklah,” sahut Erlina. Albert pun melenggang pergi.

“Kak, terima kasih banyak.” Alexsha memegang tangan Erlina. Erlina membalas senyuman Alexsha. “Sama-sama, Alexsha.”


🗽🗽🗽



Setelah Erlina pulang dari kantor polisi. Ia memutuskan untuk menghubungi Karina.


“Karina, aku tahu pasti kau yang merencanakan kematian neneknya Amarlic, ‘kan?”
“Khe ..., aku ketahuan, ya?”
“Kau jahat sekali, Karina. Bukankah kau sudah berjanji padaku, kau tidak akan mengusik keluarga Amarlic lagi jika aku tidak membongkar kejahatanmu!”
“Aku tidak sebodohmu, Adik sepupuku.”
“Aku adik kandungmu, Karina. Kau sudah dibohongi oleh paman.”
“Kau yang pembohong, Erlina. Jangan membawa daddyku dalam masalah ini!”
“Aku akan membongkar semua kejahatanmu, Karina!”

Tut ....

Erlina pun mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. “Tuhan, kumohon beri aku waktu dan kekuatan sampai besok saja ....," lirih Erlina.







Kira-kira apa yang terjadi besok, ya?

You have get ready readers°°

Jangan lupa vommentnya ya;)

My Conglomerate Husband (Completed✔)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant