~Jangan Pergi~

85 22 5
                                    

*23. JANGAN PERGI

Astagaaa!!! Arsy hampir lupa kalau hari ini ia harus memberikan jawaban untuk Radit. Hatinya mengatakan 'Jangan' Sedangkan sahabatnya menyuruhnya untuk memilih yang lebih pasti.

"Lebih baik lo pilih Radit yang pasti mencintai lo. Gak capek kejar Raka? Murahan tau gak."

Benar juga apa yang dikatakan Mina waktu itu. Arsy bisa saja untuk membuka hati untuk mencintai Radit. Ya walau tidak tahu kapan Arsy akan melupakan Raka. Tapi...berurusan dengan cewel-cewek rempong lagi? Ah sama sekali bukan masalah. Emang Arsy akan takut?

Arsy harus memastikan kembali pada Raka. Gadis itu buru-buru berkunjung ke kelas Raka.

"Raka!" Panggilnya.

Suasana kelas sangat sepi. Yap, semua orang sedang kekantin.

"Apa?" Balasnya datar dan dingin.

"Hm...Raka laper ya? Ini Arsy bawa kan makanan, kita makan bareng yuk!" Ajak Arsy yang membawa kotak bekal seperti anak TK. Arsy hendak duduk. Namun... "Ini tas siapa?"

"Anak baru."

Senang dengarnya. Semoga saja anak baru itu bisa menjadi teman baik untuk Raka.

"Nih Arsy bawain nasi goreng spesial buat Raka"

"Makasih"

"Yaudah makan sekarang! Jangan diliatin doang. Apa mau Arsy suapin?"

"Gak usah. Gue bisa sendiri." Kemudian kembali bertanya. "Lo udah gak ngambek?"

Hampir saja Arsy tersedak. Mengapa dia bertanya seperti itu? Sejak kapan Raka mempedulikan perasaan Raka? Hei Arsy! Seperti Raka telah mulai peduli. Atau...Raka suka dengan Arsy?

"Arsy masih kesel sih, tapi..."

"Mau nonton bareng?" Potong Raka cepat. Kemudian lelaki itu menyodorkan dua buah tiket.

"Raka ngajak Arsy nonton bareng? Beneran?! Iya Raka, Arsy mau kok." Ujar Arsy semangat.

"Hm"

Hening. Mulut Arsy mengatup rapat. Bagaimana ia akan menanyakan perihal ini? Tidak ada hujan, tidak ada badai. Tiba-tiba Raka mengajaknya nonton bareng? Siapa yang tidak tambah suka coba?

"Hm... Raka udah suka sama Arsy?" Tanya Arsy hati-hati.

"Nggak tau."

"Ada rencana kapan gitu suka sama Arsy?"

"Nggak tau"

"Ish, kok gak tau?" Kata Arsy kesal.

"Ribet."

"Ribet ya suka dengan Arsy?"

"Gak bosen tanya itu mulu?" Tanya balik Raka.

"Raka gak suka ya kalo Arsy terus deketin Raka? Raka benci Arsy? Kalo Raka sangat terganggu, Arsy akan pergi. Gak akan ganggu Raka lagi."
Oceh Arsy panjang lebar.

Raka tetap tidak bergoyah.

"Ih Raka, dengerin Arsy gak sih?" Rengek Arsy.

"Lo mau jadian sama Radit?" Tebak Raka.

Arsy mendelik. Bagaimana lelaki ini bisa tahu? Apakah Raka menstalker-nya? Setiap kali ada masalah, Raka lebih dulu menebak dan benar.

"Jadi beneran Raka gak ada rasa sedikit pun untuk Arsy?"

"Arsy sayangnya hanya untuk Raka."

"Sesusah itu ya?"

"Hm." Raka mendengus kesal.

"Yaudah mulai besok Arsy akan pergi dan ganggu Raka lagi." Ucap Arsy dengan kelopak mata yang siap menumpah.

"Raka gak apa-apa Arsy terima cinta Radit?" Ulang Arsy memastikan.

"Lo yang mau jadian, ngapain tanya gue?"

Sudahlah Arsy!

Hei ayolah Arsy! Move on dari Raka. Arsy tersenyum pahit menerima kenyataan. Ia sengaja membiarkan airmatanya tumpah. Arsy tidak kuat lagi. "Terima kasih. Arsy pergi." Pamitnya lalu pergi.

Selera makan Raka langsung menghilang. Hatinya mendadak sesak. Apakan iya gadis itu benar-benar pergi darinya?

Raka menggeram dan menggebrak meja, kesal.

Ada apa dengan dirinya? Hei Raka! Harusnya senang dong tidak ada yang mengganggu hidupnya lagi. Iya tidak? Ralat. Ada yang aneh dengan hatinya. Bahkan ketika membiarkan gadis itu pergi.

"Terima kasih. Arsy pergi"

Kalimat itu terus berputar berulang kali dalam otak dan benaknya. Raka mengacak rambutnya frustasi. "Jangan pergi!" Desisnya pelan.



Uwuwu uwuu
Selimut tetangga berhasil membuat Raka frustasi? Apa iya Arsy benar-benar pergi dari Raka?

Stay terus yaa!!!
Vote dan komen yang banyak yaa!!!

salam manis dari author paling manis😘😜

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang