⚠️15+ Area! Bullying - mental disorders - harsh words - blood - some crimes are here - please be smart !
____________
Tentang Zivana dan Samahita-si pencinta teh dan si mantan mafia yang doyan nyimpen susu cokelat dalam botol amer-dua orang dengan p...
Holaaaa yorobundilll Dari 1-10 seberapa kangen sama cerita ini?
Okay, untuk nextchap aku kasih target yaaah, 800 VOTE DAN KOMEN ... Lebih dari itu aku dobel up.
Jangan lupaa juga pollow instagram guweeeeh
Btw chap 29 kok votenya ga sekenceng chap sebelumnya, itu yg bikin aku rada bingung; ini antara ceritanya makin garing atau apa gatau.
Dah selamat membacaaaa
Chap 30 | H.O.S Cokroaminoto, Honda C50, dan Perempuanku
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Rumah itu seperti pelukan erat. Ketika pintunya dibuka kau akan merasa aman, hangat dan dicintai sepenuhnya.” —Tentang Kita; Yuanfen
Selepas William menjauh dari peredaran mata, Samahita menilik wajah tengil istrinya lama-lama. “Asyik ya berkuda?”
Zivana menoleh sambil mengangguk-angguk semangat. Tentu saja, gila ini adalah pengalaman pertamanya naik kuda. Apalagi gurunya William. Sepanjang lintasan berkuda, susah sekali mengatur fokus lantaran harum tubuh William yang bikin mabuk kepayang. Kalau ada ujian berkuda, mungkin Zivana dengan senang hati membiarkan dirinya remedial.
“SERU BANGETTT LOH! Minggu depan aku mau belajar berkuda lagi sama Willi. Kata Willi, kalo aku udah pinter bawa kuda sendiri, kita bakal beli teh poci pake kuda, seru banget nggak sih? Hehe ....”
Samahita mendecak. Tidak peka rupanya. Sudahlah. Dia lantas berjalan mendahului Zivana dengan bibir komat-kamit.
Zivana terheran-heran. “Mas, katanya ada urusan sama aku. Urusan apa?”
Tidak disahut. Samahita sibuk bergelut dengan perasaan kesal. Apa dia bilang? Belajar berkuda lagi? Terus beli teh poci naik kuda? Aneh!
“MAS!!!!” Zivana berteriak karena Samahita tak kunjung mengaminkan pertanyaannya. Apalagi meninggalkannya bermeter-meter di belakang. “AYAAANG !!! TUNGGUIN!” rengeknya membuat pipi Samahita berkedut.
Samahita berbalik dengan wajah datar seperti biasa. “Ayang? Tidak usah alay! Panggil Ayang sama William sana! Cocok kamu sama dia. Saya sampai lupa kalau kamu istri saya sangking lengketnya kamu sama adik saya satu itu.” Setelahnya berjalan lagi.
“Mas Ama cemburu ya?”
Berbalik lagi. “Cemburu?” Menunjuk dirinya sambil tergelak pelan. “Saya cemburu? Ngarang kamu!”
Dalam hati Zivana ngedumel. Tidak cemburu apanya? Orang sejelas itu Samahita menunjukkannya. Dasar tsundere!
“AYANG! TUNGGUIN! NANTI AKU DICULIK ALIEEEENNN!”
“Berhenti panggil Ayang, Yaya! Saya geli!”
“Ya udah, Beb. BEBEB TUNGGUIN—”
“Kamu pulang naik ojek saja, ya? Saya alergi orang alay.”