xxii. [🌇] petak harapan

695 160 56
                                    

xxii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

xxii. dialog mimpi
ㅡsore, di lorong sekolah.

eden sedang sibuk bermain dengan goresan-goresan hangat dari pulpen di tangan mungil berbalut keistimewaan saat dihar datang dengan wajah kusutnya. eden tersenyum kecil menyadari alasan di balik raut ditekuk itu.

"kenapa? kepala sekolah bermasalah lagi sama kamu?" tanyanya singkat, masih fokus dengan sketsa kasar di lembaran buku tulisnya.

"akunku belum bisa verifikasi. masa aku gak ikut snmptn? sayang dong kerja keras tiga tahunku." dengan malas-malas dia menekuk tangan di depan dada, menenggelamkan kepalanya di meja sambil terus menggerutu manja. kepala sekolah memang suka pilih kasih tentang anak beasiswa, padahal mereka juga sama-sama murid di sekolah ini.

eden menampilkan senyumnya lagi, "sudah. tadi aku lihat ares pergi ke ruang bimbingan konseling. kamu tidak mau ikut? siapa tau bisa mendapat pencerahan dari bu rani."

kepala gadis itu terangkat, buru-buru membereskan beberapa berkas yang tadi dibawanya ke ruang kesiswaan, bergegas meninggalkan kelas yang suasanya riuh disana-sini.

"eits, bro, tahan bro." suara abi mendadak menjadi gangguan jalan menuju lorong seberang lapangan.

"apa!" jawabnya galak, diikuti tatapan menilai gerak-gerik ketua kelasnya.

"nitip proposal dong, ke kelas sebelah. kasih ke nara ya. oh ya, tiga hari lagi panitia wisuda mau rapat. free kan? cuma butuh kepala divisi aja. datang ya, di rumah gauri."

dihar mengangguk, menyadari kalau dia akan bertemu dengan tunangan dari pemuda yang membuatnya jatuh hati sekali pandang. dia menarik nafas, mentralkan detak jantungnya sejenak. nara itu cantik, jelas tidak bisa disandingkan satu garis dengan dia.

gadis itu melangkahkan kaki dengan debaran tanpa alasan, setelah mengetuk, dia buru-buru ke pojok ruangan tempat nara sedang mendengarkan lagu memakai mp3 player warna hitam legam yang kesannya hebat. mengabaikan atensi kelas yang mendadak ke arahnya, dia menjadi sorotan saat menampilkan senyum kecil tanda permisi sebentar.

"um, siang, nara?" dihar mengetukkan tangannya di meja gadis itu.

nara membuka mata, tersenyum melihat sosok perempuan yang akhir-akhir ini gosipnya sudah sampai ke telinganya dengan benar. gadis yang sudah membuat jeno menatapnya begitu berbeda.

"iya? dihar, ya? kenapa?" nara melepas kabel yang terpaut di daun telinganya perlahan, menatap sekeliling dengan tatapan galak, apa-yang-kalian-lihat.

"um, ini, tadi abi nitip ke aku, buat kamu katanya." tangannya terulur, menyerahkan beberapa lembar kertas yang sudah dijilid rapi.

"ah terima kasih. nanti ayah akan cepat-cepat tanda tangan. oh, iya, dihar?"

"hm?" matanya yang dari tadi tidak nyaman menatap sepatunya bergantian kini beralih arah ke nara dan paras rupawannya.

"soal jeno, aku minta maaf ya. aku tidak tahu kalau surat kabar memberitakan. sama, kamu ikut rapat ketua divisi kan? datang, ya? aku tunggu."

adipatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang