• Erlangga 30 •

Comenzar desde el principio
                                        

***

Sekarang waktu nya jam pelajaran olahraga. Guru dari kedua kelas yang siswa-siswi nya telah berkumpul di lapangan belum juga datang padahal waktu olahraga telah di mulai sejak lima belas menit yang lalu.

"Ja." Fatia menyentuh perutnya. Merintis terlihat kesakitan membuat Senja menoleh menatap Fatia khawatir.

"Kenapa, Fat?" tanya Senja.

"Perut gue sakit banget," jawab Fatia.

"Hari pertama datang bulan?" tanya Senja dan diangguki oleh Fatia. "Kalo gitu lo gak usah ikut olahraga dulu, gue anter ke UKS ya?" tawar Senja. Baru saja Senja hendak berdiri ingin menuntun Fatia ke UKS, Fatia lebih dulu menahan Senja.

"Gue ke UKS sendiri aja. Tolong bilangin ke Pak Zaki aja kalo gue sakit," ucap Fatia lalu kembali meringis saat berusaha berdiri sembari memegangi perutnya.

"Beneran?" Senja memastikan.

Fatia mengangguk lalu melangkah pelan keluar lapangan membuat Senja menghela nafas nya. Tak berapa lama guru olahraga kelas dua belas MIPA satu memasuki lapangan membuat siswa-siswi MIPA satu dan dua berdiri dari duduknya.

"Hari ini Pak Zaki tidak bisa masuk. Olahraga MIPA satu dan dua saya satu 'kan hari ini. Kita akan bermain Doge ball," ucap Pak Rendi.

"Silakan baris dengan rapi dan melakukan pemanasan terlebih dahulu," intruksi Pak Rendi membuat semua nya membuat barisan.

Senja melangkah menuju barisan, memutuskan untuk menempati barisan paling belakang karena semua orang yang berada di lapangan kini terlihat tak menganggapnya ada. Ralat, hanya Ega yang menganggapnya ada. Tatapan Senja sempat bertemu dengan Ega membuat Senja mau tidak mau tersenyum.

"Silakan gabung bersama tim nya!" intruksi Pak Rendi setelah semuanya telah melakukan pemanasan dan telah di bagi tim oleh Pak Rendi.

Senja mau tidak mau ikut bermain karena Pak Rendi mungkin tidak tahu jika Senja mempunyai penyakit jantung. Di tambah tidak ada Fatia yang memberitahu, teman-temannya yang lain mana mau setelah kasus kemarin yang menimpa nya.

Dan bodoh nya lagi Senja malah berganti pakaian dan bergabung dengan anak-anak yang lain. Nekad mengikuti jam olahraga.

Awalnya permainan baik-baik saja. Namun saat Pak Rendi meminta izin untuk meninggalkan murid nya sebentar, anak-anak perempuan mulai berulah.

Meira tersenyum miring lalu maju satu langkah menempatkan dirinya di hadapan Senja dengan jarak yang sedikit jauh. Meira lemparkan bola karet yang tengah ia pegang kepada Senja dan ya, tepat sekali mengenai kepala Senja.

Senja memegangi kepala nya yang baru saja terkena bola karet berukuran bola basket lalu menatap Meira tidak mengerti. Senja meringis saat bola kembali mendarat ke punggung nya.

Senja edarkan pandangannya ke sekeliling. Entah bagaimana kini ia berada di tengah-tengah kerumunan yang tadinya dua tim saling berhadapan kini malah dirinya yang berada di tengah-tengah tim lawan dan juga tim nya.

Mereka saling bergantian melemparkan bola kepada Senja dan kini bagian Reta yang akan melempari nya. Senja hendak melindungi kepala nya namun bola lebih dulu mengenai wajahnya.

Senja meringis ngilu saat merasakan hidung nya terasa patah dan kepala nya sakit. Senja mengusap darah yang keluar dari hidungnya. Senja menatap Meira yang kini tengah bersiap melemparinya lagi dengan bola di tangannya.

Kaki nya lemas saat dada nya mulai terasa nyeri. Tak tahan menopang tubuhnya sendiri, Senja jatuhkan tubuh nya. Meremas dada nya saat sakit nya makin menjadi.

Erlangga: Bad Fiance ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora