27. Telah Pergi

107 18 10
                                    

Coba sambil dengerin lagu di mulmed:D

Twenty One Pilots - Cancer (My Chemical Romance) 🎶🎶

-Selamat Membaca-

Ketika yang pergi sudah tak menemukan celah untuk kembali. Di saat usia telah mendapati waktunya untuk berhenti. Ia tahu, ini akan segera datang padanya. Di mana dunia tak akan bisa ditatap olehnya. Serta kebersamaan yang belakangan ini ia nikmati, tak akan pernah ia jumpai lagi.

***

Winter menatap perih Aleta yang kini terbaring lemah di brankar rumah sakit. Kondisi tantenya yang awalnya membaik itu saat ini berbanding terbalik. Kesehatan Aleta memburuk. Ditambah efek samping dari kemoterapi yang dijalani oleh Aleta. Wajah cantiknya pucat pasi, makin tirus, bibirnya pecah-pecah dan kering, dilengkapi oleh kedua kantung mata yang menghitam juga layu. Sementara surai panjangnya perlahan-lahan pergi dari kepala. Akan tetapi, itu tak membuat senyum Aleta sirna begitu saja. Ada secercah kebahagian di diri Aleta ketika ia bisa menjalani itu semua dengan keluarganya. Dan tentunya, Shamora.

"Makan, ya, Ta. Beberapa suap aja, yang penting perut kamu terisi," bujuk Shamora yang kembali dibalas gelengan oleh Aleta.

"Mual, Kak Sha. Bakal percuma kalau nanti aku muntahin lagi." Kalimat bantahan bernada pelan yang diucapkan Aleta untuk kesekian kalinya. Salah satu efek samping kemoterapi yang dialami Aleta itu adalah penyebab tubuhnya makin kurus seperti ini.

Bukan hanya Shamora yang sudah berupaya untuk membujuk. May, Ammar, Arayyan, Fawwaz, bahkan Althaf telah melakukannya. Namun, respons yang diberikan oleh Aleta tetap sama. Penolakan.

"Tante?" Satu suara yang menjadi kelemahan Aleta akhirnya muncul juga. Winter, gadis remaja yang sedari tadi hanya diam menjadi saksi mata. "Makan, ya? Please ... Tante harus yakin, makan Tante Aleta kali ini enggak bakal keluar lagi." Sorot netra cokelat terang itu mencoba meyakinkan Aleta. Membuat Aleta akhirnya mengembuskan napas lalu mengangguk lemah.

"Biar Mama yang suapin, ya, Tan?" Gadis berambut keriting panjang itu melirik dan mengulas senyum lebar kepada Shamora yang duduk di sisi kanan brankar Aleta. "Winter akan tetap nemenin Tante di sini."

Winter mengetahui satu hal, mamanya benar-benar ingin mengeratkan kembali tali persaudaraan yang sempat renggang bertahun-tahun lamanya. Bahkan semasa Aleta menjalani kemoterapi, Shamora tak ada sehari pun absen menemani. Wanita itu merelakan pekerjaannya diwakilkan oleh orang lain untuk sementara waktu.

"Aku sungguh-sungguh bahagia bisa menjalani ini semua bersama Kak Sha, Winter, kak Ammar, kak May, kak Arayyan, Fawwaz, dan juga Althaf. Untuk Kak Shamora, terima kasih sudah mau menerima. Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk menjagaku. Dan Winter, Tante senang ada kamu di sini," ungkap Aleta usai menuntaskan makannya.

Netra wanita itu menyusuri satu per satu wajah yang ia sebutkan namanya tadi. Seakan hendak menyimpannya erat-erat di memori ingatan Sebab, ia tak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Ia hanya ingin menatap mereka dengan lekat di saat ia masih diberikan kesempatan oleh Pemilik Ketentuan.

"Kamu enggak perlu berterima kasih, Sha. Udah menjadi keharusanku melakukan itu semua, justru seharusnya aku melakukannya sejak awal," tutur Shamora dengan senyuman lembut.

Aleta merasa bahagia dan tenang mendengar hal itu. Kini rasa kantuk seolah menyergap kedua netranya. Seperti ada dorongan kuat untuknya menutup mata. Diikuti dengan lelah yang kini terasa nyata di tubuhnya. "Aku mau istirahat dulu, ya, Kak."

Winter in LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang