Cerita

1.3K 130 40
                                    

"Makasih ya Nes," ucap Nendra mengikuti Nesya sampai depan rumah.

"Iya." Nesya kemudian berkata kembali setelah beberapa saat,"Dia manis ya? Ramah lagi orangnya," Nesya mengingat pertemuannya tadi dengan Rumi.

"Ya begitulah, Ramah karena kamu perempuan, jadi cepet akrabnya dia. Coba kalau kamu laki-laki, yang belum kenal pasti akan ngira dia super jutek," Nendra terkekeh mengingat awal-awal dia bertemu Rumi.

"Pantas aja kamu nggak bisa melihat ada orang yang punya rasa sama kamu selama ini," Nesya tanpa sadar bergumam namun masih bisa didengar oleh Nendra.

"Apa Nes? Orang yang punya rasa sama aku? Siapa?" Nendra spontan bertanya pada Nesya.

"Mbak Sya? Buruan masuk, Budhe Indri telepon. Katanya dari tadi coba telepon Mbak Sya tapi nggak dijawab." Hendri menyela dari dalam rumah. Nesya menghela nafas samar, paling tidak ia tak harus menjawab pertanyaan Nendra.

"Aku masuk dulu ya, Ndra. Mama bakalan ngomel kalau aku gak buru-buru telepon balik. Salam buat Bunda kamu." Nesya masuk dalam rumah setelah mendapat anggukan kepala dari Nendra.

***

"Mbak? Mbak Sya!!" Nesya hanya fokus kedepan namun tangannya masih menggerakkan sendok di atas piring nasi.

"Ck Elah, Mbak kalau nggak nafsu makan kasiin aku aja deh, jangan cuma dimainin gitu. Cukup perasaan aja yang bisa dimainin, makanan jangan," Hendri tanpa permisi mengambil alih piring Nesya, sementara di depannya Nesya membiarkan piringnya berpindah tempat.

"Kamu pernah nggak, suka tapi nggak ngomong, Hen? Trus kamu tahu ternyata hatinya udah ada yang nempatin,"Nesya bergumam pelan namun masih dapat didengar dengan baik oleh Hendri.

"Mas Nendra udah suka sama orang?" Pertanyaan tepat sasaran yang diucapkan Hendri tak pernah diperkirakan Nesya sebelumnya.

Menegakkan tubuhnya, mata Nesya membola ketika mendapat respon telak dari sepupunya ini.

"Kok kamu bisa kesana sih ngomongnya?" Nesya memicingkan mata curiga.

"Elah Mbak, bayi baru bisa lihat juga tahu kali kalau Mbak Sya ada sesuatu ke Mas Nendra. Mulut boleh sejuta kali bohong, tapi mata nggak pernah sekalipun bisa membohongi." Hendri dengan santai melanjutkan makan.

"Tumben kamu bijak gitu? Emang mataku kenapa? Sok tau banget sih!" Nesya mencibir perkataan Hendri, sedang didalam sana jantungnya sudah berdetak tak beraturan.

Semoga Hendri nggak beneran tau. Bisa kacau kalau dia sampe nglakuin hal aneh, Batin Nesya.

***

"Nes? udah lama?" Nendra berjalan menuju sofa tempat Nesya duduk.

"Belum, sih. Kamu ada apa nyuruh aku kesini?" Nesya menatap dengan pandangan bertanya.

"Mmm.. Mau minta tolong nih sama kamu. Tapi, tunggu bentar lagi ya," Nendra melihat ke arah pintu masuk resto tempat mereka janjian hari ini.

Nesya hanya diam dengan tatapan bingung, apa yang sebenarnya Nendra inginkan. Belum sempat Nesya bertanya lagi, tangan Nendra telah lebih dulu menggenggam tangannya sambil bergumam kata maaf.

"Nes, maukah kamu jadi pacar aku?"

Nesya semakin tidak mengerti dengan apa yang terjadi, meski tak ia pungkiri jantungnya semakin berdebar. Hingga sesaat setelahnya, seorang wanita menghampiri mereka.

"Ndra? Jadi, kamu nyuruh aku kesini buat lihat ini?" Suara wanita tersebut membuat Nesya mengernyit.

"Mbak Sis??" Nesya terkejut melihat kedatangan Siska.

"Iya, Mbak. Mbak lihat kan? Aku sama Nesya udah jadian. Jadi Mbak Siska nggak perlu jodoh-jodohin aku lagi kayak kemarin," Nendra menatap malas pada Siska.

Namun yang ditatap malah menunjukkan senyum yang sulit diartikan.

"Semoga dia percaya," batin Nendra.

***

"Sekali lagi aku minta maaf ya Nes, udah libatin kamu soal ini, tapi ya cuma kamu yang bisa nolongin aku." Nendra sudah menjelaskan alasan sikapnya tadi saat perjalanan mereka pulang.

Nendra masih merasakan patah hati saat terakhir dia berusaha berdamai dengan takdir minggu lalu. Rumi bukan jodohnya, tapi kenapa sulit melupakan perasaannya. Sedangkan cara Siska membantunya move on terlampau ekstrim. Siska sering membuatnya tanpa sadar mengikuti rencana kencan buta yang sudah disusun, hingga dia menemukan cara menghentikan aksi kakak sepupunya itu dengan bantuan Nesya.

"Nggak apa-apa, Ndra. Sesuatu kalau dipaksakan emang nggak akan baik. Lebih baik tutup dulu lembaran lama itu dan coba lihat disekeliling kamu, mungkin ada seseorang yang kamu lewatkan selama ini." Nesya tersenyum tulus pada Nendra.

"Thanks ya Nes." Nendra beranjak setelah memastikan Nesya masuk dalam rumahnya.

***
Sejak saat itu, komunikasi antara Nendra dan Nesya berlangsung cukup intens, bahkan sesekali mereka pulang bersama atas permintaan Nendra untuk meyakinkan Siska jika keduanya memiliki hubungan.

"Nes, kerjaan udah kelar? Makan siang, yuk."

"Nanggung, Mbak Sis. Masih ada kerjaan ini, laporan yang Pak Tristan minta buat meeting besok pagi. Kalau nggak kelar, bisa gawat ntar." Nesya menjawab dengan mata masih menekuni layar di depannya.

"Mbak Nesya?" Suara seorang OB menginterupsi obrolan mereka.

"Iya, Pak Man. Ada apa?" Nesya mengalihkan tatapannya ke arah Pak Man.

"Ini Mbak, ada kiriman makan siang. Sama tadi driver ojeknya bilang Mbak diminta cek ponsel Mbak." Pak Man menyodorkan dua bungkus makanan dari sebuah resto. Setelah Nesya menerimanya, OB tersebut undur diri.

"Makasih ya Pak."

Setelah Pak Man pergi, Nesya meletakkan bungkusan tersebut di atas meja, kemudian mengambil ponselnya yang sejak tadi ada dalam tas dengan mode silent.

Nesya mengernyit ketika ada 4 misscall dan beberapa chat dari Nendra. Dia gulirkan untuk membuka chat Nendra.

Nendra
Nes, makan siang yuk. Hari ini aku ada meeting di daerah sekitaran kantor kamu.

Ganendra
Kamu lagi sibuk ya.

Ganendra
Sepertinya emang beneran nggak bisa diganggu nih.

Ganendra
Aku kirim makan siang buat kamu. Kalau Mbak Siska sama kamu, kamu kasih aja yang satunya. Biar dia nemenin kamu. semoga kamu suka. Jangan lupa makan.

Nesya
Thanks, Ndra.

Nesya membalas dengan ucapan terimakasih singkat, kemudian tersenyum kecut. Jika hubungan mereka nyata, pasti hatinya saat ini akan berbunga-bunga. Tapi, Nendra melakukan ini sebagai wujud perhatian pada sahabatnya.

Nendra yang masih patah hati, dan Nesya yang menyimpan rasa. Membuat mereka dekat dan menjadi sahabat yang saling melengkapi. Meski Nesya masih menyimpan cintanya sendiri.

...

Cinta Tanpa Syarat (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang