17. Pesan Misteri

1.7K 195 24
                                    

Karin sudah diperbolehkan untuk kembali masuk ke sekolah. Karin menjalani hari-hari seperti biasanya tetapi ia lebih bisa mengontrol untuk tidak melakukan hal yang aneh-aneh lagi karena Karin sudah kapok setelah ia tertangkap dan masuk ke penjara.

Raga melihat Karin semakin hari semakin malas, mengingat Raga tau bahwa Karin telah menculik Zahra. Zahra meminta Raga untuk tak memberi tahu siapa-siapa tentang dalang dibalik penculikannya. Zahra hanya tidak ingin banyak orang yang mengetahui kejahatan Karin. Zahra telah sepenuhnya memaafkan Karin.

Disamping itu, Raga dan Zahra kini makin dekat. Kemana-mana mereka selalu bersama seperti prangko yang melekat pada amplopnya. Raga sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan selalu berada disamping Zahra dan akan melindungi Zahra dari orang-orang yang mau berniat jahat dengan Zahra.

"Eh bambang, lo beneran udah suka ya sama Zahra?" Tanya Fikri yang melempari Raga dengan kulit kacang. Saat ini, Fikri, Reihan, Raga, dan Ardan sedang berada di rumah Raga.
Mereka melakukan kegiatan rutinnya, yaitu merusuhi rumah Raga, dan juga menghabiskan snack yang ada di rumah Raga.

"Gak tau" Jawab Raga singkat.

"Halah pake so so an gak tau. Bilang aja udah sama kita-kita, ya gak?" Ujar Ardan.

"Bener tuh. Tinggal jujur aja susah amat bego" Ujar Reihan.

"Padahal kalo gue inget yang dulu nih, Raga sama Zahra tuh kaya mustahil banget bisa jadian. Makanya gue kasih dare kaya gitu. Eh ternyata malah mereka berdua saling cinta dong" Ujar Fikri.

"Bener juga kata lo, Fik. Bisa tuh dibuat film yang judulnya 'Aku Berpacaran Karena Dare dari Temanku" Ujar Ardan tertawa. Reihan dan Fikri pun tertawa. Raga hanya meliriknya sekilas dan tak berniat menanggapi gurauan absurd teman-temannya itu.

"Gue takut" Ujar Raga yang membuat ketiga temannya berhenti tertawa dan menatap ke arahnya.

"Kenapa lo? Takut diputusin Zahra?" Tanya Reihan.
Raga hanya menggeleng.

"Terus, lo takut apaan?" Tanya Ardan.

"Gue takut kalo Zahra tau tentang dare ini. Bisa-bisa di salah paham" Ujar Raga.

"Maksud lo?" Tanya Fikri.

"Makanya otak tuh dipake. Lo diajak ngomong tapi dengkul yang lo pake mikir" Ujar Reihan menjitak kepala Fikri.

"Ya kaya gini ini yang buat otak gue kagak bisa jalan. Jangan jitak mulu dong. Dikira kagak sakit apa" Ujar Fikri mengelus kepalanya.

"Alah lebay banget lu jadi cowok" Balas Reihan.

"Ini kan yang tau cuma kita-kita aja, Ga. Pokoknya kita harus saling menjaga aja sih biar Zahra gak tau tentang ini" Ujar Ardan.

"Tapi yang namanya kebohongan juga pasti kebongkar pada waktunya, Dan. Cepat atau lambat" Ujar Raga.
"Apa gue cerita duluan aja sama Zahra? Biar nanti dia gak salah paham sama gue" Lanjutnya.

"Tuhkan, berarti lo tuh udah cinta banget sama Zahra. Buktinya, lo takut banget kalo sampe Zahra tau kalo lo pacarin dia awalnya cuma gara-gara dare." Ujar Reihan yang diangguki oleh Ardan dan Fikri.

"Mungkin gitu" Jawab Raga. Pandangannya fokus mengarah ke depan dan tak menatap teman-temannya.

"Kalo menurut gue sih, jangan sekarang kalo lo mau bilang tentang ini. Lo harus buat dia percaya dulu kalo lo bener-bener cinta sama dia. Baru deh nanti lo coba cerita pelan-pelan ke dia dan lo juga harus jujur tentang perasaan lo yang sekarang ini" Ujar Ardan.

"Nah bener banget tuh. Gue setuju sama Ardan" Balas Reihan.

Raga masih menatap ke depan. Ia memikirkan ucapan teman-temannya. Ia harus mempertimbangkan kembali apakah harus berbicara masalah ini ke Zahra atau lebih baik dia diam saja.

ZAHRAGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang