Siang ini Nesya sudah siap dengan setelan kasualnya. Dia duduk sambil melihat pekerjaannya sembari menunggu Nendra datang. Saat bel rumahnya berbunyi, dia segera bangkit, menyambar tas di atas sofa dan memasukkan ponselnya disana kemudian berjalan ke arah pintu.
"Hai! Udah siap?" Nendra menyapa ketika pintu terbuka dan menampakkan Nesya yang sudah rapi.
"Udah, mau jalan sekarang atau mau minum dulu?" Tawar Nesya sambil menunjukkan jempol tangan kearah belakang.
"Nggak usah, langsung berangkat aja yuk biar nanti nggak kemalaman pulangnya." Nendra berbalik dab berjalan keluar pagar, sedang Nesya mengunci pintu terlebih dahulu lalu menyusulnya.
Saat di luar pagar rumah, Nesya menunjukkan raut sedikit terkejut. Pasalnya Nendra lebih sering bahkan terlihat selalu memakai motor ketika berpergian, namun yang terlihat justru Nendra yang sedang membukakan pintu penumpang sebelah kemudi untuk Nesya.
"Tumben banget nih kamu pakai mobil? Aku kira kita pergi naik motor," ucap Nesya seraya masuk kedalam mobil.
"Iya, biar nggak ribet bawa hadiahnya. Lagian agak mendung, ntar pulang kehujanan malah sakit, kan berabe anak orang dibikin sakit cuma gara-gara nemenin ketemu orang," Nendra berucap seraya memasang sabuk pengamannya.
Dalam perjalanan, hanya obrolan ringan selebihnya diisi suara musik yang diputar oleh radio mobil.
***
"Kita ke sini?" Nesya memandang sekitar dengan bertanya-tanya.
"Iya, Ayo masuk!" Nendra tanpa sadar menggandeng tangan Nesya untuk masuk ke pusat perlengkapan bayi.
Jantung Nesya berdetak cepat ketika melihat pada gandengan tangan mereka. Hingga sampai di dalam Nendra baru melepaskan tangan mereka.
"Bagusnya aku bawain apa ya?" Nendrae lihat-lihat aneka perlengkapan bayi didepannya.
"Ehm, boleh aku bertanya? Siapa yang mau kamu temuin Ndra? Kenapa kita malah bawain perlengkapan bayi?" Nesya yang sedari tadi diam mulai tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi.
"Orang yang sangat spesial hingga sekarang, nanti aku kenalin dia sama kamu." Nendra melanjutkan melihat-lihat tanpa melihat reaksi Nesya yang terpaku mendengar jawabannya.
"Apa mungkin sebenarnya Nendra diam-diam sudah menikah, dan istrinya akan melahirkan?" Nesya terhanyut dengan pemikirannya sendiri.
"Nes?? Nesya? Hei!" Nendra menepuk pelan pundak Nesya saat tak ada respon.
"Eh.... Yang itu bagus, Ndra." Nendra hanya mengangguk, padahal dia tidak meminta pendapat pada Nesya soal barang di depannya.
"Ayo kita ke sebelah sana, mungkin ada yang bagus buat hadiah." Nendra menarik pelan tangan Nesya.
"Loh? Bukannya udah ketemu tadi?"
"Kamu melamun, Nes. Tadi aku ngajakin ngobrol tapi nggak ada respon dari kamu." Nendra berhenti diarea kereta bayi.
"Mm... Bagus yang mana ya Nes?"
"Anak nomor berapa ini Ndra?" Bukan menjawab pertanyaan Nendra, Nesya malah balik bertanya.
"Nomor dua, perempuan. Kakaknya Laki-laki udah 3 tahun," jawab Nendra santai sambil melihat kereta bayi didepannya.
"Mm... Mungkin lebih baik kita belikan pakaian bayi sama pernak perniknya. Kalau kereta bayi apalagi box bayi masih bisa pakai yang dulu punya kakaknya," Nesya memberikan pertimbangan, meski hatinya semakin bertanya-tanya.
"Anaknya dua?? Sebenarnya siapa dia, Ndra? Seistimewa itukah sampai anaknya pun kamu perhatiin, apa... Jangan-jangan Nendra suka sama single parent? " Batin Nesya, Namun saat sadar pemikirannya konyol, Nesya menepuk kepalanya sendiri berharap kewarasannya kembali.
"Udah ketemu baju-bajunya, Nes. Kamu tolongin aku cariin pernak-perniknya ya. Nggak bisa bayangin, pasti bakalan lucu banget si baby," ucap Nendra membayangkan bayi perempuan yang mau ditengoknya memakai pernak pernik lucu, pasti akan mirip mamanya.
Ah, lagi-lagi perasaan Nendra menjadi tak karuan mengingat ibu dari bayi tersebut. Huft, patah hati kalau nggak diajak damai bisa-bisa aku jadi nekat nanti. Batin Nendra.
***
Mereka sampai disebuah komplek, di depan sebuah rumah minimalis yang bercat ungu dan biru Nendra memarkirkan mobilnya. Sebelum turun, Nesya melihat Nendra menghirup udara dalam seperti mengumpulkan tekad. Setelahnya Nendra keluar dari mobil dan membuka pintu belakang untuk mengambil beberapa hadiah yang telah ia beli. Nesya segera mengikutinya dari belakang.
Ting Tong!
Nendra menekan bel setelah mereka sampai didepan pintu rumah. Dalam hati Nesya mulai mengagumi serta bertanya-tanya rumah siapa yang mereka kunjungi saat ini.
Sesaat kemudian, pintu terbuka menampilkan pemilik rumah yang sedang menggendong bayi mungil di tangan kirinya.
"Oh, Hai Bro! Masuk!" Sang Tuan rumah membuka lebar pintu untuk mempersilahkan mereka masuk dan duduk.
"Bentar ya, aku panggil mamanya anak-anak dulu."
"Oke." Nendra hanya tersenyum dan menjawab singkat.
Beberapa saat kemudian, pria tadi muncul bersama wanita muda di belakangnya dengan sang anak yang telah berpindah dalam gendongan istrinya.
"Oh, Hai Ndra! Apa kabar? Lama nggak kelihatan kamu." wanita berhijab tersebut menyapa kemudian duduk di seberang mereka.
"Hai, Rum. Maklum sibuk, kamu lahiran nggak ngabarin. Kalau Mas Rama nggak cerita waktu nggak sengaja ketemu tempo hari, aku nggak bakal tau si Zain punya adik." Nendra melirik pada Rama.
Nesya sedari tadi memperhatikan obrolan mereka. Nampak di hadapannya, Nendra melihat wanita tersebut dengan pandangan rindu. Hingga sesaat kemudian, Rumi menyadari keberadaan Nesya yang duduk di single sofa.
"Eh, Ini siapa Ndra? Kenapa nggak dikenalin ke kita?" Rumi melihat Nendra kemudian beralih menatap pada Nesya lalu tersenyum memperkenalkan diri, "Hai, aku Rumi dan itu Mas Rama suamiku."
"Oh, kenalin.. Ini Nesya, tetangga baru sekaligus temen SMA aku dulu." Nendra melihat ke arah Nesya sambil tersenyum.
"Hai, aku Nesya. Selamat ya atas kelahiran baby cantiknya." Nesya mengulurkan tangan dan tersenyum tulus sebagai perkenalan.
"Makasih, Nesya. Aku kira kamu pacarnya Nendra." Rumi melirik ke arah Nendra dan tersenyum usil.
"Iya, Rum. Mas kira juga si Tengil ini udah move on dari kamu," ucap Rama tersenyum, namun hal itu nampak menyebalkan bagi Nendra. Lagi-lagi Rama mengungkit perasaanya pada Rumi, meski hanya sekedar candaan.
Nesya yang mendengar ucapan Rama bisa menarik kesimpulan, jika Rumi yang di depannya ini adalah Danisha Arrumie, cinta pertama yang pernah Nendra ceritakan dulu ketika mereka SMA. Seseorang yang membuat Nendra tak pernah sekalipun menjalin hubungan dengan siapapun selama SMA.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tanpa Syarat (END)
RomanceCover by @henzsadewa Cinta pertama sulit dilupakan. Semakin aku berusaha, nyatanya hatiku akan tetap memilih namamu untuk berada disana. Nesya bertemu kembali dengan Nendra, masa lalu yang tak pernah dimilikinya. Nendra yang patah hati dan Nasya yan...