Chapter 28 - Breaking Cold (a)

Bắt đầu từ đầu
                                    

Lampu dapur sengaja dibiarkannya mati, tapi cahaya dari luar tampak dengan sangat jelas. Alicia tengah berdiri di hadapan lemari es yang terbuka---mencari bahan makanan---ketika mendengar suara erangan seseorang. Alicia langsung mematung di tempat, dan suara erangan---atau yang lebih terdengar seperti rintihan sakit---itu semakin terdengar keras dan jelas.

Alicia menutup pintu lemari pendingin dengan pelan, kedua netranya terbuka lebar, maka Alicia pun menyalakan lampu dapur namun hanya menemukan dirinya sendiri di sana. Tapi suara rintihan sakit itu tidak berhenti.

"Aku mengenalnya," gumam Alicia. "Lucius?" panggilnya kemudian, tapi tidak ada yang menyahut, Alicia mengedarkan pandang mencari sosok itu, tapi dia benar-benar seorang diri di dapur. Alicia pun melangkah penuh kehati-hatian ketika dia meninggalkan dapur untuk mencari sumber suara itu.

Sampai di depan pintu pelayan yang menuju langsung ke ruang makan, Alicia berhenti.

"Aaaargggh...!!!"

Jantung Alicia berdetak dengan sangat tidak karuan sampai Alicia berpikir bahwa dia bisa mendengarnya sendiri.

Alicia membuka pintu dengan tangan bergetar saat suara erangan itu terdengar lagi. Derit daun pintu itu seolah memekikkan telinga Alicia oleh sunyinya malam, begitupun dengan suara rintihan itu.

"Aaaaarrgghhh...!"

Napas Alicia tercekat pada pemandangan di hadapannya. Kursi-kursi berserakan di mana-mana, beberapa hanya berupa kerangka kayu yang patah atau lepas dari tempatnya. Mata Alicia menyusuri ruangan dan melihat tubuh meringkuk di dekat jendela, dibasuhi cahaya rembulan yang lembut.

Awalnya langkah Alicia begitu ragu-ragu, lalu tanpa sadar dia sudah berlari menghampirinya.

"Lucius!" panggil Alicia tidak percaya pada pria yang kini terbaring meringkuk sembari memegangi kepalanya dan merintih kesakitan.

Alicia bersimpuh di hadapannya dan menyentuh tangan Lucius, namun karena satu sentuhan itu, gerakan refleks Lucius adalah membanting Alicia ke lantai. Alicia yang tidak siap dengan hal itu langsung mengerang kesakitan sambil memegangi punggungnya.

"Alicia." Lucius memanggil namanya dengan nada terkejut yang terdengar lemah. Alicia mendongak menatap pria itu lalu terhenyak.

Selama ini, Alicia tidak pernah sekalipun melihat Lucius tampak seolah dia telah kehilangan dirinya. Lucius selalu berada di dalam kontrol, bagi Alicia salah satu alasan mengapa Lucius itu berbahaya adalah karena pria itu tahu apa yang dia lakukan. Tidak seperti sekarang.

Lucius kacau; rambutnya sangat acak-acakkan, wajahnya kusut dan dipenuhi keringat, matanya tampak sangat redup dan nyaris sewarna abu-abu, menatap Alicia dengan sayu bahkan nyaris kosong, belum lagi napasnya yang terdengar berat dan tersengal-sengal. Lucius membantu Alicia bangkit dari lantai sehingga keduanya sama-sama terduduk di sana.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Alicia penuh khawatir.

Lucius menatap Alicia beberapa detik sebelum mengerang sembari memegangi kepalanya. Alicia langsung dibuat panik dan dia tidak tahu harus melakukan apa.

"Ada apa?! Apa yang terjadi padamu? Lucius?"

"Pe-pergi!" perintah Lucius terbata sambil mencoba untuk bangkit dengan gerakan yang sempoyongan.

"Apa kau mabuk?"

Lucius menjawabnya dengan erangan tertahan. "Pergi, Alicia!"

"Aku tidak akan pergi!" balas Alicia ikut bangkit berdiri dan menghadap Lucius. Apapun yang terjadi padanya, Alicia merasa bahwa akan lebih baik untuk membawanya ke kamar. "Ayo kita ke kamar," ucap Alicia, suaranya parau oleh kecemasan.

LIVING WITH THE DEVILNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ