⚠️15+ Area! Bullying - mental disorders - harsh words - blood - some crimes are here - please be smart !
____________
Tentang Zivana dan Samahita-si pencinta teh dan si mantan mafia yang doyan nyimpen susu cokelat dalam botol amer-dua orang dengan p...
Hola yorobundil, bertemu lagi kitaaa. Malmingan nih, kalian ke mana? Jomlo pasti iri dengki sama yang pelukan nyisir jalan sambil berbagi cerita. Jomlo sih makanya! Sama :") Gpp guys, keep halal sampe mas crush ngajak taarufan. Asoy!
Lagi dan lagi, aku ga tega. Sebenernya mau upload chap 23 di feed ig. Selain ga tega, ini puanjang banget. Males misahin, males editin.
Eitsss, tapi bagi kalian yg ga pollow ig aing rugi sih kalo kata aing. Di sana aing spill teori dan chat. Pluss BONUS DARI CHAPTER 23 AING POST DI SANA. Muehehe
Yuk dipollow catatan.radiobodol
~ Selamat membaca ~
Chap 23| Jangan Jatuh Cinta Ya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Katanya jangan jatuh cinta, kataku tidak bisa. Salah sendiri kenapa membuat saya susah memilah perasaan. Tidak bisa sayang sekedar sayang. Tapi sayang yang pakai cinta.” —Zivana
Zivana dan segala permintaan yang kadang membuat seorang William tercengang. Ditawari beli telur gulung dan teh poci malah minta diajak main ice skating. Okay, tidak masalah. Hitung-hitung menyegarkan otak setelah diselimuti banyak masalah, puluhan tugas kuliah dan kegiatan maha melelahkan lainnya.
William pikir opsi main ice skating akan menghilangkan opsi beli telur gulung dan teh poci. Namun, pada kenyataannya ...
“Willi gue mau main ice skating tapi mau beli telur gulung sama teh poci juga,” pujuknya dengan wajah murung yang entah kenapa justru terlihat menggemaskan di mata William.
“O-okay ....”
“Telur gulungnya yang pake saos pedes. Nggak mau yang pake bubuk cabe. Terus saosnya penuh-penuh.”
“Iya. Saosnya penuh-penuh. Tapi tehnya yang hang—”
“Nggak mau, maunya pake es.”
“Tapi cuaca dingin An—”
“Pake es!”
“Okay. Pakai es.”
Setelah kehendak Zivana dituruti, barulah wajahnya berseri lagi. Sepuluh tusuk telur gulung habis dalam beberapa menit. Melihat Zivana makan sudah membuat William kenyang. Senangnya.
“Will kenapa diangguri? Makan gih. Kalo dingin nggak enak,” suruh Zivana setelah menyesap separuh teh poci dalam cup sedang.
William tersenyum sumir. Alih-alih makan, dia malah menyodorkan bungkus telur gulungnya pada Zivana. “Punyaku buat kamu saja Ana. Aku sudah kenyang.”
“Beneran nih? Enak banget loh Willi. Ntar lo nyesel.”