Part 1 •Cafe Bintari•

Comenzar desde el principio
                                        

"Tidak tuan tidak. Maafkan saya" pelayan itu reflek mendongakkan kepalanya.

"Keenan?" gumam pelayan itu tapi masih bisa didengar oleh Keenan.

"Berani-beraninya kau memanggilku seperti itu!" Keenan tidak suka ada yang memanggilnya dengan nama saat berada di luar rumah dan sekolah. Apalagi sekarang pelayan cafe yang memanggilnya seperti itu.

"Maafkan kelancangan saya tuan" ujar gadis itu lemah. Kakinya sudah lemas dan tak mampu lagi menopang berat tubuhnya. Ia bersender pada dinding lorong agar tetap tegak.

"Kau" Keenan mendekati gadis itu. Ia menganalisis gadis itu. Dari wajahnya, Keenan tahu bahwa mereka seumuran.

Apa dia mengenalku? batin Vennaya ketakutan. Ia mencengkram gagang troli sangkin takutnya. Elang gila ini bisa menggila kapan aja. Ia sudah berusaha untuk menghilang dari hidup Keenan selama ini. Kenapa hari ini dipertemukan kembali. Mungkin hari ini adalah hari terakhirnya bernafas.

"Apa kau pelayan baru?" tanya Keenan membuat Vennaya bernafas lega.

"Iya tuan. Baru satu minggu" jawab Vennaya sang pelayan.

"Cih. Pantas saja kau tidak tahu sopan santun denganku" ucap Keenan lalu meninggalkan gadis itu terdiam dalam lorong.

"Kau" Keenan berbalik lagi menatap tajam pelayan tadi

Apa? Apa dia sudah mengingatku?-batin Vennaya was-was.

"Iya tuan" balas Vennaya lemah. Gemetaran di badannya tak bisa ia tahan.

"Naiklah ke ruanganku" ucap Keenan lalu pergi.

Hah? Ruangan? Ruangan apa? Di mana ruanganmu? Ruang VIP di sini banyak. Dasar elang gila. Masih saja berbicara tidak jelas-batin Naya kesal.

Ia mendorong trolinya menuju dapur yang ada di ujung lorong. Tangannya dengan cepat memindahkan piring-piring kotor ke tempat cuci piring. Diambilnya sabun cuci piringdan mulai mencuci

"Nay, bos memanggilmu. Apa kau membuat kesalahan Nay?" kata salah satu pelayan mendekatinya.

"Hah? Sepertinya tidak. Baiklah, aku akan menemui bos dulu. Tolong gantikan aku mencuci ini Wi" Naya menghentikan kegiatan mencuci piringnya dan membilas tangannya yang diselimuti busa sabun.

"Baiklah. Pergilah. Semoga keberuntungan memihak padamu"

Naya membalas dengan senyuman.

Ada apa ini? Apa aku membuat kesalahan? Apa gara-gara aku menabrak Keenan tadi? Bagaimanapun dia kan orang terkenal. Bisa saja ia mengadukanku pada bos-Naya terus berspekulasi di sepanjang perjalanan.

Tangannya membuka handle pintu ruangan bosnya dengan sempurna. Ia dapat melihat mata bosnya sudah berkilat dengan ekspresi wajah murka.

Bagaimana ini- Naya ketakutan bukan main.

"Duduklah" perintah atasannya itu.

"Baik Pak"  Naya duduk di depan atasannya. Kedua tangannya menggenggam satu sama lain. Ia benar-benar takut sekarang. Ia tidak mau dipecat. Sangat sulit baginya untuk mencari pekerjaan. Ia harus membiayai ibunya yang sakit. Ia juga masih ingin bersekolah.

"Vennaya Aqila Eleanora" suara mengintimidasi atasannya membuat jantung Naya bergetar.

"Saya tidak tahu kesalahan apa yang sudah kamu perbuat. Tapi kau benar-benar membuat tuan muda marah. Kerjamu selama seminggu ini cukup bagus Nay. Hanya saja saya terpaksa memecatmu karena tuan muda yang menyuruhnya. Ini gajimu" kata-kata yang tidak pernah ingin Naya dengar kini keluar dari mulut atasannya.

Ia melihat atasannya mengeluarkan amplop coklat.

"Pak, beri saya kesempatan satu kali lagi. Saya butuh pekerjaan ini Pak"

"Maaf Nay, kali ini saya tidak bisa membantumu. Ini perintah dari tuan muda"

Tuan muda? Siapa dia? Apa kesalahanku padanya?-Naya

"Dan satu lagi, tuan muda menyuruhmu untuk ke ruangannya. Silakan pergi ke ruangan tuan kuda di atas. Tuan muda tidak suka menunggu"

Naya mengambil amplop coklat yang ada di atas meja dan beranjak dari duduknya. Ia akan pergi ke ruangan tuan muda. Ia ingin mengemis maaf darinya. Siapa tahu tuan muda itu baik.

"Masuklah" suara itu membuat Naya terperanjak kaget saat handle pintunya sudah ia dorong.

"Apa kau tuli? Kau tidak mendengarkan ku? Masuklah atau aku yang akan menarikmu" ancam tuan muda itu membuat Naya segera memasuki ruangannya.

Ternyata kau-Naya menunduk untuk menyembunyikan wajahnya. Kalau Keenan sampai mengingatnya, bisa-bisa ia tinggal nama saja hari ini.

Kakinya serasa tidak memijak bumi lagi. Benar-benar lemas. Ia duduk tepat di depan elang gila itu.

"Kau kira aku sudah melupakanmu hah?" telak. Kata-kata itu menjadi lampu hijau untuk malaikat maut menjemput naya.

Ibu, jaga diri ibu baik-baik. Mungkin kali ini elang gila ini tidak akan melepaskanku lagi-Naya menunduk lemah.

"Hei. Kau mendengarkan aku tidak?" bentak Keenan geram karena orang di depannya ini terus diam dengan wajah yang sudah pucat.

"Iya tuan maafkan aku" lirih Naya masih menundukkan kepalanya.

"Apa hukumanmu selama ini belum cukup?" Keenan terus melemparkan tatapan mengintimidasi.

"Maafkan saya tuan. Saya janji tidak akan muncul di hadapan tuan lagi setelah ini. Saya akan benar-benar mengurung diri. Izinkan saya untuk melakukannya tuan"

"Cih. Kenapa kau tidak mati saja sekalian?"

"Karena aku masih ingin bahagia dengan impianku"

"Cih. Kau masih punya impian untuk bahagia setelah mengusik hidupku?"

"Tuan maafkan saya"

"Pergilah dan lakukan yang telah kau ucapkan"

"Baik, terima kasih atas kemurahan hati tuan"

Cih, jangan harap kau bisa lepas dariku-batin Keenan saat melihat punggung Naya menjauhinya.

---

Gimana? Gimana?
Semoga suka xixi

Jangan lupa untuk Vote yak
Komennyaa
Dan share xixi

9 Mei 2020
1229 kata

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: May 09, 2020 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

AIGLE|ON GOING|Donde viven las historias. Descúbrelo ahora