Chap 21|I'll Be Your Lighthouse

9.8K 1K 292
                                    

Holaa yorobundilll ...

Jiaaakhh yang kuangen. Makanya follow instagramku ya biar kita makin deket. Biar kalian tahu info dan segala prahara cerita ini.

Aku juga sering spill teori di story ig, sering spill isi chat Zivana, Samahita, William dll. Jadi kalau mau spoilerrr klen bisa follow instagramku yahh.

Okayyy sebelum baca, aku mau nanya. Tahu cerita ini dari mana?

Udah di penghujung tahun aja nih. Bagaimana tahun 2021?

Tetep bertahan ya walau dunia ini banyak maunya. Nggak pa-pa, kamu hebat.

~ Selamat membaca ~

Chap 21|I'll Be Your Lighthouse

“Aku tahu, hati yang trauma seperti selamat dari kecelakaan tapi cacat seumur hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tahu, hati yang trauma seperti selamat dari kecelakaan tapi cacat seumur hidup. Nggak bisa sembuh. Bisanya dirawat. Mau merawatnya bareng aku? Mumpung aku nggak sibuk.” — Zivana untuk Ama.

Pukul tiga dini hari, dua anak manusia masih terjaga seolah mengejek warna langit, bahwa jam segini untuk apa tidur? Yang satu sibuk merancau tidak jelas. Yang satu sibuk menempelkan perban yang sudah ditotol obat merah ke atas permukaan luka yang bersarang di perut.

“Kata Willi, Mas Ama alergi bulu kucing. Kenapa malah peliara kucing?”

“Cahyono yang inginkan,” kilah Samahita.

Samahita malas menerangkan sejarah kenapa dia memutuskan untuk memeliara kucing. Alasan pertama karena Akash suka kucing. Alasan kedua karena Samahita tidak tega menelantarkan Martono a.k.a kucing yang dia selamatkan di dalam gorong-gorong. Lalu untuk mengikis kegalauan Martono ketika musim kawin tiba, Samahita membeli kucing baru bernama Martini. Jadi manusia alergi kucing itu memeliara dua kucing gembul yang manjanya jangan ditanya. 

Sekadar informasi, nama kucingnya lagi-lagi disumbang oleh lelaki dengan julukan casper cabang Senopati.

Tahu, kan siapa?

Iya dia.

“Sudah rampung. Kembalilah ke kamar.” Sambil merapikan barang-barang ke dalam kotak pink mentereng.

“Aku pengin tidur di sini,” balas Zivana. Kedua tangan dia satukan di depan dada, demi mendapatkan anggukan dari lelaki dingin di hadapannya.

Samahita kaget. Ditiliknya wajah Zivana; hidung dan pipinya merah, matanya sayup-sayup. Samahita spontan mendonga, mendekatkan wajahnya ke arah wajah Zivana. Jelas membuat Zivana menahan napas.

“Kenapa memejam? Kamu berharap saya cium?” Samahita menuding setelah mengendus aroma di dekat bibir Zivana.

Terbukalah mata Zivana beserta dengan rasa malunya. 

Tentang Kita; Yuanfen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang