Chap 20| Dialog Dini Hari

10.4K 1K 396
                                    

Holaa yorobundil balikk lagi, walopun janjinya chapter ini bakal dipublish setelah vote sama komen chapter sebelumnya memenuhi target. Ternyata nggak, aku syedihh sama pembaca yg udah nungguin jadi aku publish aja.

Aku heran padahal naiknya seribuan, knpa ngasih vote aja susah banget.

Jadi aku ngehargai yang ngehargai karyaku aja. Krna mereka PAHAM gimana ngehargai ide, narasi, dan semua yang aku tuang dalam cerita ini.

~ Selamat membaca yorobundil ~

Chap 20| Dialog Dini Hari

Chap 20| Dialog Dini Hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Wujud cinta itu banyak. Salah satunya yang rela jatuh untuk cinta tanpa menagih untuk dimiliki. Yang model begini tulusnya jangan ditanya ya, sudah pasti iya.” —William

Sebatang rokok kretek sudah dia hisap penuh penghayatan di bawah langit dini hari yang sendu—di lorong sempit yang sepi. Gulungan tembakau itu tinggal beberapa senti, dia buang dan injak dengan santai di atas bentala yang agak basah—sehabis diguyur gerimis.

Sebelum menaikkan pandangan, dia membasahi bibirnya, mengecap sisa manis dari rokok murahan itu.

“Gue udah bilang jangan remehin ucapan gue, see ... Lo tanpa antek-antek curut lo itu sama kayak ayam sakit! Ngang ngong ngang ngong aja!” hardik Sarum sambil melempar smirk. Tatapannya tajam bak elang yang mengintai mangsa.

Sarum menilik penampilan Caramel yang cukup berantakkan—rambut awut-awutan dan sudut bibirnya berdarah—hasil karyanya—agaknya Caramel perlu disentil sedikit biar tidak kelewatan gilanya.

Sarum mengangkat ponsel Caramel yang dia rampas paksa dari gadis itu tadi. “Skenario basi! Vidio ini bakal lo sebar besok biar Zivana dituduh yang bunuh korban tabrak lari itu. Padahal jelas-jelas yang nyulut api tuh cewek, lo suruh dia nusuk Zivana, kan?”

Caramel tergelak. “Naksir lo sama Zivana?”

“Bangsat, nggak usah lari dari topik!”

“Kalo iya kenapa? Gue emang pengin dia mati. Ganggu soalnya!”

Gantian Sarum yang tergelak. “Psikopat keparat!” makinya.

“Nggak kebalik?” Caramel memberi jeda untuk berdiri sambil menyeka darah di sudut bibirnya.

“Kenapa lo peduli banget sama pelacur itu? Oh, gue tahu nih kenapa. Hahaha, udah kebaca!”

“Ini terakhir, lo usik lagi dia gue remukin jantung lo! Oh iya satu lagi, gue punya kartu as lo. Sok suci ngatain Zivana pelacur, lo nggak nyadar kalo lo jadi selingkuhan pak rektor terhormat biar dapat iPhone sama barang branded. You are such an bitch!”

Prank ...

Sarum melenyapkan riwayat ponsel mahal Caramel dalam satu kali bantingan. Salah satu pecahannya terpental sampai merobek pipi mulus Caramel. Gadis itu tersenyum miring, puas membuat Caramel tertekan.

Tentang Kita; Yuanfen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang