Pertama

3.9K 220 108
                                    

.
.
.

"Mbak, jadi survei rumah besok?" suara seseorang di seberang bertanya pada Nesya.

"Jadi Hen, kamu udah konfirmasi sama yang punya rumah kalau kita mau ke sana?" Nesya berbicara sementara jari-jarinya masih bergerak lincah di atas keyboard laptop.

"Udah sih. Tapi nanti tetangganya yang mau buka pintu buat kita. Pak Edo lagi dinas keluar kota. Istrinya udah mau lahiran, jadi nggak bisa nyusulin kita ke sana buat kasih liat rumah yang mau dijual. Tapi nanti kalau deal, kita tetap sama Pak Edo buat urus semua." Hendri, saudara sepupu Nesya mulai menjelaskan rencana mereka besok.

"Oh, oke deh. Besok kamu ke rumah aja ya, terus temenin aku ke sana. Sekalian nih mama nanyain kamu, tumben udah seminggu keponakan tersayangnya nggak dateng ke rumah. Biasanya tau-tau nongol nggak diundang."

"Ya elah, berasa kayak jailangkung aku Mbak. Ya deh, besok pagi ke sana. Kangen juga nih sama masakan Budhe Indri, seminggu di kos cuma makan ala kadarnya. Minta Budhe In masak yang enak-enak ya, kalau perlu sekalian buat dibawa ke kost. Hehehe." Terdengar tawa Hendri dari seberang.

"Halah, makan ala kadarnya apaan? Paling juga order online. Bukannya tiap ke rumah pasti selalu ngerampok makanan buat dibawa ke kos. Besok jangan lupa, awas kalau sampai lupa. Udah ah, aku mau lanjut kerja. Kalau salah input bisa berabe nanti. Bye!" Nesya melanjutkan kembali pekerjaannya.

Danesya Fareina, seorang gadis 25 tahun yang bekerja sebagai akuntan pada salah satu perusahaan. Gadis berwajah ayu, kulit putih, hidung mancung serta memiliki karir yang bagus, namun selalu gagal dalam percintaan.

Beberapa kali ia menjalin hubungan semasa kuliah, namun gagal ditengah jalan. Hal itu membuatnya enggan kembali menjalin hubungan dengan seseorang sampai sekarang. Baginya status single lebih nyaman untuk dijalani.

"Nes, dipanggil pak Tristan. Bawa laporan fisik keuangan bulan ini." Sekretaris Bos nya memberitahukan via intercom.

"Baik, Mbak Siska." Nesya bergegas menyiapkan laporan yang diminta, mengingat Tristan adalah orang yang sangat detail menyangkut pekerjaan, jika dari pegawai ditemukan kesalahan maka bisa dipastikan orang itu akan mendapatkan ceramah panjang lebar.

....

"Huft, Akhirnya kelar juga. Berasa lagi ujian." sesaat Nesya keluar dari ruangan Tristan, dia menengok ke meja Siska.

"Gimana? Aman?" Siska bertanya denga tertawa geli.

"Aman terkendali, Mbak Sis. Kayaknya Pak Bos lagi cerah, biasanya penjelasan apapun disanggah." Nesya sedikit berbisik dengan mendekatkan kepalanya pada Siska.

"Gimana nggak cerah, yang ngadep kan calon gebetannya." Siska tersenyum jahil. Sudah menjadi gosip divisi keuangan, kalau manager mereka tertarik pada Nesya.

"Hush! Ngawur kamu mbak. Bos denger, bisa disembur kamu." Nesya menegakkan kembali tubuhnya,"Udah Ah, udah mau jam pulang. Balik dulu ya Mbak Sis."

"Yaudah sana. Siapa tau Bos nawarin pulang bareng." Siska masih berusaha menggoda Nesya, meski Nesya hanya menanggapi dengan memutar bola malas dan berbalik kembali ke ruangannya.

....

Hujan mengguyur sebelum Nesya keluar kantor. Untungnya suasana masih lumayan ramai, mungkin karena menjelang weekend tengah bulan.

"Huft, gimana ambil motornya nih? Hujannya tambah deres banget." Nesya bergumam sambil melihat ke sekelilingnya.

Nesya lebih suka menggunakan motor daripada mobil untuk menunjang aktifitasnya. Menurutnya, menggunakan mobil membuatnya tidak bisa bergerak lincah dijalanan ketika macet.

"Nes? Kirain kamu udah pulang dari tadi." Siska menepuk pundak Nesya dari belakang.

"Eh! Mbak Sis ngagetin aja. Belum mbak, tadi niatnya mau pulang awal tapi ternyata masih ada yang kelewatan."

"Terus mau nunggu reda apa gimana nih?" Siska menengok ke gerbang kantor kemudian kembali bertanya pada Nasya,"Apa mau bareng aku aja? Kebetulan sepupuku yang jemput hari ini. Ganteng loh orangnya." Siska menunjukkan cengirannya.

"Mbak Sis ini, emang sepupunya lagi diskon apa, pakai dipromosiin segala." Nesya menepuk pelan pundak Siska sambil tertawa.

"Kamu ini, kali aja jodoh. Nggak sama Pak Bos, sama sepupuku juga aku setuju deh. Lagian juga kalian sama-sama jomblo. Ntar deh aku kenalin pas dia udah sampai, siapa tahu juga dia bisa bikin kamu terpesona." Lagi-lagi Siskq menggoda Nesya sambil menaik turunkan alisnya.

"Mbak Sis bener-bener ya, niat banget sih buat jodohin orang. Lagian aku tuh bukan jomblo, tapi single. Sendirinya juga jomblo, pakai jodoh-jodohin orang. " Nesya tak mau kalah menjawab.

"Diih, siapa bilang aku jomblo, kamu sih kudet," Siska memberi kode agar Nesya mendekat padanya,"Minggu depan aku tunangan." Siska tersipu setelah membisikkan hal itu.

Nesya menegakkan tubuhnya dengan mata membola, pasalnya setelah sekian lama dia kenal orang didepannya ini, Siska juga sama sekali tidak terlihat dekat dengan pria manapun.

"Serius,mbak?? Mbak Sis jahat ya, nggak ada kenalin pacar tau-tau udah mau tunangan aja." Sementara didepannya, Siska hanya menampilkan deretan gigi putihnya.

TIINN!!

Tak lama terdengar suara klakson mobil dari depan mereka. Siska yang tersadar, buru-buru melambaikan tangan pada orang dibalik kemudi, memberi kode agar mendekat.

Terlihat seorang pria keluar dari mobil menggunakan payung mendekat ke arah mereka. Guyuran hujan deras membuat Nesya tidak dapat melihat wajah orang yang dikatakan sebagai sepupu Siska.

"Mbak!" ucap pria itu saat hampir berada didepan mereka berdua.

Waktu seakan melambat, Nesya terpaku melihat wajah orang didepannya. Pria yang namanya masih ia simpan disudut terdalam hatinya, masa lalu yang menjadikannya mengenal cinta.

"Nendra..." gumam Nesya tanpa sadar.

♥️♥️♥️

Aku mencintaimu
Tanpa perlu kau tau
Aku merindukanmu
Masih seperti dahulu

Biarkan begini
Dalam diam aku mengagumi
Biarlah seperti ini
Merasakan cinta sendiri

Cintaku memang begini
Sederhana sepenuh hati
Dalam sujud ku merayu
Hatimu kan terbuka untukku

Cinta Tanpa Syarat (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang