Tubuh pria misterius itu terpental menjauh dari Rora. Dengan kemampuan teleportasinya, Devan berpindah ke belakang pria itu dan segera menariknya menjauh.

Dengan kasar Devan menarik tubuh pria itu agar menghadapnya.

Bruk..!!

Sebuah pulukan di layangkan Devan tepat pipi pria bertopeng, membuat pria itu mendapatkan luka di sudut bibirnya.

Tak tingal diam, pria bertopeng itu membalas setiap serangan brutal yang di layangkan Devan. Pria itu tidak tanggung tanggung membunuh pria di hadapannya sekarang ini.

"Devan cukup, cukup. Gue nyerah," ucap pria bertopeng itu kewalahan menghindari serangan Devan.

Merasa familiar dengan suara itu, Devan membuka topeng pria yang sekarang berada di bawahnya itu. Melihat wajah pria itu membuatnya tembah mempertajam tatapannya.

"surprise!" Devan mengalihkan pandangannya. Terdapat Mama, Ayah, Derin, Bara, Nesya, Rendra, dan Klara di sana.

Melihat Mamanya mendekat, Devan berjalan mendekat pula. Sesampainya di hadapan sang Mama, ia langsung memeluk Mamanya itu erat.

"thanks, Ma," ucap Devan dalam pelukannya.

Clara melepaskan pelukannya. Ia menatap putra sulungnya itu dengan senyuman hangat dan menganggukkan kepalanya perlahan.

"Jadi Alpha yang bertanggung jawab, jadi suami yang setia, dan jadi ayah yang baik untuk anak-anakmu nanti," ucap Clara penuh harapan.

"Tiup lilinnya dulu!" Devan menuip lilin-lilin di kue yang berada di tangan Mamanya.

"Oke, sekarang saatnya makan-makan!" teriak Derin dengan semangatnya.

*****

Acara telah selesai. Saat ini Devan telah bersama Rora dikamar mereka. Sampai saat ini Rora belum memberi kadonya. Bahkan ia belum berbicara dengan Devan sejak pria itu pulang.

Di balkon kamar Devan memandang langit malam. Tanpa menimbulkan suara, Rora mendekati pria itu dan langsung memeluknya dari belakang. "Selamat ulang tahun."

Devan melepas kedua tangan Rora yang melingkar di pinggangnya. Ia menarik wanita itu ke hadapannya dan menatapnya tajam dengan wajah datarnya.

Rora mengembangkan senyumannya dan tertawa. "Kamu marah?" tanya Rora masih dalam tawanya.

Tanpa mengucapkan apapun, Devan langsung membawa Rora ke dalam pelukannya yang membuat wanita itu terdiam.

"Dev?" panggil Rora sedikit ragu.

"Hmm,"

"Kau kenapa?" Rora merenggangkan pelukan Devan, melihat wajah pria itu yang sulut diartikan.

Devan menggeleng lemah dan mengangkat kedua sudut bibirnya, membentuk sebuah senyuman yang lebih terlihat dari biasanya.

"Hai, itu apa?" tanya Devan melihat kotak kecil yang berada di salah satu tangan Rora. Pria itu kencoba menjangkaunya.

"Ini, kado, em bukan hadiah, ah entah lah aku nggak tau." Rora memberikan kotak itu kepada Devan.

Devan membuka kotak tersebut dan mengambil isi di dalamnya. Satu per satu Devan melihat setiap gambar berukuran 2R tersebut.

Tangan Devan berhenti mengalihkan foto terakhir. Ia mengangkat kepalanya, mengagkat kedua sudut bibirnya lebih ke atas, dan menatap wanita di hadapannya tak percaya.

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now