4. Brondong Nekat

Start from the beginning
                                    

"Yaa ga bisa cantik, aku dah bilang kamu ada."

"Bilang aja aku tiba tiba ada meeting mendadak, gih sana cepet bilangin." Erika sambil mendorong tubuh Devi.

Devi menjadi salah tingkah dan tidak enak sendiri. Devi pun berbicara dengan Alden. Erika tak tahu apa yang mereka bicarakan tak lama kemudian Alden pun pergi. Ia melihat itu sambil menghela napas lega.

"Untuk sementara aku aman," gumam Erika pelan pada dirinya sendiri. Memang Erika banyak kerjaan dan memang akan meeting, tapi siang jadi ia tidak berbohong hanya tentang masalah jam nya saja yang berbeda.

Tanpa terasa hari semakin sore. Sudah waktu nya Erika pulang, tapi berkas-berkas nya masih menyisakan beberapa untuk dibereskannya. Ia memilih menunda waktu pulangnya sebentar, pulang cepat atau lama pun tak ada bedanya. Ia akan kembali sendirian di apartemennya.

Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam. Semua pekerjaan Erika sudah selesai dan akan segera pulang ke apartemennya. Di saat ia berjalan ke luar perusahaannya, ia melihat sosok pria yang seperti dikenalnya. Memakai topi dan jaket menunggu di sudut pintu keluar gedung.

"Alden?" ucap Erika tak percaya Alden masih menunggunya.

"Haii." Alden dengan senyum tipis dan melihat Erika tajam.

Erika terpesona dengan senyum tipis Alden. Senyuman dan tatapan tajam Alden seketika membuatnya merasa meleleh. Namun, ia menggelengkan kepalanya agar tidak terjebak dalam pesona teman adiknya tersebut.

"Ngapain lo di sini?" tanya Erika heran.

"Nunggu kamu," jawab Alden.

"Dari tadi pagi nunggu gue?" Erika tak percaya.

"Menurut kamu bagaimana?" Alden malah balik bertanya.

Erika memutar bola matanya jengah melihat kelakuan Alden.

"Ayoo pulang," Alden lalu menarik lengan Erika.

"Lepasin akh. Ngapain lo narik-narik tangan gue!" Erika sangat kesal Alden menarik tangannya.

"Kamu kan pacar aku. Jadinya kita harus pulang bareng."

"Al, gue bukan pacar lo. Sudah sana pulang, gue mau pulang sendiri."

"Gue mau pulang sama lo."

"Eh, kok lo manggil gue jadi gue-lo sih, tadinya aku-kamu loh."

"Ga asik akh, ganti aja gue-lo."

"Terserah lo dah. Udah sana gue mau pulang."

"Lo pulang sama gue."

"Gue ga mau."

"Harus mau."

"Gue ga mau pulang sama lo dan mobil gue ada di basement jadi lo pulang aja sana sendiri."

"Mobil lo ntar gue yang urus."

Erika menghela napasnya. Ia tidak punya pilihan lagi Alden begitu memaksanya.

"Terserah lo dah Cil."

"Tunggu sebentar ya." Alden mengambil ponsel dari saku celananya dan menghubungi seseorang dari balik telepon.

Tak lama datang sebuah mobil hitam sedan mewah dan 2 pria berpakaian rapi.

"Mana kunci mobil lo?" tanya Alden sambil mengulurkan tangan pada Erika. Erika memberikan kunci mobilnya dan Alden menyerahkan kunci mobil ke salah satu pria tersebut. Mobil sedan hitam itu pun langsung menuju ke basement.

Alden menarik tangan Erika menuju parkiran motor. "Ayo cepetan naik." Alden dari atas motornya.

"Yaa ampun bocah, lo ga liat penampilan gue."

Alden melihat Erika dari bawah sampai atas dengan menyerngitkan kedua alisnya.

"Emang kenapa?" Alden bertanya bingung ke Erika.

"Bocah gue tuh pake rok, lo yang bener aja suruh gue naik motor begitu." Erika menunjuk motor sport Alden.

Alden turun dari motornya dan menggendong Erika dengan paksa. Alden menggendongnya dengan cara dipanggul bagai karung beras, ia segera memberontak, tapi langsung terdiam saat Alden menepuk pantatnya dengan sedikit remasan.

"Bisa diam ga sih atau lo mau kalau pantat lo, gue remes lagi." Ancam Alden. Mendengar ancaman Alden, Erika memilih pasrah daripada pantatnya jadi sasaran.

My Sexy Lady Where stories live. Discover now