⚠️15+ Area! Bullying - mental disorders - harsh words - blood - some crimes are here - please be smart !
____________
Tentang Zivana dan Samahita-si pencinta teh dan si mantan mafia yang doyan nyimpen susu cokelat dalam botol amer-dua orang dengan p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rafael dan Cahyono sudah duduk anteng di dalam mobil. Sementara Samahita terlihat keluar menunggangi roadbike cervelo S5 kesayangannya. Hal tersebut jelas menyedot perhatian seisi mobil tak terkecuali Rafael. Dia menurunkan kaca lalu berteriak heboh, "Bang!!! Lo mau ke rumah ayah pake sepeda? Kaga copot pinggang lo?! Sayang anu lo juga."
Padahal jarak dia dan Samahita itu hanya terpaut satu langkah-Samahita ada tepat di samping badan mobil yang mereka naiki.
Lelaki berahang tegas itu memasang wajah datar, telinganya sedikit berdengung akibat teriakan nyelekit dari mulut bocor Rafael. Karena tidak berminat menjawab pertanyaan Rafael, Samahita memilih untuk memasang helm khusus bersepeda lalu pergi bergitu saja. Hal tersebut kontan membuat mulut Rafael menganga lebar.
Cahyo menghela napas pelan. Meratapi punggung Samahita yang semakin menjauh. "Lo kayak nggak tahu dia aja. Semenjak Nan pergi, mana mau dia ikut kegiatan kita lagi," celetuknya sambil mengunyah permen karet.
"Yakali aja hari ini dia kesambet jin islam, jadi lembut dan mau ikut."
"Hmm, entahlah. Mau sampai kapan tuh bapaknya Siti Fatimah nyiksa diri. Merasa kayak dia aja yang kehilangan Mas Akash di dunia ini. Dia pikir kita nggak merasa kehilangan juga apa? Tapi, kan life must go on! Kita nggak bisa berlarut-larut dalam kesedihan sepanjang hari. Malu dong sama matahari. Mau langit mendung kek, hujan kek dia tetep aja bakal datang," gerutu Cahyo.
Cahyono dengan bacotnya yang terkadang membuat Rafael diam-diam menyetujui. Tapi sungkan mengatakan secara gamblang sehingga dia memilih untuk manggut-manggut sebagai respon. "Jalan Bro!" titahnya sambil melirik kaca spion dalam yang menggantung di plafon mobil.
Mendengar perintah tersebut membuat Somad mendengkus kentara sebelum akhirnya memijak pedal gas dan membelah jalan keluar dari wilayah Senopati.
»»»»»»»🌼«««««««
Sebelum kegiatan rutin Abinawa junior bersaudara dilakukan, mereka mengisi perut terlebih dahulu-sarapan. Di bawah dipan depan lapangan pacu kuda.
Abinawa menikmati hidangan sarapan bersama keempat anaknya. Ada Bennedict, Rafael, Cahyono, dan William. Juga beberapa anak buahnya termasuk Somad. Iya, kejam-kejam begitu, Abinawa masih menyisakan rasa kemanusiaan. Tidak mungkin dia makan sementara anak buahnya hanya menonton.
"Samahita masih tidak mau ikut?" tanya Abinawa dengan suara rendahnya.
"Iya, seperti biasa, naik sepeda keliling Jakarta Selatan," sahut Rafael lalu memasukan sesuap salad ke dalam mulutnya.
Demi Tuhan sebenarnya Rafael bukan vegetarian, dia itu kanibal. Canda sayang. Dia lebih suka produk dan olahan berserat yang berasal dari hewan seperti daging sapi atau ayam. Pokoknya dia tidak doyan sayur-mayur seperti ini. Hanya karena Abinawa menjunjung tinggi kesehatan, maka dengan terpaksa Rafael menuruti.