Chap 14| Benang Takdir

9.4K 964 253
                                    

Hola yorobundilll tekindil kindil

Update lagi.

Jangan lupa vote dan komen

~ selamat membaca ~

Chap 14| Benang Takdir

“Gulungan benang itu sudah menjuntai jauh sebelum mereka memutuskan untuk terjebak dalam sekelumit hubungan berwarna abu-abu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gulungan benang itu sudah menjuntai jauh sebelum mereka memutuskan untuk terjebak dalam sekelumit hubungan berwarna abu-abu.” —Tentang Kita; Yuanfen

9 jam yang lalu ...

Raja melempar pandang ke arah jendela kamar rawatnya yang dibiarkan terbuka. Berkali-kali dia menghembuskan napas gusar. Seharusnya 12 jam dalam hari ini akan dia habiskan bersama Zivana untuk pergi ke Ciwidey. Tapi Rafael melarangnya karena kata dokter kondisinya semakin menurun. Bahkan Rafael menyita ponselnya sehingga dia tidak bisa menghubungi Zivana. Raja khawatir gadis itu menunggu lalu kecewa karena dia ingkar.

Derit pintu membuat Raja menoleh cepat. Rafael masuk sambil membawa beberapa kudapan. Malam ini gantian dia yang menjaga karena Cahyo sibuk mengguyur skripsinya. William juga sibuk membantu Samahita mengerjakan proyek perusahaan. Walau ini hari Minggu, tetap tidak ada hari libur dalam kamus Samahita; kerja, kerja, kerja.

"Ponselku mana?" tanya Raja tak sabaran.

"Wait."

Rafael menyusun barang belanjaannya ke dalam kulkas sebelum mengeluarkan ponsel milik Raja dari saku celana jeansnya.

"Geter mulu dari tadi, ada pesan sama telpon masuk. Dari mama kamu. Katanya dia balik lagi ke Indo lusa. Kamu nggak bilang ke dia kalo kondisi kamu drop gini?"

"Kalo aku bilang, dia nggak bakal izinin aku tinggal di sini lebih lama lagi. Pasti langsung jemput aku pulang apapun caranya," balas Raja.

"Terus satu lagi, hmm siapa yah, oh iya dari Praya. Pacar kamu Ja?"

Raja tidak menjawab, dia langsung merampas ponselnya dari tangan Rafael begitu mendengar nama Praya. Segera lelaki berlesung pipi itu mengecek notif yang masuk.

"Abang kenapa nggak kasih tahu sih kalo Praya kirim pesan sebanyak ini?"

"Sorry Ja, Abang lupa. Suwer! Ada turnamen futsal di kampus. Jadi nggak sempet cek HP. Lagian Abang nggak tahu kalo pesan masuk dari dia penting buat kamu."

Ketika ponselnya berdering dan menunjukkan nama Praya sebagai pemanggil, Raja segera mengangkatnya tanpa pikir panjang.

"Pray-" ucapan Raja terpotong saat dia mendengar Zivana sedang berbicara dengan seseorang. Semakin dia mendengarkan percakapan itu semakin dadanya digandoli rasa cemas begitu kuat.

"Praya, are you okay?"

"Zivana!"

"Dengerin gue baik-baik."

Tentang Kita; Yuanfen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang