5

3.5K 130 0
                                    

Maysa TS

   Sepasang kaki mungil itu terus melangkah membelah sekerumunan siswa yang sedang melintas, ia tak memperdulikan kalau ia akan menabrak orang atau tidak bahkan yang lebih parah lagi jika ia menabrak guru sekolahnya, mungkin ia akan mati berdiri. Ada beberapa siswa yang menyerukan namanya namun tak di gubris, matanya tetap fokus menatap kedepan seolah ada mangsa lezat di hadapannya.

"Kenapa?" Fanny bertanya pada Maysa yang telah duduk dihadapaanya, masih dengan raut muka yang kusut. "Apa gue gak sebegitu pentingnya?" Maysa bergumam pada diri sendiri saat mengingat kejadian tadi di kantin.

Ila yang baru tiba dan duduk disamping Fanny pun menyenggol Fanny seolah ia bertanya ada apa dengan bocah itu? Sementara Fanny yang di tanya hanya menggidikkan bahu dan memakan kembali keripik kentangnya. "Lo ngomong apa sih May?" Heran Dita yang tak mengerti maksud ucapan Maysa.

"Eh?"

Seolah ditarik ke dunia nyata dari mimpi indah Maysa langsung tersadar dari lamunannya, ia sadar ia telah menggumamkan apa yang ada di dalam pikirannya. "Lo barusan keluar nyari Romi, kok udah balik sih" Teriak Tata dari arah loker yang berada jauh di belakang kelas, ia sedang mengambil beberapa buku pelajaran untuk jam selanjutnya.

Maysa sebenarnya enggan untuk menjawab pertanyaan itu, jika ia menjawab yang ada akan sakit hati mengingatnya lagi. "Eh, itu Romi ada urusan OSIS sebentar" berkelit sedikit tak apalah, hidup kan tak sepenuhnya jujur. Itu lah yang ada di otak Maysa saat ini. Melihat respon dari teman-temannya yang ragu akan jawabannya, Maysa lebih memilih bangkit dan pergi menuju toilet dari pada ia kena pertanyaan lagi. Ia pergi ke toilet dengan kepala tertunduk, ia tak mau orang-orang melihat ekspresi buruknya saat ini.

Tiba-tiba ia berhenti karena melihat sepasang sepatu dihadapannya, Maysa pun hanya menatapi sepatu itu dengan kepala miring. Lama kelamaan pandangannya terus merambat keatas sampai bertatapan dengan si-empunya sepatu. "Tadi mau ngomong apaan?" Maysa menggela nafas malas saat di tanya seperti itu mood nya untuk bertanya tadi sudah tak ada yang ada hanya rasa kesal. "gak jadi" jawab Maysa datar dan hendak berjalan pergi, namun pergelangan tangannya di tahan oleh Romi.

"Nanti pulang sekolah, di lobby" Romi pun melepas cengkraman tangannya dan melirik sekilas ke arah kiri, ia tahu ada yang memeperhatikan mereka sejak tadi. Ia pun pergi berlalu meninggalkan Maysa sendiri. Maysa juga memilih melanjutkan perjalanan ke toilet.

Sementara di tempat lain, tepatnya di tangga. Delvin berdiri mematung di tengah-tengah tangga. Hah apa yang ia lihat tadi? Bahkan Delvin juga melihat kalau Romi sempat meliriknya sekilas. Rupanya bendera perang telah di kibarkan.

***

Maysa telah sampai di meja lobby depan ia sedang memandangi apa yang ada di depannya. Tangannya telipat di depan dada dan matanya memicing sinis. Hah bisa-bisanya dia menggoda adik kelas yang, yah lumayan cantik. Tak lama adik kelas itu pun pergi, mungkin karena urusannya sudah selesai.

Sementara itu Romi saat ini sedang menatap Maysa dengan datar, ia duduk dengan kaki menyilang dan tangan menyilang didepan dada. Cool. Maysa menghapirinya dan dengan mata tajam menatap Romi. "Jadi mau ngomong apa!" Maysa sedang tak ingin bertele-tele sekarang. Romi memajukan dagunya ke arah kursi dihadapannya, mempersilahkan Maysa untuk duduk. Saat Maysa sudah duduk, Romi memajukan badannya dan memasang tampang seriusnya.

"Jadi begini..."

***


  Terima kasih sudah membaca part ini!

-az

Bad School BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang