Gawat. Sialan. Menyebalkan. Mengapa Arsy bangun kesiangan? Ini namanya mah menjatuhkan nama sendiri. Masa seorang Arsy yang cantik jelita ini harus berjemur ditengah lapangan. Hari ini kakaknya tidak sekolah.Mampus kan, kualat dianya. Bela-in saja si BTS itu. Masuk angin kan.
"Pa, Arsy berangkat dulu ya?" Pamit Arsy buru-buru mengambil mobil pribadinya.
"Naik mobil?" Tanya Ardi.
"Biarlah Pa, kan gak kepanasan. Boleh kan?" Pinta Arsy.
"Mau diantar papa tidak?"
"Gak usah deh pa, Arsy bisa sendiri kok. Jagain kak Nad aja. Assalamualaikum!" Pamit Arsy lalu melesat pergi, menggunakan mobil sport mini berwarna kuning.
"Walaikumsalam, hati-hati!"
*****
"Yah, yaahh. Kok berhenti? Apes bat dah, pake mogok segala lagi." Gerutu Arsy pada Mobilnya yang tiba-tiba mogok. Jangan-jangan belum diservis lagi.
Arsy mencoba berkali-kali untuk menyalakan kembali. Namun nihil. Bagaimana ini? Jarak Sekolah masih jauh pula dan jalanan sepi? Perasaan sudah siang, tapi kenapa masih sepi? Entahlah.
Arsy melirik jam yang melingkar dipergelangannya. 10 menit lagi waktu masuk. Mungkin benar, keberuntungan tidak diraih oleh Arsy hari ini.
Senyum Arsy mengembang, ketika mendapati seorang lelaki melaju dengan motor kearahnya. Siapa ya?
Dan orang tersebut membuka helm hitamnya.
"Devan?" Gumam Arsy. Pagi ini, lagi-lagi menyebalkan. Juga bertemu Devan. Walau Devan yang pada akhirnya menawarkan bantuan, Arsy tidak akan terima itu. Gadis itu terus menggerutu dalam hatinya, semoga Tuhan memberinya jalan.
"Mobil kamu kenapa?" Tanya Devan.
"Hm ... Gak tau, mogok kayaknya."
"Yaudah, aku anter sampai sekolah gimana?" Ajak Devan dengan senyum devilnya.
Jantung Arsy berdegup sangat kencang. Bukan salah tingkah ataupun kesenangan. Melainkan hatinya diselimuti rasa ketakutan. Firasat Arsy tidak karuan. Bagaimana kalau lelaki ini melakukan sesuatu yang tidak diinginkan.
Arsy takut.
"Em ... gak usah, ngerepotin nanti. Arsy naik ojek online aja," Tolak Arsy dengan hati-hati.
Lelaki itu bukannya pergi, melainkan mendekat dan semakin mendekat pada tubuh Arsy. Gadis itu hanya diam menunduk, lalu memundurkan langkahnya perlahan. Perasaan Arsy semakin tidak enak.
Secara tiba-tiba Devan mencengkram kedua sisi bahu Arsy. Menatapnya tajam.
"Sy, gue itu sayang banget sama lo. Lo selamanya akan jadi milik gue! Please maafin gue,"
"A ... e ... Arsy kan bukan pacar Devan lagi. Lepasin Arsy, Devan!" Ronta Arsy.
Namun, Devan mencengkram lebih kuat. Sehingga Arsy tidak mampu berkutik. Sebuah tembok dinding telah menghalangi Arsy lari.
"Gue cinta sama Lo!" Ucap Devan lalu menautkan bibirnya pada bibir Arsy.
Beraninya dia merebut first kiss Arsy.
Arsy mendorong kuat tubuh Devan. "Lepasin," Lirihnya sembari terus menjauhkan wajahnya daru wajah lelaki sampah itu.
Cengkramannya semakin kuat, Arsy benar-benar tak berdaya. Napasnya mulai sesak. Devan benar-benar gila dan bejat! Dia tak hentinya menautkan bibirnya pada bibir Arsy. Ia tak peduli, walau Arsy menolaknya.
Arsy menangis dalam diam. Hatinya terus berteriak minta tolong. Siapa pun itu, tolonglah Arsy! Lepaskan Arsy dari cium paksa ini!
Hei! Apakah bumi ini kosong? Tidak.
Lalu kemana para manusia?Tubuh Arsy sudah melemas.
Bugh!!
Satu pukulan berhasil membuang jauh wajah lelaki bejat itu. Arsy merasa sedikit lega. Akhirnya. Wajah Arsy telah dibanjiri Airmata, lalu langsung memeluk erat orang yabg telah menyelamatkannya.
"BANGSAT LO! Berani lo dengan cewek gue? Lo habis ditangan gue!" Bentak Raka dengan penuh emosi.
Eh, beneran Raka?
"Raka, hiks ... hiks ... hiks ... Arsy takut. Arsy takut ... hiks," Lirih Arsy dalam pelukan Raka.
Devan bangkit dengan sempoyongan, dan luka disudut bibirnya. "Lo siapa?! Beraninya rebut pacar gue."
"Pacar lo? Dia bukan lagi hak lo!" Tegas Raka. Lalu pergi membawa Arsy.
"Udah, nggak usah cengeng! Lo ngapain disini?"
"Mobil Arsy mogok," Jawab Arsy.
"Pake mobil segala, kebanyakan gaya lo. Lewat jalan ini pula," Omel Raka.
"Maaf." Cicit Arsy.
"Cepet naik!" Suruh Raka.
Dengan cepat Arsy menuruti perintah Raka. Lalu ia melingkarkan lengannya pada pinggang Raka dan menyandarkan kepalanya dipundak lelaki itu. Arsy tidak tahu lagi, jika Raka tidak menolongnya.
"Berat," Kata Raka datar.
Arsy sadar dan menjauhkan kepalanya. Raka memang menyebalkan, tapi sepertinya Raka sayang pada dirinya. "Raka, makasih ya." Ucap Arsy pelan.
"Buat?"
"Udah nolongin Arsy tadi. Kalo gak ada Raka, Arsy gak tau lagi."
"Makanya kalo punya mantan, jangan bego!"
"Ya maaf," Cicit Arsy.
"Lo gak apa-apa kan? Ada yang sakit?" Tanya Raka sedikit peduli. Susah ditebak ya, tadi galak, sekarang mendadak baik.
Arsy diam. Sungguh, kejadian tadi masih saja berputar dalam otaknya. Arsy takut. Arsy trauma. Arsy menyesal dan....Arsy menangis.
"Udah, jan nangis lagi."
Degh!
Ucapan barusan Raka, berhasil membuat konser dadakan dalam jantung Arsy. Bahkan Arsy yakin, bahwa Raka menyukainya. Buktinya dia peduli. Oke, Arsy akan buat Raka jadi miliknya.
"Raka, jam berapa?"
"Delapan,"
"Yah, berarti kita telat dong?"
"Iya."
"Gara-gara Arsy, kita jadi telat." Arsy cemberut.
"Udah biarin."
Tak apalah telat, telatnya juga bareng Raka kok. Jadi, bisa berduaan.
*****
NEXT?? 160 KOMEN!!!
Sejauh ini, kalian suka gak? Komen dong yang banyak!!!
Makasih ya udah mampir:')
Salam manis, dari author paling manis:v 🍩😘
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG
Teen FictionTELAH TERBIT! 👉 www.guepedia.com Dengan judul CONQUEROR HEART bukan BINTANG ya : ) Tersedia di BUKALAPAK, TOKOPEDIA, dan GUEPEDIA STORE✨ Entah bagaimana bisa, Arsy menyetujui challenge konyol dari kakaknya. Bayangkan saja. Seorang Arsy yang biasany...