Chap 13| Kita Sama-Sama Sedang Terluka

10K 1.1K 1K
                                    

Holaa yorobundulll, sesuai janji setelah 1K komen. Aing update lageee.

Terima kasih sudah memilih cerita ini untuk dibaca. Part ini sangat panjang sekali. Selamat menyelami setiap paragrafnya.

Jangan lupa kasih vote dan komen yah. Follow juga. Tinggal pencet ini aja Radiobodol_

Kalau ingin tahu huru-hara perspoileran cerita ini kalian bisa follow instagram aku

Catatan.radiobodol

~ selamat membaca ~

Chap 13| kita Sama-Sama Sedang Terluka

“Semakin sering meneguk luka tidak membuatku terbiasa lalu kuat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Semakin sering meneguk luka tidak membuatku terbiasa lalu kuat. Aku mungkin hanya terbiasa tapi tidak pernah kuat. Aku bahkan lebih mudah menangis.” —Praya Gauri Zivana

Entah bagaimana ceritanya sampai Zivana berada dalam bar di sudut Senopati setelah dipaksa masuk ke dalam mobil oleh beberapa lelaki asing satu jam yang lalu. Tepatnya setelah Amadea pergi—para lelaki itu membobol rumahnya dan menyeretnya keluar—yang disayangkan adalah beberapa tetangganya melihat kejadian itu tapi mereka memilih untuk menulikan dan membutakan mata.

Dua diantara lima lelaki itu menyeret Zivana masuk ke dalam sepetak kamar—sisanya berjaga di luar.

Dua lelaki berbadan kekar dengan tampang bandit itu menyekap Zivana—mengikat kedua tangannya dan menutup mulutnya dengan lakban hitam. Satu lelaki, sebut saja dia Bahlul—berjongkok di depan Zivana dengan seringaian menjijikkan.

“Lo mau kakak lo bebas, kan?”  Sambil mencengkram kuat dagu Zivana.

Zivana menatap nyalang dengan napas terengah-engah. Wajahnya bercucuran keringat. Bukan takut, dia justru berang sekali.

Plak ...

Si Bahlul melayangkan tangannya menampar wajah Zivana tanpa belas kasihan.

“Kenapa diem aja anjing?! Lo mau kakak lo mati? Kalo lo nggak pengin jalang itu mati, jawab goblok!” 

“Haish, gimana dia bisa jawab orang mulutnya dilakban,” sela kawannya.

Bahlul manggut-manggut sebelum akhirnya melepas lakban yang tersemat di mulut Zivana.

“Lo yang goblok! Nyuruh ngomong tapi nggak buka lakban di mulut gue,” caci Zivana sambil memutar bola mata jengah.

Bahlul kontan menjambak kasar rambut Zivana. “Apa lo bilang? Berani-beraninya lo ngatain gue goblok!”

Plak ...

Tampar Bahlul sekali lagi. Zivana memejam kala rasa pedih bercampur kebas merambat cepat.

Tentang Kita; Yuanfen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang