Prolog

7.7K 674 82
                                    

Selesai baca, dukung penulis dengan vote ya. Terima kasih.
Oya, cerita ini nggak panjang. Paling hanya 12 part kok.
Jadi mari nantikan bab 1.

Cerita Kasev nggak yang terlalu religi sih. Biasa aja. Jadi, kalau ada yang komplen, ih kok ceritanya gini sih? Jadi, Kasev sudah ingetin dari sekarang.

Happy reading...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ufuk barat tengah memanggil sang surya untuk kembali ke ribaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ufuk barat tengah memanggil sang surya untuk kembali ke ribaannya. Perlahan sumber cahaya alam itu menenggelamkan diri di ujung lautan. Sinar pun mulai pudar. Jingga segera berganti kelam ketika tubuh bulat mentari sepenuhnya terbenam.

Wanita bergamis burgundi itu masih menunggu tanggapan dari pria di hadapan. Ia menundukkan pandangan agar perasaan yang baru tersampaikan tidak tertancap semakin dalam. Setan selalu punya cara untuk menggoda manusia melalui keindahan. Menurut wanita berhijab syai’i itu, pria berambut panjang di depannya ialah salah satu cobaan. Semakin lama dipandang, semakin segar perasaan terhadap sang adam.

Senja di pinggir lautan semakin hening akibat tak ada yang berbicara di antara mereka. Kecuali ombak sesekali memecah di batu tempat mereka berpijak.

Tak tahan dengan kediaman sang pria, wanita itu kembali bersuara, ”Sudah Maghrib, Bang. Enggak bisa Abang jawab aja sekarang?”

Akibat desakan yang baru diudarakan, sang pria tertawa kencang. Kedua perut ia pegang. Punggung ia bungkukkan. Gema tawa memenuhi bagian pantai sebelum malam.

”Kenapa sih cewek cepat baper? Baru kayak gini aja sudah bilang suka.”

”Baru kayak gini? Kamu pikir aku sengaja punya perasaan ini? Dia datang sendiri tanpa aku minta. Asal Abang tahu, Rumi awalnya benci dengan hati Rumi sendiri. Kenapa sih harus menyukai lelaki seperti Abang? Aku sudah menolaknya, tetapi perasaan tidak seperti air mengalir yang bisa dihentikan dengan memutar kerannya.”

”Ya, sama. Kau juga enggak bisa memaksaku untuk balik menyukaimu.”

”Jadi Abang enggak mau pulang bareng Rumi? Enggak akan menerima perasaan Rumi?”

Dengan cepat kepala pria yang dipanggil abang menggeleng ke kiri dan kanan. Tawanya sudah padam, tetapi raut wajahnya dibingkai geli. Rumi, wanita yang perasaannya baru saja ditampik, menundukkan wajah dalam-dalam.

***

OKI, 23 April 2020

Semoga besok puasanya lancar. Sehat-sehat terus ya pembacaku. 😘😘😘

Baca 19  cerita lain, lihat part Bismillah ya. Di sana ada list judulnya.

Bismillah Move On (di Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang