35. 'Ayo saling menguatkan'

Start from the beginning
                                    

"Morning kak Vian, pagi yang cerah untuk memulai hari yang baru." sapa Rily saat Raka tiba di hadapannya.

Raka hanya mengangguk. "Ayo, keburu panas." ucapnya dan kembali melanjutkan langkah.

Rily segera menyusul, Raka sudah berlari kecil meninggalkannya dan ia juga ikut berlari agar bisa menyamakan langkah.

"Gak ada sapaan buat gue pagi ini?"

"Harus?" tanya Raka tanpa menoleh.

"Harus." jawab Rily sembari berlari. "Kalau gue nyapa, kak Vian juga harus nyapa. Kalau gue----"

"Pagi Rily,"

Rily mencebik ketika ucapannya di potong dengan sapaan Raka. "Nggak sopan banget," cibirnya. "Yang ikhlas dong kalau nyapa. Harus pakai senyuman, matanya teduhin dikit jangan kayak mau makan orang."

Raka menghela napas panjang, pelipisnya sudah penuh dengan keringat. Ia memaksakan senyum lebar, sedikit memejamkan mata, lalu menoleh sebentar kepada Rily. "Selamat pagi Rily."

"Itu kenapa merem? Senyumnya juga kayak joker."

Raka mengulang ekpresinya dengan kesabaran extra. "Selamat pagi Rily, tetap sehat."

"Emangnya kak Vian pengin liat aku sakit?"

"Pagi sayang,"

Rily tanpa kata refleks berhenti berlari mendengar ucapan Raka yang semakin membuat nafasnya terengah. Raka dengan santainya mengucapkan itu dan tetap melanjutkan lari.

Sedangkan Rily, pipinya sudah semerah tomat. Ia menepuk-nepuk pipi, merasa gemas dengan diri sendiri. "Dia bilang sayang, dia bilang sayang." ucap Rily berulang-ulang dan senang. "Manis banget sih jodoh orang." ia dengan semangat melanjutkan lari dan mengejar Raka.

"KAK VIAN AKU MENCINTAIMU!" teriak Rily sembari tertawa dan berlari menyusul Raka.

Raka yang beberapa meter di depan Rily terkekeh kecil, ia tahu gadis itu sedang bercanda. "Me too." sahutnya pelan sembari tersenyum miring.

***

Di taman komplek yang tidak terlalu ramai di pagi hari, Rily dan Raka duduk disana dan beristirahat karena baru saja berhenti lari pagi.

Dengan dahi dan pelipis penuh keringat, Rily meminum air mineral botol hingga tandas. Rambutnya kali ini dibiarkan terkucir, namun sudah sedikit berantakan karena sebagian dari helainya ikut basah menutupi dahi gadis itu juga pipinya.

Rily meraih handuk kecil yang ia kalungkan di lehernya. Di usapkan nya handuk putih itu ke seluruh wajah dan leher, untuk mengelap keringatnya. Ia tidak lagi memperdulikan Raka yang sedari tadi terus memperhatikan nya.

"Cantik." ucap Raka tanpa sadar.

Rily yang sibuk mengusap-ngusap wajah dengan handuk menoleh kaget ke arah Raka. "Siapa?" tanya nya saat mendengar ucapan Raka.

"Apanya?"

"Siapa yang kak Vian bilang cantik?"

"Siapa?" Raka memalingkan muka.

Rily menyipit curiga, sudah percaya diri bahwa Raka sedang memujinya. Ia tersenyum malu-malu. "Kak Vian, jujur aja deh, gue juga tahu kalau gue---"

You Hurt Me!Where stories live. Discover now