⚠️15+ Area! Bullying - mental disorders - harsh words - blood - some crimes are here - please be smart !
____________
Tentang Zivana dan Samahita-si pencinta teh dan si mantan mafia yang doyan nyimpen susu cokelat dalam botol amer-dua orang dengan p...
Ya udah, part ini sudah memasuki tahun 2021—di mana babak sesunguhnya akan segera dimulai. Siapkan mental kalian. Cermati setiap paragrafnya yah.
Kalau kalian ingin spoiler, follow instagram saya makanyaaa
catatan.radiobodol
~Selamat membaca dan menduga~
Chap 12| Semesta Ini Maunya Apa?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Beritahu aku di mana aku bisa mendapatkan pengawet kebahagiaan? Ini semesta maunya apa? Kenapa durasi bahagiaku secepat ini? Kenapa luka lagi? Kenapa luka lagi? Boleh aku bosan? Boleh aku menyerah? Jika boleh, maka tunjukan padaku jalan pintasnya.” — Praya Gauri Zivana
Kecipak bunyi benturan pantofel mengkilap milik Bennedict di atas lantai bergaung ke seluruh koridor lapas tempatnya melangkah. Remang lampu redup menyiram penglihatannya, bau besi tua yang sudah mengalami reaksi korosi menguar, belum lagi bau tengik yang menusuk-nusuk membuat hidungnya berkerut. Semakin langkahnya menjauh, suara desas-desus perbincangan dan tawa penghuni sel tahanan semakin terendus kuat oleh indra pendengarannya.
“Waktunya terbatas Pak, jadi gunakan semaksimal mungkin,” peringat sipir pada Bennedict.
Lelaki blasteran Chicago itu megangguk pelan sebelum akhirnya menilik wajah Somad yang telah lebih dulu duduk. Bennedict cukup terkejut saat Somad menguntal senyum tipis—seolah hukuman seumur hidup yang menyambutnya di depan sana bukanlah perkara berat.
Tak ingin membuang waktu, Bennedict lantas duduk. Diantara dia dan Somad, berdiri dinding yang sebagian terbuat dari material kaca. Ada beberapa lubang kecil yang digunakan untuk komunikasi.
“Kenapa?” langsung saja Bennedict menodong sebuah pertanyaan tanpa keterangan yang menyertai. Dia yakin Somad menangkap maksudnya.
“Tidak ada jalan lain. Seandainya barang bukti tidak kutemukan lebih cepat dari polisi maka sudah dipastikan bahwa kau yang duduk di sini.”
Bennedict mengernyit, dengan ekor matanya dia mengawasi keaadaan sekitar sebelum akhirnya melanjutkan perbincangan.
“Why? I dont do that! Oh my lord, shit! Do you believe that fucking rumor?” bisiknya kalut.