PENCARIAN 1

12 2 6
                                    


            Selasa sore, tepat setelah sholat ashar aku tidak sengaja mendapat daftar penerimaan mahasiswa baru kampusku berbentuk file PDF di grup kelas. Iya, lagi dan lagi harapan mengusik ketenanganku. Akhirnya aku menyerah, kubuka file tersebut dan mengetikkan namanya di kolom pencarian. Hasilnya adalah; Ada. Iya, harapan akhirnya menang kali ini. Nama dia benar-benar ada di antara ribuan mahasiswa baru kampusku, dan telaknya lagi fakultas kami berseblahan. Lengkap sudah scenario dari harapan. Harapan benar-benar menang kali ini.

"Nama yang sama itu banyak. Bukan berarti dengan nama yang sama yang akan keluar itu dia. Udahdeh, ikhlasin aja. Buang rasa bersalahmu. Sudah cukup kamu disiksa rasa bersalahmu dari dulu sampai sekarang. Sudah."

Kalimat dari Dita, teman satu kamar kosanku membuat harapan dan akal sehatku seimbang. Sebanding.

Akhirnya, harapan dan rasa penasaranku bekerja sama. Bangkit sudah jiwa detective yang memang ditanamkan oleh dia sejak dulu muncul kembali ke permukaan. Pencarianpun dimulai. Sedikit mengingat, dia sangat suka serial Jepang Detective Conan, maka akupun menyukai apa yang dia suka, terlepas dari itu,aku sangat mengakui bahwa Detective Conan adalah serial anime terbaik yang pernah saya tau.

Langkah pertama pencarianku dimulai dengan melihat pembagian kelas di GKB (Gedung kuliah bersama, sampai mengurutkan jadwal kuliah yang dipampang di papan pengumuman. Ini yang sangat melelahkan, pembagian kelas di GKB mencapai tiga puluhan kelas, dan aku bersikeras semalaman untuk mencaritau informasi ini.

Setelah mengetahui jadwal kuliahnya, paginya jam 6 pagi aku sudah di kampus dan langsung naik ke lantai tiga. Aku memilih lantai tiga karna lantai tiga adalah tempat paling strategis untuk meilhat area parkiran. Di lantai ini, aku bisa dengan bebas melihat mobil atau motor yang masuk gerbang sampai parkiran dan masuk ke gedung. aku menunggu dan memperhatikan setiap motor yang masuk dengan seksama. Beberapa sapaan dari teman kujawab seadanya. Harapan lagi-lagi berhasil membuat akalku jatuh dan hancur entah kemana.

Kelas kami sama-sama dimulai jam 7 pagi. Itu artinya, kurang dari tiga puluh menit lagi dia harus masuk gedung. Kelasku di lantai tiga, sedang dia di lantai satu. Beberapa menit kemudian, dia datang. Motor dan helmnya masih sama. Seperti mahasiswa tahun pertama lainnya, dia datang dengan kemeja putih panjang dan celana hitam. Rapi. Hanya saja, ekspresi mukanya yang dingin dan tatapan mata tajam itu tidak pernah berubah. Cara jalan yang masih sama dan semua serba sama. Itu benar-benar dia. Dan akan selalu menjadi dia. Ku hembuskan napas lega, selega-leganya. Dia terlihat sama di luar tapi aku tidak tau apa yang sedang ada di kepalanya. Apakah pemikirannya masih sama seperti dulu ? entahlah.

Kuliahku berakhir di jam 9.15 , dan itu juga berlaku untuk kelasnya. Itu artinya, aku harus nekat lari marathon dari lantai tiga ke lantai satu untuk mengejarnya. Bukan untuk menemuinya, tapi untuk memastikan apa dia belajar dengan baik-baik saja. Alasan klise memang. Di dalam kelas, aku benar-benar kehilangan fokus. Tak ada satupun kalimat dosen yang masuk. Fokusku hanya satu, pada layar ponsel untuk melihat jam. Persis jam 9, dosen sudah lelah berbicara dan mempersilahkan untuk keluar. Kebiasaanku adalah, aku tidak akan keluar sebelum dosen keluar, itu ajaran yang di dapat sejak masa putih abu, tapi kali ini aku melanggar kebiasaan lama ini. Begitu dosen mengakhiri kuliah dengan salam aku sudah menyabet raselku dan segera berlari. Jelas, teman-temanku heran melihat tingkahku hari ini, tapi mereka mungkin berpikir bahwa aku sudah kebelet atau apa.

Napasku terengah, lumayan juga melewati dua tangga dan berlari di dua lantai. Kelasnya masih belajar, mataku menyapu seluruh penghuni kelas lewat jendela, dan akhirnya terlihat sosok manusia yang membuat napasku terengah. Lucunya adalah, yang memicu semua kejadian dramatis ini malah sedang tidur dan terlihat sama sekali tidak mendengarkan penjelasan dosen. Ada apa dengannya, dia jelas bukan orang yang akan tertidur di kelas. Apa yang terjadi sehingga terlihat ada perubahan pada dirinya.

Sepanjang perjalanan pulang, banyak sekali pikiran yang menghantui, dan yang paling mengganggu adalah ; jika suatu hari kita berpapasan, apa yang harus aku katakana ? berani untuk menyapa duluan ? atau menunduk dan biarkan dia berlalu seolah-lah tidak saling kenal ? jika aku menyapanya, apa dia akan menjawab dan balik menyapa ? apa kami punya kesempatan untuk bertegur sama ? apa kami akan bisa berteman ? entahlah...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 21, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HarapanWhere stories live. Discover now