2. Sekolah

26 18 10
                                    

" Ardaaa..... Bangun.... " Suara menggelar setiap pagi yang selalu aku dengar dari balik pintu kamarku.

" Buka pintunya atau emak dobarak ".

" Iyeee iyee makkk Arda bangun " Jawabku malas. " Sekolah lagi sekolah lagi capek kali aku ".

" Yaudah cepet rabi sana biar gausah sekolah " ( Rabi - nikah ).

" Dih ogah tar disuruh ngurusin anak nenteng belanjaan ala emak-emak terus palaknya di koyo. Amit-amit " Kataku sambil merapihkan tempat tidur.

" Yaudah buruan mandi terus sekolah udah siang ini malah ngoceh mulu, setiap pagi emaknya bangunin heran ".

" Kenapa ma kok teriak-teriak terus si " Ku dengar suara ayah seperti biasa ayahlah yang paling pintar untuk membujuk emak untuk tidak marah-marah.

" Itu lho anak gadismu kalo setiap disuruh sekolah malesnya kebangetan di rumah juga malesan kerjaannya baca buku kalo ga tiduran pusing".

" Anak gadis kita kan yang paling luar biasa ".

" Ngadu terus ngadu terus masih pagi maaaaakkkkk " Kataku saat aku keluar dari pintu kamar sambil merapihkan rambutku.

" Bodo buruan sana makan terus sekolah " Perintah emak.

" Siap makkk, Arda masih kenyang nanti sarapan di sekolah aja. Arda pamit yaa " Ku jabat tangan ayah dan ibuku.

" Daaaa Mak TANIA dan Pak RAMELAN ".

" HEH BOCAH SOPANAN DIKIT NGAPA SAMA EMAK BAPAKNYA " Teriak emak.

" Udah - udah jangan di urusin masih pagi nanti kerutannya nambah diwajah cantik ini " Sambil mengelus pelan wajah ibu.

" Dih masih pagi udah mesra-mesraan ga kasian apa anaknya ngejomblo udah mau 17 abad ".

" Makanya cepet cari pacar " Jawab ibu.

" Males ribet dah Arda mau sekolah daaa " Aku pergi melangkahkan kakiku keluar pintu.

" Semangat Arda buat  sekolah lo hari ini, semoga hari-hari lo yang membosankan lekas berkahir ".
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku bersekolah dengan berjalan kaki karena kami siswa/i SMA Swort terbiasa untuk berangkat sekolah dengan berjalan kaki dan naik sepeda.

Sekolah ku ini terkenal dengan ke formalan saat berbicara dan adab sopan santun. Tapi sayangnya aku tidak bisa berbuat demikian jadi aku sering sekali mendapat teguran dari guru dan mendapat hukuman. Parahnya lagi emak aku marah-marah dan ngoceh 7 hari 7 malam tidak berhenti-henti. Pada akhirnya aku memutuskan untuk menjadi anak yang pendiam dan berbicara seadanya.

Memang diriku ini berbeda saat aku berada di rumah. Yang berisik dan tidak bisa diam mungkin salah satu alasanku cerewet di rumah dan sering adu mulut dengan ibu adalah caraku untuk membebaskan diriku dari sekolah yang penuh tekanan.

Dan mungkin juga kita belum berkenalan kawan. Perkenalkan namaku Friada Mein Naya Rivera. Aish susah banget nama gue.

***

" Selamat pagi Arda " Sapa Rahma Azharisman yang kerap dipanggil Rahma. Dia satu-satunya teman yang selalu membantuku tanpa mengeluh.

" Pagi Rahma " Ya dia kerap dipanggil Rahma, tapi aku lebih suka memanggilnya Ama.

" Tumben manggil Rahma ".

" Pengen aja ".

" Tumben berangkat pagi ".

Sweet CornerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang