Eunji memandang seisi kelas. Sudah lumayan penuh. "Tarikin duit iuran aja dari temen-temen,"
"Yaelah, kayak gampang aja," Jaemin tampak berpikir sejenak, lalu meambahkan, "Pake duit lo dulu sini,"
"Dih, kenapa nggak pake duit lo aja. Lo kan lebih tajir daripada gue,"
"Ck, yaudahlah, pake duit gue dulu. Entar kalo lo udah bawa duit kasnya ganti, ya," putus Jaemin. Eunji hanya mengangguk malas dan melihat kepergian Jaemin.
Eunji meletakkan kepala di atas meja. Pagi-pagi sudah dibikin pusing masalah uang. Dia jadi badmood. Alamat sampai pulang sekolah mood-nya tidak akan membaik sampai abangnya membelikan es krim vanilla kesukaannya.
Bel masuk berbunyi, disusul kedatangan Pak Andi dengan Jaemin yang mengekor dibelakangnya. Eunji mendesah lega. Setidaknya di pelajaran kali ini ia bisa tidur tanpa takut ditegur guru. Pak Andi adalah tipe guru yang santuy, karena menurut beliau yang butuh ilmu adalah para murid. Sedangkan guru hanya berkewajiban menyampaikan. Masalah nilai itu juga ditanggung murid.
"Eunji, bangun hey. Dah kelar nih, pelajarannya," Eunji mengangkat kepalanya dan melihat sekeliling. Kelas sudah kosong, hanya tersisa dirinya dan Serim.
"Udah istirahat?" tanya Eunji linglung.
"Yaelah, lo tuh tidur dari pelajarannya Pak Andi sampai pelajarannya Bu Siska. Untung Bu Siska nggak notice lo tidur tadi. Kantin yuk, laper gue,"
"Iya, bentar. Gue ambil uang di dompet dulu," Eunji mengambil dompetnya yang di dalam tas dan membukanya. Eunji kaget karena ternyata uang kas ada di dalam dompetnya. Eunji berpikir cepat. Sepertinya lebih baik ia menemui Jaemin untuk mengganti uang fotocopy-an tadi.
"Udah belum? Lama amat. Laper berat nih gue," tanya Serim tak sabar.
"Iya iya, ini udah. Yuk," mereka berdua meninggalkan kelas dan menuju kantin.
Sampai di kantin, Eunji melihat sekeliling. Berusaha menemukan Jaemin di antara manusia-manusia kelaparan. "Eh, lo tau tempat Jaemin sama geng-nya nongkrong, nggak?" tanya Eunji ke Serim.
Serim mengernyit sejenak sebelum menjawab, "biasanya sih dipojokan kantin. Kenapa emang?"
"Anterin gue ke mereka, kuy," ajak Eunji langsung menarik tangan Serim tanpa persetujuan pemiliknya. Serim cuma bisa pasrah tangannya ditarik-tarik.
Serim menunjukkan tempat Jaemin berada. Disana Jaemin tidak sendiri, ada Eric dan Felix juga, temen se-geng-nya.
Jaemin melihat Eunji yang sedang menarik-narik lengan Serim berjalan ke arah mejanya. "Ngapain lo berdua?" Tanya Jaemin begitu mereka berdua sampai di mejanya.
"Ini, nih, Eunji yang ada urusan. Gue mah ogah berurusan sama lo semua, terutama tu bocah," jawab Serim sambil menunjuk ke arah Eric. Yang ditunjuk hanya memandang bingung.
"Elah, ribut mulu lo berdua. Jadian aja sono," celetuk Eunji jengah. Eric dan Serim memang sama-sama suka tapi juga sama-sama gengsi. Jadilah mereka berdua adu bacot setiap bertemu.
"Berisik lo," ucap Serim dan Eric bersamaan yang membuat mereka saling pandang. Sedangkan audience hanya menyimak sambil menahan tawa.
"Ini lo berdua mau ngajak ribut apa gimana, sih?" tanya Felix yang dari tadi bingung dengan kedatangan dua cewek secara tiba-tiba.
Eunji langsung teringat tujuannya dan mengeluarkan uang dari saku dan menyodorkan ke arah Jaemin. "Jaemin, nih, ternyata gue bawa duitnya. Gue ganti nih duit lo,"
Jaemin menatap uang itu, lalu menatap Eunji. "Entar aja deh balikinnya. Pulang sekolah lo bareng gue. Sekalian traktir apa gitu kek buat menebus kesalahan lo,"
VOCÊ ESTÁ LENDO
End Part | Jaemin
Fanfic"Sekarang kita emang cuma temen, gak tau di masa depan," >start : 160420 >finish : ©parkminee2020
- 1 -
Começar do início
