Taeyong tersadar dengan lamunannya. Saat ini yang ia khawatirkan hanyalah Jaemin. Dia berlari dengan mata yang masih sebab menuju kamar Jaemin, membuka kamar anak itu dengan keras, namun kosong. Taeyong telah mengusir anak itu tadi. Taeyong mendudukkan dirinya pada ranjang Jaemin.
Saat Taeyong duduk diranjang Jaemin, sebuah amplop putih terjatuh dari bawah bantal Jaemin. Taeyong meraih amplop itu dan membuka isinya,ini adalah amplop rumah sakit, pikirnya. Taeyong terisak ketika membaca isi dari amplop itu, ia tak tau pasti apa isi kode angka yang tertulis disana, namun kata terakhir dari surat yang berada di amplop itu yang membuatnya menangis sejadi-jadinya.
Leukimia
Itulah yang membuat Taeyong menangis.
"Jadi selama ini kau mengidap penyakit ganas ini Na? Nana mianhae. " Dengan segera Taeyong meletakkan surat itu dan beranjak dari kamarnya, dia berlari dengan cepat, menuruni tangga.
Jaehyun dan Jeno melihat sikap Taeyong yang berbeda, Taeyong sungguh berantakan, matanya sembab.
"Hyung kau kenapa? " Tanya Jaehyun, Taeyong menghentikan langkah kakinya. "Aku akan mencari Jaemin. "
Jeno berpikir ada apa dengan Taeyong, apakah Taeyong sudah menyadari perbuatannya. Persetan dengan itu. "Hyung aku ikut. "
"Aku juga. "
***
Taeyong, Jaehyun dan Jeno berpencar mencari keberadaan Jaemin. Mereka tidak menggunakan kendaraan apapun, mereka berlari ditengah derasnya hujan, persetan dengan basah atau sakit, mereka tak peduli, yang terpenting saat ini adalah Jaemin.
Taeyong mencari dan memanggil Jaemin di berbagai tempat dalam waktu cukup lama, namun tetap saja tak ada sosok Jaemin disana.
Taeyong menghentikan langkah kakinya dipinggir jalan disebrang gedung pemakaman. "Jamein-ah hyung mohon, kau dimana hiks. Tuhan maaf, aku mohon Jaemin kembalilah hiks. "
Jaemin baru saja keluar dari gedung pemakaman itu, ia baru saja dari makam eomma dan appanya. Dia melihat Taeyong yang sedang menangis di pinggir jalan, meskipun air matanya tak terlihat karena tercampur dengan air hujan, tapi Jaemin yankin dari ekspresi hyungnya itu bahwa dia sedang menangis. Hyungnya itu, sedang apa dia ditengah hujan yang deras ini, pikirnya. "Tae hyung. "
Taeyong menoleh kearah panggilan itu, dia melihat kearah seberang jalan dan menemukan Jaemin disana, ada sedikit perasaan lega dan bahagia pada dirinya ketika melihat Jaemin yang baik baik saja. Taeyong menghampiri Jaemin tanpa menoleh kearah jalan raya itu.
Dari sisi lain Jaemin melihat mobil yang melaju dengan cepat menuju Taeyong, tanpa berpikir apapun Jaemin berlari kearah Taeyong.
Brak....
Tubuhnya terpental setelah Jaemin berhasil mendorong Taeyong dari tempatnya. Mobil itu menabrak tubuhnya sangat keras sehingga membuat dirinya terpental cukup jauh, ia terjatuh di aspal basah ini, tubuhnya mati rasa, namun ia masih bisa melihat Taeyong yang menhgampirinya, dan tak lama dia juga melihat Jaehyun dan juga Jeno datang.
Taeyong meraih tubuh Jaemin yang berlumuran darah dengan bercampur air hujan yang masih turun cukup deras, dia menangis. "Panggil ambulans hiks. " Tangan Taeyong mengulur kearah wajah Jaemin.
Jaehyun menjauh dari tempat itu dan mencari tempat teduh untuk menelfon ambulans, setelah dia selesai menelfon kemudian dia kembali kepada Jaemin.
"Hyung mohon hiks kau bertahan Na. "
Jaemin tersenyum menatap ketiga hyungnya yang menatapnya. "Tae hyung, aku senang kau baik-baik saja. "
"Persetan dengan itu Na, kau yang tak baik-baik saja. "
Jaemin tersenyum. "Kalian kenapa bi-sa akh ada disini ? " Tanyanya terbata.
"Kami mencarimu Na. " Sahut Jeno.
"Hyung menyesal Na, hyung minta maaf sungguh, hyung menarik semua kalimat buruk yang hyung lontarkan padamu Na. Hyung mohon kau bertahan Na. "
"Hyung sudah mengetahui penyakit ku? " Taeyong mengangguk. "Mian Na. " Dan kembali terisak.
"Aku senang kita berkumpul saat ini, hyung. Hyung, terimakasih untuk semuanya hyung, kebahagiaan dan juga pelajaran yang aku dapatkan bersama kalian. "
"Jangan katakan itu! "
"Hyung, maaf karena selalu merepotkan kalian, sebentar lagi, aku tidak akan merepotkan kalian hyung, aku janji. "
"Tidak Na, kau tak merepotkan, namun aku baru menyadari bahwa kau adalah berlian yang paling berharga. "
Jaemin terkekeh pelan mendengar kalimat Taeyong. "Uhuk uhuk, hyung untuk terakhir kalinya aku meminta pada kalian, bolehkah aku memeluk kalian hyung? " Ketiganya mengangguk, semuanya memeluk Jaemin dan tak peduli bajunya akan kotor karena terkenal noda darah Jaemin. "Maaf aku tidak sempat untuk berpamitan pada Haechan, sampaikan maafku ya hyung, aku mencintai kalian. "
"Na jangan bercanda! " Taeyong mengguncang tubuh Jaemin pelan.
Jaehyun mengecek nadi Jaemin, namun aslinya nihil. "Jaemin telah pergi hyung hiks. "
"Nana aku mohon jangan pergi hiks. " Ucap Jeno kembali memeluk Jaemin.
Tbc.
YOU ARE READING
Complicated •NA JAEMIN (END)
FanfictionWe are family • Brothership ⚠NCT Story ⚠Semi baku
