Part 1

43 14 2
                                    

Bismillah.

Hari sudah menunjukan pukul 05.30 gadis ini sudah bangun dari tidur panjangnya semalam, lalu membereskan tempat tidurnya, lalu berjalan menuju cermin ia menatap pantulan dirinya sedikit merapikan rambutnya, lalu gadis itu mengembangkan senyumnya.

'Awali pagi dengan senyuman!'

Ia tak tau apa yang akan terjadi pada hari ini, akankah ada hal baik yang terjadi pada hari ini tau sebaliknya, tapi ayahnya selalu mengatakan setiap memulai hari coba lah untuk tersenyum dulu, apapun yang akan terjadi nanti jika itu hal buruk setidaknya kamu sudah tersenyum.

Lalu gadis itu berjalan kearah kamar mandi menyambar handuknya lalu bergegas untuk mandi dan bersiap-siap berangkat kesekolah.

Ceklek..

Suara knop pintu itu mengentikan kesunyian yang ada di kamar gadis itu, memunculkan seorang gadis yang telah memakai seragam sekolahnya, lalu gadis itu berjalan ke arah meja riasnya untuk merapikan rambut nya.

Selesai merapikan rambut gadis itu beralih mengambil ranselnya di atas meja belajar, lalu mengambil name tag nya, lalu melihat name tag itu.

'Narisa Riana'

Ia tersenyum hanya dengan melihat namanya yang tertera di name tag nya, lalu gadis itu memasangkan name tag nya ke baju sekolahnya dan keluar untuk sarapan.

Risa melihat Ibu dan saudara nya sudah sarapan di meja makan, "Selamat pagi Bu, Naya!" Sapa Risa pada ibu dan saudaranya.

Tak ada sautan sama sekali keduanya acuh tak acuh, seperti tak menganggap Risa ada disana, Risa menghela nafas sebentar tak apa apa ini sudah biasa.

Risa menarik kursi lalu duduk di depan Ibunya.

Tuk..

Risa terjejut saat Naya meletakkan gelas yang berisi air dengan keras ke atas meja makan, dan menatapnya tak suka.

"Bu, aku gak mau makan kalo ada dia!" Ujar Naya.

Risa menatap sendu Naya mengapa selalu saja seperti ini, "Tapi kenapa Nay?" Tanya Risa.

"Ya karena gue gak mau! Lo tau karena lo gue juga di jauhin sama temen gue!" Cecar Naya, Risa hanya menunduk.

"Kamu di jauhin sama temen temen kamu, Sayang?" Ujar Wina.

"Iya ma, gara gara temen temen aku tau kalo si anak 'kurang' ini tinggal serumah sama aku!"

"Lagian kenapa sih Ayah ambil anak ini waktu masih kecil Bu, nyusain aja bikin aku emosi gak guna!" Tambah Naya.

Dada Risa terasa tercekik ia tak bisa bernafas, ia harus sarapan celaan lagi hari ini, ini memang sudah biasa tapi entah mengapa Risa masih sering merasakan sesak seperti ini.

"Pokoknya, aku gak mau makan kalo ada dia!" Naya beranjak dari kursinya.

"Naya sayang, kamu disini aja ya sarapan dulu kamu mau sekolah!" Bujuk Wina pada putrinya itu.

"Heh, kamu pergi sekarang Naya mau sarapan!" Usir Wina, Risa menahan supaya air matanya tidak terjatuh.

"Lo gak denger Ibu bilang apa? Minggir lo pergi sekarang gue enek liat muka lo!" Sudah cukup, Risa beranjak dari kursi lalu memutuskan untuk pergi kesekolah.

'Gue akan sarapan di sekolah aja!' Ucap nya dalam hati.

Narisa berjalan menuju Halte untuk menunggu bus, jika Naya di antar jemput maka berbeda dengan Narisa dirinya pergi pulang selalu naik Bus, tapi tak apa setidaknya ia tak merepotkan orang untuk mengantar dan menjemputnya sekolah.

Risa sudah berada di halte sekarang, dia melihat sudah banyak orang yang menunggu bus, "Ma, kenapa orang itu jalannya gitu? Gak seimbang!" Walau kecil Risa mendengar ucapan itu, lalu Risa menatap kebawa melihat kakinya, kakinya memang tak sama yang membuatnya tidak bisa seimbang saat berjalan, tapi itu bukan suatu penyakit seperti yang dikatakan siswi di sekolah nya.

Risa memilih diam saja, mendengar ucapan ucapan dari orang tentang dirinya, tak ada yang bisa mengetahui dirinya kecuali dirinya sendiri.

Tidak lama setelah itu datanglah sebuah bus yang sering Risa naiki. Bahkan supirnya sudah kenal baik dengan Risa, supir itu juga sangat baik kepada Risa.

"Selamat pagi Neng Risa yang cantik," sapa pak supir yang diketahui namanya Pak Beni.

"Selamat pagi juga Pak Beni," sapa balik Risa lalu mengambil tempat duduk di belakang supir.

Risa teremenung memikirkan kehidupannya, hingga ia tak sadar jika ada seorang anak kecil duduk di sebelahnya. Anak kecil itu menyapa Risa. "Hai kak?"

Suara kecil, mungil nan imut itu membuyarkan lamunan Risa. Risa melihat kesampingnya mendapati seorang anak yang sedang duduk dengan nyamannya ada satu hal yang ganjil dengan anak ini, anak ini cacat! Salah saty tangannya tidak ada.

"Hai adik kecil? Kamu kesini sama siapa?" tanya Risa.

"Aku sendirian kak, aku mau pergi kesekolah," jawabnya dengan senyuman yang 'tak pernah luntur dari wajah imutnya.

"Orang tua kamu dimana? Kalo kakak boleh tau, tangan kamu kenapa sayang?"

"Orang tua ku sudah meninggal kak, dan aku tinggal di rumah kumuh yang ada di dekat komplek itu, dan yah aku kehilangan tangaku saat kecelakaan yang merengut nyawa kedua orang tuaku, sebelum orang tua ku meninggal mereka berkata bahwa kamu jangan pernah mudah menyerah. Ketidaksempurnaan bukanlah halangan untuk kita selalu berusaha" jawab anak kecil itu, Risa terkesiap dengan penjelasan anak itu. Kisahnya mirip dengan kisah hidupnya, dan ia berjanji akan menjaga anak itu.

"Nama kamu siapa?" tanya Risa.

"Nama aku Amelia, dan nama kakak?"

"Panggil saja kak Risa, kamu mau tinggal bareng kakak?"

"Apa gak ngerepotin kakak?"

"Tentu enggak dong, kan kakak yang minta" ujar Risa diikuti dengan senyuman manisnya.

Setelah itu mereka bercengkrama seru sampai Risa dan Amelia sampai di sekolah mereka masing-masing. Jika kalian berfikir jika Amelia akan tinggal bersama kedua orang tua angkat nya maka kalian salah! Mana mungkin ibu serta adik angkatnya mengizinkan Amelia tinggal bersama mereka. Sedangkan Risa saja sudah di anggap sebagai benalu di rumah itu. Dan yah! Amelia akan tinggal di salah satu rumah milik Risa! Kalian ingin tahu siapa Risa sebenarnya? Maka baca cerita selanjutnya!

Why&Who Are You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang