Masa Lalu (b)

1.9K 267 177
                                    

Sudah hampir 3 bulan Alan koma. Ara selalu setia menemani sahabatnya itu. Dia bahkan tidak melanjutkan sekolahnya lagi, karena ingin menunggu Alan.

Ara sangat merasa bersalah atas hal menyakitkan yang menimpa Alan. Walaupun sebenarnya, itu bukanlah perbuatan Ara secara langsung.

Remaja pelaku pengeroyokan Alan telah dilaporkan ke polisi. Tetapi, karena mereka masih dibawah umur hukuman mereka pun diringankan.

Keputusan itu membuat Ara dan keluarganya naik pitam. Mereka tidak terima, harusnya para remaja itu merasakan hal yang sama seperti yang Alan rasakan.

Lambat laun, para orang tua mencoba mengikhlaskan. Mereka lebih memilih untuk fokus dalam hal pengobatan Alan. Ara akhirnya ikut setuju akan keputusan yang diambil oleh orang tuanya, setelah dibujuk oleh mama dan bundanya.

Setiap malam, Ara selalu menangis di pojok kamarnya. Ara berubah, dia menjadi sosok yang jarang bicara. Tidak pernah lagi tersenyum. tidak ada lagi binar dimatanya. Ia benar-benar terlihat seperti orang yang tak memiliki semangat hidup.

***

Pagi itu tepat 1 hari sebelum ulang tahun Alan dan Ara. Ara terbangun dari tidurnya. Ia menatap sekeliling kamarnya lalu tersenyum. Ia mulai bangkit dan mulai melangkah menuju lemari pakaian miliknya.

Ara mengambil satu gaun selutut yang berwarna pink. Ara menatap gaun itu sejenak. Kenangan konyol saat Alan memberikan gaun Pink itu sebagai hadiah pun terputar dalam memori otaknya.

Entah mengapa, hari ini Ara merasa dirinya yang dulu kembali. Ia merasa hatinya semakin membaik bahkan senyuman dan binar dimatanya pun terpancar. Ia merasa bahwa Alannya akan kembali. Iya, Alannya pasti kembali...

***

“Zuhra, mau kemana?” Ranti menghentikan langkah Ara. Ia memperhatikan anak gadisnya secara seksama. Ara tersenyum, membuat Ranti menautkan kedua alisnya.

“Mau ke rumah sakit Ma. Arsal udah nungguin Zuhra,” jawaban Ara yang ceria semakin membuat Ranti bertambah bingung.

“Tapi, sayang--”

“Zuhra pamit dulu ya ma. Assalammualaikum.”

Setelah berpamitan dan mencium tangan Ranti. Ara dengan segera pergi ke Rumah Sakit.

***

Ara masuk ke dalam Ruangan Alan. Dia bisa melihat Alan yang masih nyaman terlelap dalam tidurnya. Ara bergerak kedekat jendela mencoba membuka gorden, agar cahaya matahari bisa masuk dengan bebas.

Setelahnya, Ara menarik kursi dan mulai duduk disamping ranjang Alan.
“Arsal, gue dateng. Lo pasti udah nebak kan kalo gue mau dateng.” Ara mulai berbicara seraya menautkan tangannya pada tangan Alan.

“Lo tau, gue kesepian. Gak ada lagi yang suka cerewet minta dianterin ke toko buku. Gak ada lagi yang suka usilin gue kalo gue susah bangun. Yang paling bikin gue sedih adalah gak ada lagi temen buat rebutan kado. Lo pasti inget kan, kalo besok kita ulang tahun?”

“Liat deh Sal, hari ini gue sengaja pake gaun yang lo kasih. Gaunnya lucu banget apalagi kalo dipake sama cewe cantik kaya gue kan?” Ara tersenyum kecut saat ucapannya masih belum mendapat respon dari Alan.

Ara menghela napas sebentar, “Sal, tolong bangun. Gue janji, gue akan rajin baca buku dan cari temen seperti yang lo mau. Gue gak akan nyusahin lo lagi. Gue gak akan egois. Gue... Gue...” ucapan Ara terhenti saat bulir bening itu mulai menetes. Ara mulai menangis. Dia menggigit bibirnya pelan berusaha untuk menahan tangisannya.

ALANARA [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang