Chapter 23

3 1 0
                                    

23 Maret 2020

"Omaku?"

Kini mulut Galang menganga lebar, Fanda terkejut atas tuduhan Stella barusan.

"Maaf, aku hanya bertanya." Lanjut Stella berusaha tenang. Padahal suara tuduhan yang terdengar ditelinga Faki.

"Bukan, kalau aku harus membunuh Omamu pantaskah aku berlindung di sini? Atau lebih tepatnya aku akan segera membunuhnya, kenapa tak ku lakukan dari pertama kesini?" Kini pertanyaan Faki membuat Stella terdiam.

"Jadi siapa,Fak?" Muka penasaran Fanda tak bisa terelakkan.

"Ayahku sendiri." Ujar Faki lemah.

"Hah???!" Pekik Fanda dengan nada tujuh oktaf.

Stella mendekat ke arah Faki, "kamu sudah amankan Ayahmu?"

"Konyol. Pikiranku tak sampai sana. Mereka juga belum tentu tahu kalau itu ayahku. Aku hanya membaca nama dan identitasnya yang begitu lengkap."

"Apa status Ayahmu?" Tanya Stella penasaran, Stella merasa ini adalah sebuah teka-teki.

"Ayahku mantan pengusaha, tapi sekarang beliau jadi pelukis biasa." Ucap Faki jujur.

"Camer pelukis, bagaimana kalau kamu telpon sekarang?" Ucap Fanda melebih-lebihkan ucapannya dengan memanggil Ayah Faki sebagai camer atau calon mertua.

"Camer dari segi apa? Nama aja udah tereliminasi. Ayah Faki ga suka panda, lebih suka ayam jago!" Ketus Galang asal.

"My name is Fanda!" Ucap Fanda dengan menekankan pada kata 'Fanda' namanya yang selalu dibully Galang.

"Coba saja Ki, hubungi Ayahmu sekarang?" Tawar Stella dengan senyum sumringah, membuat lelaki yang melihatnya merasa hangat. Begitupun dengan kekesalan Faki barusan.

" Sayangnya aku ga hafal nomornya, Stell."

"Faki tuh diem-diem durhaka sama orangtuanya. Nomornya aja ga hafal, telpon ke rumah aja sebulan sekali." Terang Galang, dengan muka bercandanya.

"Gitu-gitu juga anak kesayangan. Dari pada lu, Lang!" Ketus Fanda yangbtak terima mendengar ucapan Galang barusan.

"Gue mah jangan tanya lagi, anak buangan hahahah" tawanya pecah seketika mencairkan suasana.

"Kalian kapan libur kuliah?" Tanya Faki tiba-tiba kembali serius.

"Kita bebas kok, soalnya lagi ngurusin skripshit!" Ketus Fanda menamainya Skripshit bukan skripsi saking kesalnya revisi, penelitian dan berbagai macam pembuatannya.

"Skripsi neng!" Ralat Galang.

"Iya itu, kenapa emang?"

"Kita ke kampung halaman aku aja, ke Malang."

"Malang? Aku mau!" Antusias Stella yang duduknya main mendekati Faki tanpa sadar.

"Serius? Naik kereta ya?" Usul Galang.

"Permisi, itu Stella sama Faki duduknya jangan kayak boneka cina punya oma deh nempel amat!" Protes Fanda.

Stella yang baru sadar merasa malu dan menjaga jarak. Faki hanya tersenyum melihat tingkah Stella yang menggemaskan.

"Jakarta-Malang naik pesawat aja biar cepet." Protes Fanda dengan memainkan rambut curly-nya.

"Naik kereta aja ya Pan, aku yang bayarin tiketnya. Kalo naik pesawat uangnya ga cukup." Ucap Faki dengan senyuman khasnya.

"Pan ? Panda maksud lu, Fak!"

"Iya."

"Nama Gue---"

Sebelum teriakan Fanda bertambah  melengking Stella membungkam mulut Fanda itu.

"Diem."

"Lepasin, Stell!" Ucap Fanda berontak.

Setelah mulutnya tak dibungkam tangan Stella lagi, kini Fanda berdiri dengan muka kesalnya.

"Fix, kalian bukan temen gue!" Ucapnya sambil melipat tangan di dada.

"Serius?" Tanya Galang meledek.

"Bukan temen tapi sahabat kan, Panda?" Ucap Stella menggoda temannya yang hampir saja menangis .

"GAAAAAAAAA!!"

Galang dan Stella auto tutup telinga. Dan bergegas meninggalkan Fanda di ruang tamu.

"Silahkan ngambek, kalo udah samperin kita yaa, mau makan laper." Ucap Faki sambil berlalu.

"IKUUTTTTT"

Teriakan Fanda membuat Faki lari terbirit-birit karena kedua tangannya bersiap memeluk Faki dari belakang.

Rest BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang