Prolog

36 2 0
                                        

Tampak biasa, ya itu yang di lihat pada sebuah rumah sederhana jika terlihat dari luar. Namun berbeda dengan apa yang ada di dalamnya, suara gaduh, teriakan, tangisan, barang-barang berserakan lah yang akan memanjakan mata siapa saja jika memasukinya, di sudut ruangan terdapat bayangan suami istri yang sedang bertengkar hebat dari arah dapur dan membuat suara riuh, untung saja rumah itu kedap suara jadi tidak ada satupun tetangga yang mendengar perkelahian sepasang suami istri tersebut.

Tapi bukan itu yang menjadi fokus utama saat ini, di lantai atas terdapat seorang gadis kecil cantik sedang memeluk boneka besarnya di sudut kamar, terisak menahan tangis karena ketakutan, memeluk sangat erat boneka beruang yang berada di pelukannya. Dia takut, dia sendiri, dia menahan tangis di kamar yang gelap mencoba menenangkan dirinya setelah melihat apa yang ayahnya lakukan pada ibunya, dia ingin menolong ibunya tapi dia takut kejadian seminggu yang lalu kembali terulang dan menambah luka pada tubuhnya.

.
.
.

Pagi tiba
Gadis yang memiliki iris mata berwarna hazel itu pun terbangun, mendapati dirinya tertidur di pojok kamar dan membuat badannya terasa sakit semua. Gadis itu perlahan melangkah menuju ke lantai dasar untuk mencari kedua orang tuanya, tapi yang dia lihat hanyalah barang yang berantakan, vas bunga dan kaca yang pecahannya menyebar kemana-mana, bahkan ruang tamu sudah tak terlihat layaknya ruang tamu yang sering gadis itu tempati untuk bersantai.

Perlahan kaki mungil itu melangkah mengelilingi rumah yang sudah seperti kapal pecah tersebut, dengan hati-hati karena takut pecahan kaca dan vas bunga melukai telapak kakinya, mencari dan mencari hanya itu yang dilakukannya sampai dia mendengar suara yang familiar di telinganya. Suara itu adalah suara ibunya, suara yang terdengar tidak baik² saja, suara dimana orang yang tengah tercekik, tanpa pikir panjang kaki gadis itu berlari menuju arah suara sang ibu.

Awalnya dia sangat berhati² dalam melangkah, tapi saat ini dia tak peduli dengan kakinya yang sudah penuh dengan darah akibat pecahan kaca dan vas bunga yang merobek telapak kakinya, yang dia pikirkan hanya ibunya, apa yang sedang terjadi.

Hingga akhirnya gadis itu sampai di depan pintu kamar orang tuanya, masih terdengar di telinga gadis cantik itu suara sang ibu yang terdengar sangat menderita. Tanpa pikir panjang dia pun membuka pintu kamar tersebut.

Alangkah terkejutnya sang gadis melihat apa yang ada di hadapannya detik itu, sang ibu yang tercekik tali panjang dari atas genteng sampai ke leher, terlihat kursi yang sudah terjatuh dan sang ibu yang terus menggliat dengan mata melotot dan suara yang sangat menyeramkan. Sang gadis hanya bisa diam sambil menetes kan air mata melihat ibunya yang perlahan-lahan berhenti menggliat sampai sang ibu tiada dengan wajah yang memerah, mata yang melotot, dan lidah yang menjulur keluar.

"Mama?"

Suara serak sang gadis kecil itu memanggil ibunya terdengar sangat menyedihkan.

"Mama akan menyusul kakek dan nenek kan?" suara yang khas anak kecil terdengar sangat lirih setelah gadis kecil itu berbicara.

"Tuhan sayang dengan Mama kan, jadi tolong sampaikan pada Tuhan kalau adek juga mau ketemu Tuhan hihi"

Gadis itu merubah posisinya yang semula berdiri menjadi duduk bersila menghadap mayat sang ibu yang tergantung di depannya tanpa rasa takut sekalipun, dan terus melanjutkan berceritanya pada sang ibu.

"Mama kemarin tidak apa-apa kan?, tidak luka kan?, Mama tenang saja suatu hari nanti saat tubuh adek sudah sebesar mama adek akan membalas semua yang dilakukan Papa pada Mama"

"Pasti.... "

"Pasti Papa akan sama  Mama"

"Papa kan juga di sayang Tuhan kan ma?"

Tanpa sadar air mata terus membasahi dres yang dikenakan sang gadis, terlihat juga ujung bawah dres berwarna putih itu berganti menjadi warna merah karena darah yang terus keluar dari telapak kaki gadis kecil tersebut. Sampai terdengar suara langkah kaki mendekat

"Aria? Mbak Manda?"

Suara itu semakin dekat dan akhirnya pintu mulai terbuka lebar.

"Ya Tuhan mbak Mandaaaa....!"



























Hai guys, makasih ya yang udah mau mampir.

Jangan lupa tinggalkan jejak oke. Vote dan comments Kalian sangat dibutuhkan supaya Author tambah semangat nulis ceritanya.

Oke See you next update 😊

I'm Without You Like Ashes [HIATUS]Where stories live. Discover now