9 | kunti nemplok di sofa kantor

226K 21.8K 130
                                    




9 | kunti nemplok di sofa kantor



"BELUM kelar, Sab?"

Sabrina mendesah, mengangkat wajahnya dengan malas dari layar PC.

Untuk kesekian kalinya, Zane keluar dari ruangannya dan berdiri di ambang pintu. Kacamatanya nangkring di jembatan hidung. Kancing kemejanya sudah bertambah satu lagi yang dibuka, sedangkan bagian lengan sudah digulung berantakan sampai siku. Satu tangannya bersandar di kusen. Tampangnya songong dan menghakimi, seolah-olah Sabrina begitu bodoh dan tidak berpengalaman, sehingga pekerjaan sepele saja tidak selesai-selesai.

Jujur Sabrina ingin mengonfrontasi, tapi malas karena tidak punya tenaga. Dia bahkan belum makan malam.

Sekarang sudah pukul sepuluh malam, dan tinggal Sabrina seorang yang belum pulang. Tadi teman terakhirnya, Junaedi, sudah cabut duluan sekitar sejam atau dua jam yang lalu, Sabrina tidak terlalu awas karena hari ini waktu berlalu begitu cepat baginya.

Dan tentu sebenarnya sekarang dia sudah mengantuk. Tapi dia tidak suka melakukan presentasi tanpa kesiapan yang matang. Dia tidak suka dibilang tidak becus.

Dan sialnya presentasinya dijadwalkan besok pagi.

Project yang sedang digarapnya kali ini sebenarnya memang agak berbeda. Skalanya lumayan besar mengingat jumlah tamu undangannya mencapai ribuan, dengan komposisi sebagian besar pejabat penting dan orang-orang berpengaruh dalam negeri. Sementara sebelumnya mereka hanya pernah mempersiapkan acara resepsi pernikahan. Katalog yang kemarin dibuatnya juga hanya berisi paket-paket resepsi. Kalau harus membuat konsep pra resepsinya juga, mulai dari lamaran, pengajian, ijab qabul, dan lain-lain, jelas masih mentah sekali data yang Sabrina punya.

"Belum," sahut perempuan itu singkat. Nggak mau buang-buang energi.

Zane lalu menghampirinya, menyeret kursi dari kubikel Iis dan duduk di sebelah Sabrina, menggeser layar PC sehingga menghadap lurus ke arahnya, serta mengambil alih mouse dari tangannya.

Digulirkannya layar sekilas, berlagak membaca cepat. Padahal Sabrina yakin dia cuma sok-sokan. Paling-paling sekarang matanya juga sudah sepet ngelihat screen sejak sore tadi.

Karena keasyikan ngobrol dengan Rachel, sesuai prediksi Sabrina dan Karen, Zane memang jadi terpaksa lembur juga. Nanggung katanya. Entah apa yang dia kerjakan.

"Boleh nggak sih kalau gue minta perpanjangan waktu?" Sabrina akhirnya mencoba bernegosiasi. Acara pernikahannya masih lama, setelah lebaran nanti. Tentu masih lebih dari cukup waktu baginya untuk membuat persiapan yang sempurna.

Lagian Zane sendiri yang nggak masuk akal! Masa project dia dan revisi project Jun sama-sama dikasih waktu sehari untuk dimasukkan ke agenda rapat! Kalau resepsinya doang, katalognya yang dia bikin kemarin juga sudah siap disodorkan ke klien. Nah prosesi yang lain? Ini mah sama aja kayak Sabrina lagi disuruh menciptakan menu saingan Crabby Patty yang nantinya bakal dipatenkan oleh restoran Tuan Zane, dan dipakai turun-temurun sampai selera masyarakat berubah dan nggak doyan resep yang dia ciptakan lagi, dan mungkin itu masih tujuh turunan lagi. Eksploitasi abis pokoknya!

"Ya elo sih, semuanya dikerjain sendiri!" Zane malah menyalahkannya, Sodara!

Kontan mata Sabrina yang tadinya tinggal segaris langsung membelalak lagi. Lebih bulat dibanding bulan purnama.

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang