Bab 1

4.8K 566 102
                                    

Cukup lantunan doa yang harus dilakukan ketika akan terlelap, jangan kau tambahkan dengan air mata hingga kedua matamu bengep.

Hampir semalaman Syahla menangisi apa yang kemarin terjadi dalam hidupnya. Dia yang sudah terlalu bahagia, berharap bisa mengulang cerita tentang kisah mereka dimasa lalu nyatanya malah diberikan luka yang bahkan Syahla tidak tahu di mana obatnya.

Ketika pagi menyapa, gadis itu cukup kaget melihat kondisi kedua matanya yang sangat bengkak. Dia meringis sejenak, melihat dengan pandangan kabur ke arah pantulan dirinya di cermin besar dalam apartemen tempat tinggalnya. Bagian kelopak matanya, serta lipatan bawah mata, terlihat sangat bengkak. Meskipun berulang kali Syahla mengusapnya dengan punggung tangan, pandangannya tetap saja kurang jelas, efek dari bengkak di kedua matanya.

Dalam hati Syahla merasa bersalah. Kenapa bisa-bisanya dia menangis semalaman. Padahal siang ini dia ada tugas flight luar negeri. Yang sudah pasti memakan waktu lama dalam perjalanannya.

Ingin sekali Syahla bertukar shift dengan temannya, namun rasanya dia malas sekali untuk menginformasikan hal ini kepada atasannya.

Karena itulah, selagi ada waktu, Syahla mencoba segala hal. Dia langsung bergerak. Mencari kantung es di dalam lemari pendingin. Kemudian perlahan-lahan langsung dia tempelkan pada bagian kedua matanya.

Terasa dingin. Namun rasa perih juga dapat dia rasakan. Sekejab Syahla diam. Menikmati keadaan hening ini dengan pikirannya yang semakin bergentayangan.

Dia tahu sekali memikirkan laki-laki itu sangat tidak baik untuk kesehatan tubuh dan jiwanya. Namun bagaimana bisa dia menghapus sosok itu begitu saja dalam hidupnya. Sejak kecil. Sejak mereka beranjak dewasa bersama, Sabikha Nabhan, atau yang biasa dia panggil Abi, sudah mengisi hari-harinya. Sikap diamnya Abi malah membuat Syahla terhanyut dalam perasaan yang sering disebut dengan cinta.

Tapi bisakah? Bisakah dia meneruskan perkara kisah ini, sedangkan hubungan mereka terhalang kata 'sepupu'.

Dulu, ketika pertama kali Syahla yakin tentang perasaannya, dia terus mencari jawaban apakah diperbolehkan menikah dengan sepupu sendiri dalam ajaran agamanya.

Lalu ketika dia menemukan jawaban dalam salah satu surat Al Ahzab ayat 50, yang berbunyi,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَحْلَلْنَا لَكَ أَزْوَاجَكَ اللَّاتِي آتَيْتَ أُجُورَهُنَّ وَمَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْكَ وَبَنَاتِ عَمِّكَ وَبَنَاتِ عَمَّاتِكَ وَبَنَاتِ خَالِكَ وَبَنَاتِ خَالاتِكَ
“Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri-isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu.” 

Syahla seolah memberanikan diri untuk terus memperjuangkan perasaannya ini. Meskipun mereka pernah terpisah jarak, Syahla yakin Abi pun akan berjuang dijalan yang sama dengannya.

Yah, dulu dia sampai seyakin itu tentang pilihan hatinya ini. Namun kini, rasanya keyakinan itu hilang. Apalagi setelah kejadian kemarin, Syahla seakan malas untuk mengingat-ingat perjuangannya dulu. Dia tahu semua yang pernah dia lakukan hanya akan menjadi kenangan. Karena... karena kini, di sisi Abi ada seorang perempuan yang jelas lebih indah darinya.

Sempat terlena beberapa saat ketika mengompres matanya dengan es, suara dering ponselnya membuat Syahla menghentikan kegiatan paginya ini.

Dia bergerak malas dari kursi meja rias ke arah ranjangnya. Pandangannya langsung tertuju pada layar ponselnya yang terus menyala. Menuliskan satu nama di sana.

Flying With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang