11

293 67 7
                                    

"Malu sekali rasanya mengingat hari itu," ucap Hasya sembari tertawa kecil, setelah menceritakan bagian saat dirinya pernah salah mengucap doa Sayyidul istighfar.

"Kenapa harus malu?" tanya Arka yang sedari tadi pun tertawa.

"Malu saja, saya sangat bodoh saat itu ... " Gadis itu menarik kedua sudut bibirnya.

"Malu kepada saya sekarang atau masih merasakan malunya dulu di hadapan Ustadz Alif?"

"Dua-duanya," jawab Hasya masih dengan kekehan kecil.

Kedua manusia itu tertawa sebentar, lalu kembali fokus akan Hasya yang lagi-lagi berucap dan Arka yang setia menjadi pendengar.

_____

"Eh tadi ada yang di hukum nih," goda Tari sesampainya di dalam kamar. Mendengar itu, Hasya merotasikan bola matanya malas.

"Kalo aku jadi Hasya, mending telat tiap hari deh. Biar di hukum sama Ustadz Alif, ikhlas aku kalo beliau yang ngasih hukuman." Tari tertawa, sembari sedikit menyenggol lengan Hasya yang terlihat sedang membuka jilbabnya.

"Apaan sih, Tar." Hasya memberangut.

"Eh emang tadi Mbak Hasya di hukum apa sih sama Ustadz Alif?" celetuk Yaya yang terlihat sedang mengunyah makanan pada mulutnya.

"Itu tuh, sayyidul istighfar. Salah lagi, ups ... "

"Aduh, kok bisa salah sih Mbak? Bukannya kita baca itu tiap hari Jum'at ya," jawab Yaya lagi semakin menggoda Hasya.

"Tau nih, mungkin dia gerogi karena hadep-hadepan langsung sama Ustadz ganteng," timpal Tari.

"Ngawur!" Hasya berjalan ke arah luar kamar setelah selesai mengganti pakaian mengajinya dengan pakaian santai.

"Eh main kabur aja tuh anak!"

"Mau kemana itu Mbak Hasya?" tanya Lala yang sedari tadi diam menyimak.

"Tau deh, ngafal kali." Kali ini, Yaya yang menjawab. Karena beberapa detik lalu, Tari melangkah kakinya keluar untuk mengejar Hasya.

"Sya tunggu ... " Tari berlari cepat, hingga kini gadis itu berjalan sejajar dengan Hasya.

"Ngapain sih kesana mulu? Gak bosen apa?" cerocos Tari saat langkah Hasya menuju tempat biasanya menghafal.

"Kamu tuh, gak bosen apa ngewatain orang mulu?" sindir Hasya sembari mendudukkan bokongnya di atas teras, di ikuti oleh Tari setelahnya.

"Lah, ngambek dia." Tari tertawa lagi, membuat Hasya mendecak sebal.

"Becanda kali, Sya. Sensi amat," tutur Tari sembari menusuk bagian perut Hasya dengan jari telunjuknya membuat sang empu tertawa.

"Geli, ih!"

"Ustadz Alif!" Jari telunjuk Tari mengarah ke sebuah jalan menuju aula. Mendengar itu, sontak Hasya langsung mengalihkan fokusnya.

"Tapi boong, hayuk palpalepalpale ... " goda Tari berhasil mengelabuhi Hasya.

"Ih Tari, ngeselin!" Hasya membuang wajahnya ke arah berlawanan dengan Tari.

U S T A D Z  I'm here!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang