25. Cinta Sang Majikan (2)

142K 4.4K 238
                                    

“Aku hanya ingin sarapan denganmu, tapi kamu menolaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Aku hanya ingin sarapan denganmu, tapi kamu menolaknya. Dan sebagai gantinya, aku akan menjadikanmu sebagai sarapan untukku." Roy berkata kejam.

Tangan Roy merenggut bagian depan gaun Ella lalu menurunkan resleting baju berbahan sutra itu sampai ke bawah. Ella menjerit saat Roy melepas gaunnya hingga ke pinggang, membuat bukit kembar yang telah dipenuhi memar merah itu terlihat.

Roy tiba-tiba teringat dengan percintaannya dengan Ella tadi malam. Ella masih sama seperti dulu. Begitu menggemaskan, hangat, basah, dan rapat.

Roy tidak memedulikan Ella yang telah menangis tersedu-sedu di bawahnya. Roy menyusuri leher Ella dan Ella langsung memejamkan mata berusaha meredam tangisnya yang tergugu.

“Aku akan melaporkanmu!” Ella berteriak di tengah isakannya.

“Lakukan saja. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya suami lakukan pada istrinya.” Roy berkata tenang.

Roy gila!

"Aku bukan istrimu!" Ella menjerit dengan tangis yang masih belum sedikitpun reda.

"Mulai sekarang kamu adalah istriku."

Ella benar-benar berteriak saat Roy meremas payudaranya. Ella menangis dengan putus asa dan Roy tidak menghiraukan tangisan Ella yang terdengar semakin keras saat Roy menurunkan tangan dan meraba perutnya.

Jujur, Roy telah berusaha untuk mencegah tangannya untuk menyentuh Ella. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Tangan Roy semakin turun ke bawah untuk kembali merasakan kulit lembut Ella. Roy meraih paha Ella dan membuka kedua kakinya.

Ella menjerit dengan panik saat menyadari apa yang akan dilakukan Roy. Pria itu meloloskan celana dalamnya hingga sebatas lutut, lalu memainkan belahan organ intimnya yang berwarna merah muda dengan jari tangan.

“Ahh! Jangan! Kumohon ...” Ella meronta-ronta namun tubuh pria di atasnya jauh lebih kuat dan lebih besar. Ella hanya bisa memohon dengan wajah bersimbah air mata, dan ternyata hal itu berhasil membuat Roy gusar.

"Berjanjilah untuk menurutiku lagi, Ella. Kembalilah menjadi Ellaku yang patuh." Roy berkata parau. Bibir Roy mendarat di dahi Ella dan berdiam di sana untuk beberapa saat.

"Jawab aku." Roy melepas ciumannya dan kembali menatap wajah cantik Ella.

"Jawab, Ella." Suara Roy makin tajam hingga Ella kembali dilanda rasa takut.

Roy baru melepas cengkeraman pada tangannya setelah Ella menganggukkan kepala, "I-iya."

Roy kemudian mencabut jari tangan yang sempat mengoyak area intim kewanitaan Ella. Roy menarik tangan Ella dan membawanya dalam posisi duduk di atas meja. Roy kembali merapikan gaun pesta milik Ella yang sebelumnya direnggut penuh olehnya.

Setelah rapi, Roy kembali menyusuri rambut panjang Ella. Sorot mata tajam Roy terpusat penuh pada wajah sempurna Ella.

Ella gemetar di bawah kungkungan Roy, dan getaran itu berubah menjadi gigilan saat bibir Roy mendarat pada bibir Ella. Roy mencium bibirnya. Ella merasakan desakan kebutuhan dari Roy. Lidah pria itu memaksa masuk ke dalam mulutnya dan menari dengan lincah di dalamnya.

Entah berapa lama ciuman itu berlangsung, namun Ella yang sempat terisak tiba-tiba kembali tenang. Kedua tangannya tanpa sadar ikut terangkat dan mulai memeluk leher gagah Roy. Sedikit demi sedikit, Ella mulai mau membalas ciuman mesra Roy. Saat pria itu memintanya untuk membuka mulut, Ella melakukannya dengan patuh.

"Mulai sekarang kita akan tinggal bersama lagi, Ella." Ucap Roy disela-sela ciumannya yang sempat terlepas.
Roy kembali mencium bibir Ella. Pria itu tidak memberikan kesempatan apapun pada Ella untuk menjawab.

Ciuman panjang itu baru terlepas setelah bunyi 'klik' pada pintu datang mengganggu keintiman mereka.

Seseorang masuk dengan duplikat kunci ditangan dan sebuah amplop besar berlogo polisi.

"Tidak biasanya Tuan mengunci ..." Kalimat Saka menggantung di udara begitu matanya jatuh pada sosok cantik yang selama ini dicari-cari oleh majikannya.

Ella yang sebelumnya hanyut akhirnya sadar dengan kekhilafannya. Ella buru-buru mendorong dada Roy dan segera turun dari atas meja.

Ella menggunakan kesempatan itu dengan berlari namun belum setengah jalan lengan sikunya kembali ditarik oleh Roy.

"Ingat janjimu, Ella." Ucap Roy dengan sedikit menggeram.

Kekuatan Ella yang telah kembali pulih seperti semula langsung memutar tubuh dan menggigit lengan Roy.

"Argh! Sial!" Roy otomatis melepas cengkeraman, lalu secara bergantian menatap Saka dan Ella, "Tahan gadis itu, Saka!"

Tanpa sedikitpun berkata-kata, Ella kemudian berlari dan meninggalkan Saka yang tengah berdiri mematung di depan pintu.

"Kenapa kamu membiarkannya pergi, Bodoh!" Sambil mengusap bekas gigitan di lengannya, Roy ikut berlari dan mengejar Ella.

"Tuan tidak perlu mengejarnya." Saka menahan kepergian Roy, "Saya baru saja bertemu dengan petugas kepolisian dan mereka ingin memberikan informasi penting kepada Tuan."

"Informasi?"

"Ya, informasi yang akan membantu Tuan untuk mendapatkan wanita itu lagi."

Sambil melipat kening, Roy mengambil amplop dari tangan Saka, lalu mengeluarkan dua lembar kertas dari dalam amplop itu.

Roy membaca isi surat itu. Pupil matanya membesar begitu dua kertas itu selesai dibaca olehnya.

"Kamu yakin informasi ini valid?!" Tanpa sadar Roy meremas kertas yang berada di genggaman tangannya.

Saka mengangguk, "Saya sudah mengkonfirmasi kebenaran itu dari petugas administrasi apartemen ini."

"Siapa ..." Suara Roy sedikit bergetar, "Siapa nama anak itu?"

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ella keluar dari kamar Roy dengan langkah yang nyaris berlari dan telanjang kaki. Ella lupa memakai high heels pemberian Abraham.

Abraham?! Ini semua salah Abraham! Abraham telah memberikan minuman yang membuat Ella merasa sakit dan kehilangan kesadarannya.

"Minumlah. Ini minuman khas pesta, Ella."

Kenapa Abraham melakukan semua ini? Apa semua ini telah direncanakan oleh Abraham?

Ella berjalan dan akhirnya sampai juga di depan pintu apartemen. Ella terkejut dengan kondisi pintu yang setengah terbuka. Suara tangis tersedu milik Vero menjadi satu-satunya suara yang menyambut kedatangannya.

Ella membuka pintu. Matanya langsung menatap jatuh pada Vero yang tengah menangis ketakutan di hadapan Abraham. Kedua bahu mungilnya dipegang oleh pria berumur 30 tahun itu.

Abraham?

Ella berlari dan mendorong tubuh Abraham agar menjauhi putranya.

"APA YANG KAMU LAKUKAN PADA PUTRAKU!"

---
More info cus to Instagram kami : @eraydewipringgo

Cinta Sang Majikan (21+) / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang